Friday, July 24, 2009

Orang-Orang Berparas 'Buruk'


Oleh: John Adisubrata

Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Samuel 16:7b)

Akhir-akhir ini dunia sedang dilanda dengan dahsyatnya oleh ‘penyakit menular’ yang bernama: narcissism! Lazimlah bagi banyak orang untuk selalu mendahulukan, mementingkan dan memperhatikan keperluan diri sendiri, sesuai ‘teladan-teladan’ yang dikumandangkan melalui berbagai media oleh para bintang dan orang-orang terkenal lainnya yang dikagumi masyarakat. Kepentingan-kepentingan yang tidak penting, karena bagi (ego) mereka tampak lebih penting, didahulukan di atas segala kepentingan lain yang sebenarnya jauh lebih penting dan berguna bagi kehidupan dan kebaikan bersama. Salah satu di antaranya adalah kefanatikan di bidang penampilan diri!

Keinginan untuk terus-menerus ‘memperindah’ paras atau bentuk tubuh, mengakibatkan banyak orang memilih untuk mendapatkannya secara instan. Akibatnya ... klinik para ‘ahli’ bedah plastik di mana-mana selalu dipenuhi oleh pasien-pasien yang memerlukan service mereka dengan segera. Kalau dahulu kebiasaan seperti itu hanya terjadi di kalangan para artis tenar Hollywood saja, sekarang orang-orang biasa juga sudah berlomba-lomba mengikuti teladan mereka.

Sampai saat ini masih banyak orang yang terus berusaha menemukan ‘The Fountain of Youth’ yang semenjak zaman dahulu kala telah menjadi dambaan tokoh-tokoh ceritera-ceritera dongeng, ... biasanya raja-raja yang berhasrat ‘memerintah’ untuk selama-lamanya. Mereka berusaha untuk menentang berlalunya waktu dengan memutar kembali jarum-jarum jam yang terus berdetik maju. Keinginan untuk selalu mempunyai penampilan yang segar dan muda, kalau bisa ... untuk selama-lamanya, memaksa mereka untuk mengambil jalan-jalan pintas yang tidak natural!

Teman saya yang pernah bekerja sebagai asisten seorang plastic surgeon di kota Brisbane, Australia, berkata, bahwa saat ini bisnis semacam itu sedang berkembang dengan pesat sekali di kota kami. Setiap lunch break klinik di mana ia bekerja selalu dipenuhi oleh pasien-pasien yang bersedia antri dengan sabar, menunggu giliran mereka menerima suntikan-suntikan botox untuk sejenak menghilangkan kerut-merut kulit, baik di wajah mereka maupun di bagian-bagian tubuh yang lain. Umumnya mereka adalah para karyawan kantor di tengah kota yang sedang menggunakan kesempatan waktu istirahat makan siang untuk memperbaiki penampilan mereka.

Pasien-pasien yang mengunjungi klinik itu juga beraneka-ragam sekali! Dari anak-anak remaja dan para lajang yang mulai berumur, sampai ke orang-orang yang sudah berusia amat lanjut. Dan yang paling menakjubkan, ... sekarang pelayanan seperti itu bukan hanya dibutuhkan oleh kaum wanita saja, tetapi juga oleh kaum pria yang tidak jarang bertampang cukup ‘macho’!

Tentu saja setiap orang mempunyai alasan-alasan tersendiri yang menyebabkan mereka bersedia melakukan kebiasaan yang jelas tidak bertarif murah tersebut. Tetapi sebuah alasan yang paling umum, yang biasanya dialami oleh setiap orang sebelum mereka bertemu dengan Kristus, adalah ketidak-percayaan akan keunikan diri mereka sebagai umat yang ‘khusus’ diciptakan oleh Tuhan untuk melengkapi rancangan-rancangan-Nya di dunia! Kebanyakan disebabkan oleh karena keyakinan mereka sendiri, bahwa selain mereka berparas tidak/kurang ‘layak’, mereka juga merasa tidak berharga sama sekali. Hal seperti itu umumnya terjadi di kalangan kaum remaja. Saya yakin setiap generasi pernah melaluinya.

Di akhir zaman Iblis bekerja keras untuk terus mengelabui ‘mata’ umat manusia, terutama mereka yang amat vulnerable, yang sedang berdiri di ujung-ujung persimpangan jalan, bingung menentukan jalan yang harus mereka tempuh. Ia ingin agar kita mengikutinya dengan memilih jalan yang sudah ditempuh olehnya, jalan yang akan membawa mereka menjauhi hadirat Tuhan. Ia ingin agar kita justru melakukan hal-hal yang tidak diperkenankan oleh-Nya!

Kitab Kejadian 3:4,5 mengatakan: ‘Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Pada waktu itu ia mempengaruhi Hawa untuk melawan hukum Tuhan dengan menjanjikan sesuatu yang tidak pernah bisa ia berikan kepadanya, yaitu ‘menjadikan Hawa seperti Allah’.

Sekarang menggunakan taktik yang serupa Iblis juga berusaha mempengaruhi umat manusia untuk melawan hukum yang sudah ditentukan oleh Tuhan gara-gara ketidak-taatan Adam dan Hawa di Taman Eden, yaitu ketidak-kekalan hidup sebagai akibat dosa mula-mula yang telah mereka lakukan tersebut. Firman Tuhan mengatakan: “Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:14)

Tetapi kenyataannya, umat manusia justru melakukan kebalikannya. Terpengaruh oleh tipuan Iblis, mereka meninggalkan Tuhan dengan memuaskan keinginan daging yang bersifat sementara. Mereka memilih sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh Iblis kepada mereka, yaitu kekekalan hidup yang hanya bisa diperoleh melalui persekutuan yang intim dengan Tuhan Yesus Kristus!

Kejadian 1 ayat 26a mencatat:Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, …” (Kejadian 1:26a) Raja Daud menulis: ‘Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.’ (Mazmur 139:13-14) Mengapa kita harus percaya kepada tipuan Iblis, jika Tuhan sendiri mengatakan, bahwa kita adalah makhluk yang sudah diciptakan dengan dahsyat dan ajaib, menurut gambar dan rupa-Nya?

Mengingat banyaknya ayat-ayat lain yang serupa, sejujurnya saja, … apakah ada orang-orang tertentu yang bisa kita kategorikan sebagai orang-orang yang berparas buruk, … termasuk kita?

Kira-kira dua tahun yang lalu saya mendengar sebuah ceritera humor yang mengawali khotbah pendeta gereja kami di suatu hari Minggu pagi. Kisah tanpa koneksi dengan tema khotbahnya tersebut berhasil menggelitik hati para jemaat, dan menyebabkan kami semua tertawa terpingkal-pingkal. Inilah kisah yang kami dengar, yang saya juluki: Orang-Orang Berparas ‘Buruk’.

Sebuah bis yang dipenuhi oleh orang-orang berparas ‘buruk’ mengalami kecelakaan fatal di jalan raya. Bis tersebut ditubruk dari depan oleh sebuah truk yang amat besar. Semua yang ada di dalamnya mati seketika itu juga. Sebagai akibatnya … mereka bertemu dengan Tuhan.

Oleh karena penderitaan mereka selama hidup gara-gara ‘keburukan’ wajah mereka, Tuhan merasa iba dan ingin menghibur dengan menjatah setiap orang yang ada di sana sebuah permintaan yang akan dikabulkan oleh-Nya, sebelum mereka masuk ke dalam sorga.

Berderetan mereka berdiri di hadapan-Nya. Kepada orang pertama Tuhan bertanya: “Apakah yang engkau inginkan, anak-Ku?” Tanpa merasa ragu ia menjawab: “Aku ingin menjadi seorang yang berparas cakap.” Tuhan menjamah kepalanya, dan … saat itu juga ia berubah menjadi seorang yang berwajah cakap sekali!

Tercengang melihat permintaan tersebut dikabulkan oleh Tuhan secara instan, ketika ditanya, orang yang berdiri di sebelahnya meniru permohonan rekannya: “Aku juga ingin mempunyai paras yang cakap seperti dia.” Kembali Tuhan hanya menjamah kepalanya saja, dan permohonan orang itu pun langsung dikabulkan!

Yang lain ikut merasa takjub menyaksikan perubahan wajah kedua rekannya. Oleh karena itu mereka juga ingin mempunyai wajah yang cakap seperti itu. Satu-per-satu keinginan-keinginan mereka dikabulkan oleh Tuhan. Tetapi ketika Ia baru melayani setengah jalan, tiba-tiba terdengarlah ledakan tawa seseorang yang berdiri paling akhir di ujung deretan tersebut.

Pada saat masih ada sepuluh orang yang belum menerima giliran mereka, ia sudah bergulung-gulung di bawah, tertawa terbahak-bahak tak terkendalikan lagi.

Akhirnya … berdirilah Tuhan di depannya, lalu bertanya: “Apakah yang menjadi keinginan hatimu, anak-Ku?”

Menenangkan diri sejenak setelah bangkit berdiri, dengan wajah masih tersenyum-simpul penuh kejenakaan ia menjawab: “Jadikanlah paras mereka semua buruk lagi seperti semula!”

Saya ikut tersenyum kala berusaha sebaik mungkin merangkai kata-kata untuk menceriterakan kembali kisah humor ini. Seandainya saja bukan cerita fiksi, meskipun sudah mengetahui sebelumnya, mungkinkah hati Tuhan ikut tergelitik oleh ‘kenakalan’ permintaannya? Saya tahu kisah tersebut tidak mungkin terjadi, sebab intinya saja sudah sangat tidak alkitabiah. Karena Tuhan tidak pernah memandang muka atau menilai kebahagiaan hidup umat ciptaan-Nya melalui penampilan mereka! (1 Samuel 16:7b)

Tuhan selalu menjenguk isi hati manusia terlebih dahulu untuk melihat, ‘Siapakah’ yang bersemayan di sana. Karena hanya Yesus yang menjadi penentu kelayakan mereka untuk bisa bertemu, atau menghadap Bapa di sorga. Hanya Ia saja yang mampu mengubah ‘keburukan’ paras kita untuk selama-lamanya!

Lagipula di sorga, ... semua orang sama ‘cakap’-nya, karena dosa-dosa leluhur yang sudah membelenggu hidup dan yang menyebabkan ketidak-sempurnaan (paras atau kharakter) kita sudah ditanggalkan untuk selama-lamanya. Di sana kecantikan atau ketampanan manusia bukan merupakan suatu hal yang penting lagi. Di sana Dia-lah yang paling penting!

Haleluya!

John Adisubrata
Juli 2009

Sunday, July 5, 2009

Berpulang ke Alam Baka


MICHAEL JACKSON DAN FARRAH FAWCETT

Oleh: John Adisubrata

Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.” (Pengkhotbah 9:5)

Pagi itu, hari Jumat tanggal 26 Juni 2009, kota Brisbane di Australia, yang biasanya selalu diliputi oleh udara cerah di mana langit biru dan benderangnya terik sinar matahari menjadi ciri-ciri khasnya yang termashyur di dunia, diselimuti oleh awan kelabu tebal yang sepanjang hari itu terus memercikkan hujan gerimis.

Baru saja dikabarkan melalui berita subuh radio dan televisi setempat, kematian artis Farrah Fawcett (-Majors), 62 tahun, salah seorang dari ketiga Charlie’s Angels yang asli, ‘malaikat’ yang paling dikenal oleh umum semenjak dasawarsa ke-70. Setelah berjuang dengan gigih memerangi penyakit kanker yang sudah menggerogoti tubuhnya lebih dari dua setengah tahun lamanya, beberapa jam sebelumnya, hari Kamis tanggal 25 Juni waktu Amerika, ia berpulang ke alam baka.

Diberitakan sekilas tentang riwayat hidupnya, kariernya yang sukses, kegagalan pernikahannya dengan Lee Majors, pertunangannya - on and off - dengan Ryan O’Neal yang berlangsung hampir 30 tahun lamanya. Hubungan tersebut membuahkan seorang putra, Redmond O’Neal (24 tahun), yang sekarang menjadi narapidana gara-gara keterlibatannya dengan narkotik. Juga kontroversi sekitar pose telanjang yang dilakukan olehnya ketika ia berumur 50 tahun, khusus untuk ‘Playboy’, majalah kaum pria yang paling laris di dunia.

Yang sangat mengharukan adalah perjuangannya yang didokumentasikan oleh sahabatnya, Alana Stewart, sebagai legacy Farrah bagi mereka yang belum bisa memahami penderitaan yang harus dilalui oleh orang-orang yang terserang penyakit jahanam tersebut. Bagaimana ia sehari-hari menjalani berbagai-macam cara pengobatan, dari yang tradisi sampai yang paling umum. Bintang yang dulunya ketika masih muda aktif, cantik dan termasyhur sekali oleh karena susunan rambutnya yang unik dan trendy tersebut, sekarang tampak amat berbeda, … lemah, lesu dan tidak berdaya.

Berdoa di atas tempat tidur sambil menggenggam erat-erat kalung rosario-nya, menunjukkan bahwa ia sebenarnya berasal dari keluarga yang beragama Katholik. Tampak nyata sekali, bahwa ia sadar akan keadaannya, dan sedang mempersiapkan diri untuk setiap saat berangkat menemui Penciptanya. Saya menjadi ingat akan keluhan nabi Yunus: Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. (Yunus 2:7) Saya yakin ayahnya, seorang percaya yang sudah berumur 91 tahun, sepanjang hidupnya selalu mendukung dia di dalam doa. Ryan dan Farrah memutuskan untuk akhirnya menikah. Tetapi sayang sekali, … mereka terlambat!

Hati saya terasa amat pedih menyaksikan berita-berita mengenai kematiannya yang sedang menguasai semua media di Australia pagi itu. Udara di luar rumah tepat menggambarkan perasaan saya saat itu. Kendatipun demikian hati saya merasa terhibur, karena sedikitnya selama itu Farrah sudah menerima kesempatan untuk mempertimbangkan masa hidupnya.

Tetapi kerisauan pagi hari itu ternyata tidak berakhir di situ saja!

Kira-kira jam 10 pagi waktu Brisbane hari Jumat yang sama (hari Kamis jam 4 sore di Los Angeles, Amerika), ketika mampir sebentar di toko David Jones dekat rumah, kami menjadi terkejut sekali menyaksikan melalui berpuluh-puluh TV yang dipajang di sana berita yang baru saja terjadi: … kematian mendadak artis termashyur lainnya, Michael Jackson, umur 50 tahun!

Hanya ada beberapa peristiwa serupa lainnya di dunia yang sampai sekarang mendapat reaksi yang sama dari saya, di mana awalnya saya selalu menolak untuk mempercayainya, tetapi tempat di mana saya melihat atau mendengarnya untuk pertama kali tidak terlupakan. Berita kematian Elvis Presley, John Lennon, Lady Di, Bunda Teresa, Steve Irwin, dan juga serangan teroris 9/11 di kota New York, masih tampak jelas sekali di dalam ingatan saya sampai sekarang. Apalagi peristiwa kelahiran baru saya sendiri! Semua itu mendapat reaksi yang sama. Saya ingat kapan terjadinya, apa yang sedang saya kerjakan, dan dimana saya mendengarnya! Berita terakhir ini pun saya jamin … tidak berbeda!

Sebagai seorang penggemar musik, tak terkecualikan, saya juga pernah menggemari lagu-lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Michael Jackson. Sampai sekarang saya harus mengakui, ia adalah seorang artis yang unik sekali. Semenjak saya melihat dia tampil membawakan lagu Billie Jean untuk pertama kalinya di Motown 25th Celebration tahun 1983, saya terpukau oleh bakatnya yang luar biasa. Saya selalu menyukai jenis-jenis musik yang ia bawakan! Sayang sekali, di samping pesatnya kenaikan karier superstar ini dalam waktu yang begitu singkat, timbul juga berbagai-macam kontroversi disertai tuduhan-tuduhan yang cukup serius, akibat gaya hidupnya yang amat nyentrik. Michael Jackson adalah salah satu bahan gosip media dunia yang paling menguntungkan!

Tetapi di balik semua itu, saya bisa melihat seorang pria yang berhati lembut, sopan, dermawan, suka menolong, dan yang dengan tulus hati rindu untuk selalu dikelilingi oleh anak-anak kecil. Mengingat masa pertumbuhannya sendiri, hal itu patut dimengerti. Seorang artis yang meskipun tergolong genius sekali, tetapi oleh karena kepolosan tabiatnya terkadang lupa, bahwa ia harus lebih berhati-hati dengan setiap perkataannya. Salah satu kesalahan yang ia lakukan dalam hal itu, hampir menyebabkan ia dipenjara. Terus terang saja, bersama banyak fans yang lain, saya ikut menghela napas lega pada saat mendengar hasil pengadilannya. Karena dari semula saya sudah berpendapat, bahwa semua itu terjadi hanya oleh karena ketamakan seorang ibu saja.

Hasratnya untuk terus mengubah parasnya melalui puluhan operasi-operasi plastik, juga tidak bisa menyembunyikan ‘kekosongan’ hidup yang dipancarkan oleh sinar matanya, yang bisa terlihat setiap kali ia tidak mengenakan kacamata hitamnya.

Saya teringat akan sebuah ayat di dalam firman Tuhan: Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: “Mengapakah engkau membentuk aku demikian? (Roma 9:20) Seandainya saja ia mengerti arti ayat tersebut! Begitu juga ayat ini: Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Samuel 16:7b) Seandainya saja ia tidak terlampau bingung akan penampilannya! Yesus berkata: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” (Lukas 16:15b) Andaikata saja ia memahami maksud Yesus tersebut!

Hati saya lebih terasa pedih lagi ketika membayangkan akhir hidupnya. Berbeda dengan kematian Farrah Fawcett yang dipersiapkan selama dua setengah tahun, tampaknya ia yang mati secara mendadak itu, tidak mempunyai kesempatan lagi untuk memperbaiki sikap hidupnya. Entah apa yang terjadi pada detik-detik terakhir saat kematiannya. Hanya Tuhan saja yang tahu!

Tetapi saya yakin, Ia akan mencurahkan kasih karunia-Nya setiap saat kepada setiap orang yang bersedia menerima Dia sebagai Juruselamat mereka, apa pun keadaan mereka. (Lukas 23:42-43) Alkitab berkata: Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (Roma 10:13) Tentu saja ayat tersebut mempunyai konteks arti yang jauh lebih dalam, yang harus dibaca keseluruhannya. Tetapi kurang-lebih, itulah yang dimaksudkan oleh nabi Yoel (Yoel 2:32), dan juga oleh rasul Paulus kala mengutipnya. Tuhan tidak akan memandang bulu, seperti yang telah dibuktikan oleh Yesus selama masa pelayanan-Nya di dunia. Bukankah Ia berkata, bahwa kedatangan-Nya di dunia bukan untuk menyelamatkan orang-orang yang (merasa) sehat, tetapi untuk mereka yang sedang ‘sakit’? (Markus 2:17) Di dalam hal ini, Farrah Fawcett dan Michael Jackson tidak terkecualikan!

Saya yakin, bukan tugas kita untuk menghakimi ‘nasib’ orang-orang lain sesudah kematian mereka. Kita cenderung untuk menentukan siapa yang berhak masuk sorga atau neraka, mengingat riwayat dan sikap-sikap hidup mereka sebelumnya! Pada detik-detik terakhir saat kematian seseorang, kasih karunia Tuhan yang luar biasa, yang terlampau dahsyat untuk bisa dipahami oleh daya pikiran kita yang amat terbatas, bisa dicurahkan! Karena Ia adalah Hakim Agung yang maha adil, yang mempunyai hak mutlak untuk mengaruniakan kasih-Nya kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya, sesuai dengan rencana-Nya! Kita tidak berhak mencampuri urusan Tuhan!

Kejadian-kejadian sepanjang hari itu, selain membuat saya merasa prihatin sekali, juga mengingatkan dan mendorong saya, sebagai seorang kristiani, untuk lebih bersiap-siap lagi, karena masa kehidupan manusia di dunia ini memang sangat terbatas! Setiap saat giliran saya juga bisa tiba! Bagaimana dengan Anda?

Di luar cuaca udara masih tetap sama. Awan-awan kelabu tebal yang terus memercikkan hujan gerimis sepanjang hari Jumat itu masih tetap menutupi langit kota Brisbane. Ternyata malam harinya hujan turun dengan deras sekali, tidak berhenti sampai Sabtu pagi keesokan harinya!

John Adisubrata
Juli 2009