Friday, February 27, 2009

Penabur Benih Kaki Lima: 'Lelaki Kecil Berambut Putih'


Oleh: John Adisubrata

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” (Roma 1:16)

Setiap orang mempunyai cara-cara yang berbeda di dalam melaksanakan pelayanan mereka di ladang Tuhan. Tergantung dengan kemampuan perseorangan, dan terutama, kesadaran pribadi akan tugas-tugas yang sudah diletakkan oleh Tuhan di dalam hati mereka.

Ada yang tampak nyata sekali hasilnya, karena ‘sukses’ seolah-olah selalu mengikuti setiap langkah yang mereka lakukan. Dan semua itu terjadi secara instan! Mereka begitu dikenal, dikagumi, bahkan tidak jarang terlalu disanjung oleh para ‘penggemar’ mereka, sehingga sering kali yang menjadi pusat pelayanan itu yang tampak tidak jelas dan membingungkan. ‘Yang Mengutus’ atau ‘Yang Diutus’, mana yang lebih penting, susah sekali untuk dibedakan!

Sedangkan kebalikannya, ada pelayanan-pelayanan yang hasilnya tampak tidak nyata sama sekali! Orang-orang yang melakukannya sering kali dipandang rendah dan tidak dihargai oleh saudara-saudara seiman mereka sendiri. Memang benar, kesuksesan pelayanan-pelayanan mereka sukar sekali untuk ‘diukur’, karena secara alami tidak ada buktinya.

Di Australia penginjilan kaki lima bukan merupakan suatu hal yang langka. Sampai saat ini masih banyak orang yang mau melakukannya, biasanya di persimpangan-persimpangan jalan kota-kota besar negara itu. Menggunakan cara-cara tersendiri mereka berusaha membagikan iman mereka kepada para pejalan kaki yang sedang berlalu-lalang di sana, atau yang sedang menunggu saat-saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau. Waktu yang tidak lama itu selalu mereka pergunakan untuk secepatnya menabur benih-benih firman Tuhan, baik melalui kata-kata maupun melalui lembaran-lembaran traktat yang mereka bagikan kepada orang-orang yang bersedia untuk menerimanya.

Memang di antara penginjil-penginjil kaki lima tersebut ada yang sudah dicap oleh masyarakat sebagai ‘Bible Bashers’, suatu julukan yang diberikan kepada orang-orang yang dituduh suka memaksakan iman kristiani mereka kepada orang-orang lain! Padahal sebenarnya mereka hanya ‘berkhotbah’ saja di ujung-ujung jalan untuk membagikan Injil Tuhan Yesus Kristus, tanpa kecenderungan untuk memaksakannya. Tetapi yang paling sering, mereka hanya menyerukan secara rutin kalimat-kalimat yang sama berdasarkan ayat-ayat Alkitab, yang kadang kala mempunyai kuasa adikodrati untuk menegur dan menembusi hati nurani orang-orang yang tepat pada saat itu sedang memerlukannya.

Terus terang saja, saya sangat kagum akan keulatan mereka. Kendatipun diacuhkan oleh hampir semua orang yang berlalu-lalang di sana, mereka tidak pernah berkecil hati atau merasa malu untuk meneruskannya. Hari demi hari mereka tetap bersedia untuk kembali ke tempat-tempat yang sama, dan melakukan dengan setia tugas-tugas mereka di sana. Saya menyadari kesulitan-kesulitan mereka, karena memang sangat tidak mudah untuk melayani orang-orang tertentu dengan sungguh-sungguh, jika sehari-harian kita tahu, bahwa mereka sudah menolak kita!

Tetapi saya yakin sekali, tanpa disertai kepastian iman, bahwa mereka sudah menerima mandat tersebut secara pribadi dari Tuhan, tentu mereka tidak mempunyai kekuatan untuk melaksanakannya.

Sejujurnya saja saya harus mengakui, bahwa sering kali tanpa sadar saya juga ikut terpengaruh oleh pendapat-pendapat umum mengenai penginjil-penginjil kaki lima tersebut. Karena setelah memperhatikan dengan seksama kenyataan-kenyataan yang ada, ... saya juga merasa ragu-ragu akan kemungkinan-kemungkinan kesuksesan pelayanan mereka! Sering kali saya bertanya-tanya sendiri: Apakah menginjili orang-orang dengan cara seperti itu benar-benar ada gunanya?

Tetapi pandangan yang sangat cupat tersebut langsung berubah ketika saya mendengar sebuah kisah nyata yang saya ketahui sendiri sungguh terjadi! Kisah mengharukan mengenai kesetiaan seorang hamba Tuhan yang tidak pernah menerima penghargaan dari siapa pun juga. Meskipun demikian, ia tidak pernah kendor untuk meneruskan kewajiban berdasarkan keyakinan imannya.

Kisah itu dimulai pada suatu hari Minggu pagi, ketika seorang hamba Tuhan dari Inggris mengisahkan sebuah kesaksian sebagai salah satu ilustrasi untuk menjelaskan tema yang sedang disajikan olehnya. Pada waktu itu ia menjadi seorang tamu pembicara di sebuah gereja di kota Adelaide, Australia.

Ia berkata, bahwa seorang pemuda dari gerejanya bertobat gara-gara bertemu dengan seorang laki-laki kecil berambut putih di persimpangan George Street di kota Sydney, Australia, ketika ia sedang berlibur di sana. Laki-laki itu menghampirinya, dan menawarkan selembar kertas traktat kristiani kepadanya sambil menyapa: “Apakah Anda sudah selamat? Jikalau Anda meninggal malam ini, apakah Anda akan masuk sorga?”

Pertanyaan yang langsung menembus hati nuraninya itu sudah menghantui dirinya sepanjang masa liburannya di negara Kangguru tersebut. Bahkan setelah tiba kembali di negaranya sendiri, ia masih tetap tidak bisa melupakannya! Pertanyaan lelaki kecil berambut putih itu terus mengiang-iang di dalam telinganya. Merasa sikap hidupnya perlu diubahkan, akhirnya pemuda itu bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.

Di luar dugaannya, seusai ibadah seorang wanita jemaat gereja di sana datang menemui hamba Tuhan tersebut. Ia berkata, bahwa ia juga mengalami proses pertobatan yang sama seperti pemuda Inggris yang diceriterakan olehnya. Wanita itu mengenali di dalam ilustrasinya laki-laki kecil berambut putih yang membagikan kertas-kertas selebaran setiap jam-jam istirahat makan siang di persimpangan George Street di kota Sydney, karena laki-laki itulah yang juga berhasil memotivasikan pertobatannya!

Tetapi ketika ilustrasi pertobatan itu dibagikan olehnya di negara-negara kepulauan Karibia, di kota Perth, Australia, bahkan di Atlanta, Amerika Serikat, dan ia selalu mendapatkan respon-respon yang sama dari para pendengarnya, hamba Tuhan tersebut menjadi sangat ‘curious’. Ia ingin mengetahui, siapakah lelaki kecil berambut putih yang sudah menyebabkan begitu banyak orang dari berbagai negara di dunia mau bertobat?

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat sekali. Hamba Tuhan itu akhirnya mendapat kesempatan untuk pergi mengunjungi kota Sydney dan berkhotbah di sana. Meluangkan waktunya, saat istirahat makan siang, sengaja ia pergi ke persimpangan George Street di tengah-tengah kota untuk menemui laki-laki kecil berambut putih yang sering diceriterakan di dalam ilustrasi-ilustrasi khotbahnya. Namun setelah berkeliaran dan menantikan cukup lama di sana, tetapi tetap tidak bisa bertemu dengannya, hamba Tuhan itu menyerah dan pulang kembali ke hotelnya.

Menjelang sore hari ia bertanya kepada rekannya, seorang hamba Tuhan setempat, dengan menggambarkan secara detil ciri-ciri lelaki yang ingin ditemui olehnya itu. Di luar dugaannya, ia bisa langsung mengenali deskripsi laki-laki tersebut. “Oh, itu pasti Pak Frank Jenner. Tapi yang aku ketahui, ia sudah tidak melakukan pelayanan itu, karena keadaan tubuhnya tidak mengijinkannya lagi! Sekarang Frank sudah tua sekali.” Ujarnya sambil menghela nafas dalam-dalam.

Bersikeras untuk menemuinya sebelum terbang kembali ke Inggris, hamba Tuhan itu mengajak rekannya untuk mencari alamat Frank Jenner. Tidak memakan waktu terlampau lama, akhirnya mereka berhasil mendapatkan alamat yang mereka perlukan tersebut. Tanpa membuang waktu lagi mereka berdua berangkat untuk mengunjunginya.

Mengikuti kisah mengenai kesaksian orang-orang dari berbagai negara yang mau bertobat gara-gara pertanyaan rutin, yang dilakukan olehnya dengan setia, setiap hari selama jam-jam istirahat makan siang di persimpangan George Street di kota Sydney, wajah laki-laki kecil berambut putih yang sekarang sudah berusia amat lanjut itu menunjukkan ekspresi seakan-akan ia kurang bisa mempercayai pendengarannya!

Penuh keharuan, sambil menelan ludahnya Frank Jenner berkata: “Pada waktu aku bertemu dengan Kristus, aku berjanji kepada-Nya, bahwa aku akan menjadi saksi-Nya dengan membagikan kasih Yesus menggunakan cara yang paling sederhana kepada paling sedikit sepuluh orang setiap hari. Selama lebih dari 40 tahun aku tidak pernah mendengar seorang pun yang tinggal di kota ini, boro-boro di luarnya, mau bertobat sebagai hasil dari segala jerih-payahku tersebut, … hingga saat ini.”  

Apabila Anda melayani di ladang Tuhan, tetapi merasa tertolak atau tidak dihargai oleh orang-orang di sekitar Anda, janganlah Anda berkecil hati. Percayalah, seperti yang terbukti sudah terjadi pada hidup Frank Jenner, Tuhan juga tidak akan melupakan jerih payah Anda! Karena jika kita melakukannya dengan segenap hati hanya untuk kemuliaan nama-Nya, kendatipun kita diacuhkan atau dilecehkan oleh manusia, karena semua yang kita kerjakan selalu tampak tidak ada gunanya, ketahuilah, bahwa Yesus pernah berkata: “…dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” (Yohanes 12:32) Selama motif hati kita benar di hadapan-Nya, cepat atau lambat, benih-benih kasih yang kita taburkan tersebut tidak akan terbuang sia-sia, karena sesuai waktu Tuhan mereka pasti akan tumbuh dan berbuah lebat!

Kita tidak perlu haus akan penghargaan manusia, karena hasil upaya kita yang tersembunyi jauh lebih berharga di mata Tuhan!

Memang tugas kita di dunia bukan untuk mengubah sikap hidup orang-orang lain, tetapi hanya membagikan Firman yang hidup kepada orang-orang yang memerlukannya. Selanjutnya … terserah kepada Tuhan, karena hanya Dia yang mampu mentransformasikan hidup mereka! Amin? 

John Adisubrata
Oktober 2008

Tuesday, February 24, 2009

Tiga Orang Misionaris


Oleh: John Adisubrata

Beberapa puluh tahun yang lalu tiga orang misionaris dari Eropah telah memasuki pedalaman pulau Kalimantan. Mereka ditangkap oleh salah satu suku terasing yang menolak mentah-mentah Injil Tuhan Yesus Kristus yang mereka beritakan. Bertiga mereka digiring untuk menemui rajanya. Seketika itu juga sesuai undang-undang yang berlaku di sana mereka diadili dan dijatuhi hukuman mati.

Tetapi oleh karena sepanjang hari itu Sang Raja merasa mujur dan terus-menerus mengalami hal-hal yang menyenangkan hatinya, ia ingin bermurah hati dengan memberikan kesempatan kepada ketiga misionaris tersebut untuk menerima amnesti. Tetapi ... amnesti yang bersyarat. 

Pengampunan itu hanya akan dikaruniakan, jika mereka bertiga bisa memenangkan sebuah pertandingan aneh yang ditentukan oleh Sang Raja khusus untuk mereka. Raja itu menyuruh mereka pergi memasuki hutan belantara di pedalaman kerajaannya untuk menemukan sejenis pohon dan memetik buahnya yang paling ranum untuk dibawa kembali menghadap kepadanya. Setiap orang diperintahkan untuk membawa sepuluh buah yang sejenis. 

“Untuk apa buah-buah tersebut?” tanya misionaris yang ketiga ingin tahu. 

“Nanti akan kujelaskan jika waktunya telah tiba. Bawalah mereka kepadaku terlebih dahulu. Dan ingatlah, jangan ada seorangpun di antara kalian yang mencoba untuk melarikan diri, karena hutan itu selalu berada di bawah pengawasanku!” sabda Sang Raja sebelum mengizinkan mereka untuk mengundurkan diri dari hadapannya. Bersama-sama mereka bergegas pergi memasuki hutan untuk secepatnya melaksanakan tugas yang diperintahkan olehnya. 

Tidak memakan waktu terlampau lama muncullah kembali dua orang dari ketiga misionaris tersebut. Yang seorang membawa sepuluh mangga, sedangkan yang lain membawa sepuluh jambu air. Tetapi anehnya, misionaris yang ketiga tidak kunjung tiba, meskipun sudah ditunggu sekian lamanya. Entah ia sedang berada di mana? 

Karena tidak ingin membuang waktu lagi, Sang Raja memerintahkan mereka untuk segera memulai pertandingan tersebut. Sebuah pertandingan yang ternyata mudah dan sederhana sekali. Mereka diharuskan untuk berdiri tegak dan tidak diperkenankan bergerak, selama … dilempari dengan kesepuluh buah hasil petikan tangan-tangan mereka sendiri. Apabila mereka bisa menahan rasa sakit tanpa mengeluarkan suara apa-apa, mereka akan dinyatakan menang dan dibebaskan dari hukuman mati! Itulah syarat yang harus mereka lakukan! 

Misionaris yang pertama mulai dilempari dengan mangga-mangga ranum yang sudah dibawa olehnya sendiri. Lemparan demi lemparan menggebuki bagian-bagian tubuhnya. Sebenarnya oleh karena hantaman buah-buah yang besar dan keras tersebut, ia sudah ingin berteriak. Namun ia bertekad untuk menahan rasa sakitnya, mengingat hukuman fatal yang harus dilalui, jika ia gagal memenangkan pertandingan itu. 

Tetapi pada saat ia menerima lemparan yang terakhir, buah mangga yang besar dan paling ranum tersebut menghantam keningnya lalu pecah, sehingga getah tercampur air sarinya mengalir turun masuk dan menggenangi kedua bola matanya, menimbulkan rasa nyeri yang tak tertahankan lagi. Secara refleks … ia berteriak nyaring kesakitan! Konsekuensinya, … misionaris yang pertama dinyatakan gagal! Pada saat itu juga ia dihukum mati! 

Tibalah giliran misionaris yang kedua, yang sudah membawa kembali sepuluh jambu air. Sang Raja memerintahkan, agar ia segera dilempari dengan buah-buah tersebut.

“Oh, ini mah sip banget! Jambu-jambu air yang kecil dan enteng macam beginian engga bakalan nyakitin aku. Untung aku milih jenis buah yang ini.” Pikirnya sambil menenangkan diri mengingat nasib rekannya. Ternyata lemparan-lemparan keras jambu-jambu air yang menimpa tubuhnya benar-benar tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali. Bahkan ia memandang orang yang melempari dirinya dengan wajah tersenyum-simpul penuh kepastian, bahwa ia akan memenangkan pertandingan itu!

Tetapi pada saat jambu yang terakhir dilemparkan, ... tiba-tiba terdengarlah ledakan suaranya, tertawa terpingkal-pingkal tanpa bisa dikendalikan lagi! Konsekuesinya, … misionaris itu pun dinyatakan gagal, oleh karena ia telah melanggar peraturan yang ditetapkan oleh Sang Raja! Seperti yang sudah terjadi pada misionaris yang sebelumnya, ia juga langsung dijatuhi hukuman mati.

Tentu saja, sesuai perkiraan semua orang, … kedua misionaris tersebut akhirnya masuk sorga.

Ketika mereka bertemu muka di sana, bertanyalah misionaris yang pertama: “Eh, ‘ngapain lu ‘ngikutin gue? Jambu-jambu air khan engga bakalan nyakitin tubuh ‘lu.”

Misionaris yang kedua menjawab: “Engga sih, ... gue kalah bukan gara-gara ‘njerit kesakitan, tapi gara-gara ketawa terpingkel-pingkel, karena ‘ga bisa tahan!”

Penuh keheranan misionaris yang pertama bertanya lagi: “Emangnya elu tergelitik oleh timpukan jambu-jambu air ‘lu sendiri?”

Mengenang kembali peristiwa yang baru terjadi itu, tanpa bisa menahan rasa gelinya lagi, misionaris yang kedua tertawa terbahak-bahak sambil menjawab: “Engga, bukan sebab itu, tapi karena gue jadi geli banget ‘ngeliatin teman kita tuh, yang tahu-tahu muncul dari dalam ‘utan, jalan sempoyongan sambil ‘ngangkatin sepuluh buah duren, … gede-gede banget! Mana dia ... bangga lagi!” 

John Adisubrata
Mei 2000
Diolah kembali: Oktober 2008

Saturday, February 21, 2009

Sekilas dari Keabadian (36)


Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata

DOA PERTOBATAN

‘Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela’ (Mazmur 24:9-10)

Jikalau Anda mempunyai keinginan untuk mengenal Kristus dan mau menjadikan Dia Tuhan, Raja dan Juruselamat di dalam kehidupan Anda, Anda harus Lahir Baru terlebih dahulu. Keputusan itu adalah suatu tindakan bebas yang harus timbul dari kesadaran hati kita sendiri, dan harus keluar dari lubuk hati kita yang terdalam, di mana kita mengundang Tuhan Yesus Kristus untuk masuk ke dalamnya.

Melalui kuasa Roh Kudus, sesuai dengan janji Tuhan yang tidak pernah berubah sampai selama-lamanya, Alkitab menjamin, bahwa “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih” (Kolose 1:13).

Apabila Anda bersedia melakukannya, diri dan pribadi Anda PASTI akan diubahkan oleh-Nya, seperti yang sudah terjadi di dalam kehidupan Pastor Ian McCormack, dan juga melalui kesaksian-kesaksian sejati banyak pengikut-pengikut Kristus yang lain.

Kita tidak perlu harus mengalami peristiwa mengerikan yang mirip seperti peristiwa yang sudah dilalui oleh Ian di pulau Mauritius pada malam bersejarah tersebut, untuk akhirnya memutuskan diri kita menjadi pengikut-pengikut Kristus.

Karena tidak setiap orang menerima kesempatan yang kedua seperti dia. Banyak orang mengeraskan hati mereka, menolak tawaran-tawaran keselamatan hidup yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka, dan ternyata … sesudahnya, mereka tidak pernah menerima kesempatan itu lagi. 

Kasus Ian sangat berbeda! Selain ia memang sudah dipilih oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil-Nya ke seluruh dunia, Ian juga menerima kesempatan yang baru oleh karena kesetiaan ibunya yang tidak pernah mau menyerah untuk berdoa bagi keselamatan hidupnya.

Apakah Anda yakin ada anggota-anggota keluarga Anda, sahabat-sahabat Anda, atau orang-orang lain yang bersedia melakukan hal yang sama seperti ibu Ian bagi Anda?

Jika tidak, Pastor Ian McCormack menganjurkan kepada Anda untuk memutuskannya sekarang juga.

Ingatlah akan anjuran ibu Ian kepadanya sepanjang masa pertumbuhannya: “Ian, apapun yang terjadi di dalam hidup ini, bagaimanapun sulitnya keadaan yang harus engkau hadapi, bahkan sejauh apapun jarak hidupmu dari pada Tuhan pada saat itu, jika engkau berdoa dari lubuk hatimu yang terdalam, Tuhan AKAN selalu mendengar doamu, menjawab dan menolong engkau.”

Nasihat itu memang beralasan sekali, patut diterima dan dipraktekkan oleh semua orang. Karena doa yang mempunyai khasiat besar, harus keluar dari lubuk hati manusia yang paling dalam. Hanya doa yang berasal dari dalam hati saja yang mempunyai makna sejati di hadapan hadirat Tuhan.

Pastor Ian McCormack mengajak Anda untuk memanjatkan doa bersama-sama dengannya. Ucapkanlah kalimat-kalimat di dalam doa pertobatan di bawah ini dengan tulus, … dari lubuk hati Anda yang paling dalam:

Bapa di sorga,

Aku percaya, Anak-Mu Yesus sudah mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosaku. Aku percaya, Ia sudah bangkit kembali, naik ke sorga, dan duduk di sebelah kanan-Mu.

Bapa, aku mengakui dosa-dosaku dan berjanji akan meninggalkan semua itu. Ampunilah aku, seperti aku juga mengampuni orang-orang yang bersalah kepadaku.

Bersihkanlah diriku, agar aku menjadi putih seperti salju. Kuduskanlah aku dengan kuasa darah-Nya.

Terima kasih, karena Engkau sudah mengaruniakan Roh-Mu yang kudus kepadaku. Dengan iman aku sudah menerimanya.

Aku berjanji, mulai saat ini aku hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Dan aku akan selalu mengikuti langkah-langkah-Mu.

Bapa, aku berikan seluruh hidupku kepada-Mu. Engkaulah Tuhan dan Penebus hidupku. 

Semua ini kupanjatkan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Juruselamatku sampai selama-lamanya.

Amin!

Jika Anda mengucapkan doa tersebut dari dalam lubuk hati Anda, maka Anda baru saja ‘Lahir Baru’. Karena sekarang Kristus sudah bersemayan di dalam hati dan kehidupan Anda. Percayalah, Anda akan segera merasakan perbedaan yang akan terjadi di dalam kehidupan Anda! Seperti Ian, Anda akan melihat segala-galanya dengan terang sinar pandangan mata yang baru, pandangan mata-Nya, pandangan mata sorgawi!

Selain itu hati Anda akan selalu dipenuhi oleh kasih-Nya yang membakar kerinduan untuk melihat anggota-anggota keluarga Anda juga mengalami kelahiran baru.

Siapa tahu, kali ini adalah tugas Anda untuk menjadi pendoa syafaat bagi pertobatan mereka, seperti tugas yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada ibu Ian bagi keselamatan Ian McCormack dan seluruh keluarganya?

Terpujilah nama Tuhan, karena besar kasih-Nya, dan juga … karena kesabaran-Nya yang luar biasa! Haleluya!

Amin!

John Adisubrata
Januari 2008
Diolah kembali: Februari 2009

Thursday, February 19, 2009

Sekilas dari Keabadian (35)


Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata

PENUTUP: NUBUATAN DIGENAPI

“Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.” (Kisah Para Rasul 26:16)

Tuhan menawarkan pilihan kepada Ian McCormack untuk kembali ke dunia dengan tujuan, agar orang-orang yang tidak terhitung banyaknya yang dilihat olehnya di dalam visi pada saat kematiannya, menerima kesempatan untuk mendengar nama Tuhan melalui pelayanan yang akan dipercayakan kepadanya.

Semenjak pulang kembali ke tanah airnya pertengahan tahun 1982 Ian bekerja untuk kakaknya, Sharon, yang mengusahakan hasil-hasil pertanian dan perternakan di sebuah desa yang bernama Okorire.

Awal tahun 1983 ia mendengar panggilan Tuhan untuk meninggalkan semuanya, dan memulai pekerjaannya di ladang Tuhan. Tetapi untuk pelayanan yang sudah bertaraf antarbangsa seperti sekarang ini, Ian harus sabar menunggu selama lima tahun!

Pertama-tama Tuhan mengirim Ian untuk bergabung dengan sebuah grup pelayanan misi di kota Hamilton yang bernama: Go Team. Setahun kemudian ia menjadi anggota grup Anastasis, sebuah tim misi lainnya yang berada di bawah naungan YWAM (Youth With A Mission), sebuah kelompok muda-mudi Kristen internasional yang terbesar di dunia. Bersama mereka Ian pergi melayani ke negara-negara kepulauan di dekat New Zealand, seperti Fiji, Samoa, New Caledonia dan Tonga.

Pada tahun 1985 ia pergi bersama YWAM melayani ke Singapore. Bermarkas di Calvary Charismatic Church Singapore, Ian mengabarkan Injil ke daerah-daerah terpencil di negara-negara Asia Tenggara, bahkan sempat hidup selama setahun di antara para pengayau pulau Kalimantan untuk mengabarkan Injil kepada mereka. 

Di Singapore Ian bertemu dengan kekasih hatinya, Jane Stephens, seorang gadis sepelayanan yang berasal dari Canada.

Awal tahun 1988 Ian mengajak Jane pulang ke kampung halamannya di New Zealand. Selama beberapa bulan mereka menetap di sana sambil merancangkan persiapan-persiapan bagi upacara pernikahan mereka yang akan diselenggarakan di Vancouver, Canada, kota asal Jane.

Tetapi beberapa minggu sebelum hari keberangkatan mereka ke sana, Ian menerima sebuah undangan. Pada suatu malam Pertemuan Para Petani di kota Hamilton, ia diminta oleh penduduk setempat untuk memberikan penyajian mengenai kesaksian hidupnya yang ajaib tersebut.

Di tempat itulah Tuhan memulai penggenapan semua rencana-rencana-Nya bagi kehidupan Ian, sesuai dengan nubuatan yang diucapkan oleh-Nya sendiri!

Tak pernah terduga oleh Ian, bahwa peristiwa menakjubkan yang sudah mengubah hidupnya secara drastis tersebut akan membawanya pergi mengelilingi dunia lagi. Hanya sekarang perjalanan itu mempunyai alasan dan tujuan yang amat berbeda!

Kali ini ia pergi bukan untuk memuaskan keinginan hatinya sendiri, melainkan untuk menyenangkan hati Bapa di sorga, … untuk memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus ke seluruh dunia melalui kisah nyata yang dialami olehnya.

Ternyata pelayanannya yang bertaraf antarbangsa itu diawali oleh sebuah video kesaksian yang direkam secara spontan pada malam hari itu. Hasilnya dilipat-gandakan dan dibagi-bagikan secara bebas oleh orang-orang yang sudah terjamah hidupnya setelah mendengarkan kisah nyata yang dialami oleh Ian pada saat kematiannya. Pengalaman yang amat mengesankan itu diceriterakan olehnya dengan penuh ketrampilan, … penuh urapan dan ‘kuasa’ Roh Kudus.

Malam itu suatu hal yang tak terduga sebelumnya telah terjadi! Untuk pertama kalinya Ian menyadari, bahwa penyajian kisah petualangan dan pertobatannya tersebut bisa mempengaruhi dan mengubah kehidupan orang-orang yang mendengarkannya. Ia melihat sendiri hasilnya, bagaimana mereka bersedia untuk bertobat pada saat itu juga, dan seperti yang sudah dialami olehnya sendiri, hidup mereka secara instan diubahkan oleh kasih karunia Tuhan untuk selama-lamanya!

Selain itu video amatiran yang direkam di sana juga telah mengakibatkan gelombang-gelombang pertobatan hidup yang terjadi di mana-mana. Kisah luar biasa mengenai perjalanan, penderitaan, perjuangan, pengampunan, penyelamatan dan pembaharuan hidup anak muda yang hilang ini tersebar luas ke seluruh dunia dalam waktu yang amat singkat, terutama di negaranya sendiri: New Zealand, dan juga di negara-negara lainnya seperti: Australia, Canada dan England.

Ia teringat akan visi yang diperlihatkan oleh Tuhan kepadanya, di mana ia menyaksikan tak terhitung banyaknya jumlah orang-orang yang berdiri berdesak-desakan di belakang ibunya. Begitu banyak jumlahnya, sehingga wajah-wajah mereka tidak bisa dikenali lagi, ... lenyap tertelan oleh jarak dan kegelapan yang ada di belakang mereka, membuat mereka semua tampak seperti butir-butir pasir di tepi pantai saja!

Ia juga teringat akan pernyataan Tuhan kepadanya pada saat itu: “Ian, jika engkau tidak pulang kembali, banyak sekali dari orang-orang yang engkau lihat di sana tidak akan pernah memasuki rumah-Ku untuk mendengar nama-Ku.”

Ternyata malam bersejarah di kota Hamilton itu merupakan awal penggenapan nubuatan Tuhan Yesus Kristus atas kehidupan dan pelayanan Pastor Ian McCormack!

Ian dan Jane menikah di Canada bulan September 1988. Sekarang mereka sudah dikaruniai tiga orang anak. Semenjak awal tahun 1989 mereka menetap dan melayani di New Zealand, di mana pada tahun 1991 Ian dilantik menjadi seorang pendeta di gerejanya.

Lebih dari 10 tahun lamanya Ian dan keluarganya berkelana ke seluruh dunia, memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus melalui kesaksiannya yang amat unik tersebut.

Semenjak tahun 1993, tanpa mengenal lelah, mereka sekeluarga pergi ‘mengembara’ dari benua ke benua, negara ke negara, kota ke kota, bahkan dari gereja ke gereja. Mereka hidup dengan iman, … penuh keyakinan, bahwa Tuhan akan memelihara dan mencukupi kebutuhan mereka, di mana pun mereka berada.

Mulai bulan Agustus 2007 mereka sekeluarga pindah ke England untuk bermukim di sana. Bermarkas di kota London, ia akan meneruskan pelayanannya ke seluruh dunia, ke mana Tuhan berkenan mengirim dia untuk melayani umat-Nya. Tidak ada gereja-gereja yang terlampau ‘kecil’ atau ‘tak berarti’ baginya, di mana oleh karenanya ia tidak bersedia untuk datang melayani di sana. Ia tidak pernah memandang bulu! 

Kesaksian hidup Ian McCormack sudah dikaryakan dua kali secara professional dalam bentuk documentaries. Video atau DVD kesaksiannya bisa didapatkan secara cuma-cuma di beberapa kota di Australia dan New Zealand, atau paling sedikit dijual murah sekali di gereja-gereja, hanya sebagai pengganti ongkos harga sekeping DVD kosong belaka. Usaha-usaha pelayanan itu dibiayai oleh badan-badan misi dengan bantuan keuangan dari beberapa sponsors setempat.

Dari tahun ke tahun banyak sekali websites dan acara-acara televisi kristiani di dunia yang menampilkan kisahnya. Bersama berlalunya waktu, Tuhan juga mengirimkan banyak sekali volunteers di bidang-bidang yang diperlukan oleh Ian untuk membantu dan melengkapi pelayanannya di ladang Tuhan.

Jika Anda mempunyai hasrat untuk mengundang Pastor Ian McCormack datang melayani di gereja Anda sebagai seorang tamu pembicara, silahkan menghubungi hamba Tuhan ini melalui website pribadinya: http://www.aglimpseofeternity.org/. Di sana Anda bisa mempelajari semua jadwal perjalanannya sepanjang tahun, bahkan tahun yang berikutnya.

Apabila kesaksian hidup hamba Tuhan ini sudah berhasil memberkati, bahkan menguatkan iman Anda, lalu Anda berhasrat untuk membagikannya kepada orang lain yang Anda tahu ... sedang membutuhkannya, selain mereka bisa membaca bagian terbesar kisah tersebut melalui blog ini, Anda juga bisa memberikannya dalam bentuk hardcopy kepada mereka yang kurang menyukai internet

Kisahnya yang lengkap bisa Anda baca di dalam buku ‘Sekilas dari Keabadian’ - Sebuah Kisah Nyata Ian McCormack, yang menjelang akhir tahun 2008 sudah diterbitkan di Indonesia. 

Anda bisa mendapatkannya melalui situs ini, atau di toko-toko buku Kristen kota Anda di Indonesia.

(Bersambung

SEKILAS DARI KEABADIAN (36)
Kesaksian Ian McCormack 

DOA PERTOBATAN