Friday, August 14, 2009

Hillsong Brisbane


Oleh: John Adisubrata

Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” (Efesus 1:22)

Tak pernah terduga, gereja kami: Garden City Christian Church, di kota Brisbane, Australia, yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun lamanya, dan saat itu melayani kurang lebih 6000 anggota jemaat, bisa menjadi ‘cabang’ sebuah gereja termasyhur: Hillsong Church.

Kenyataannya, pada tanggal 24 Mei 2009, sesudah melalui berbagai prosedur resmi berbulan-bulan lamanya, baik secara hukum maupun penentuan bersama para penatua dan seluruh anggota jemaat resmi yang terdaftar di sana, gereja kami dinyatakan sebagai Gereja Hillsong yang keempat di Australia, Kampus Brisbane. Sampai saat ini Hillsong Church juga mempunyai cabang-cabang gereja di London, England; di Kiev, Ukraine; di Cape Town, South Africa; demikian juga di Stockholm, Sweden; di Paris, France; di kota Berlin, Germany dan di Moscow, Russia.

Kurang-lebih enam bulan sebelumnya, ketika diumumkan bahwa Gembala Sidang kami akan mengundurkan diri dari kedudukannya karena masalah kesehatan, seluruh jemaat yang masih belum mengerti apa-apa, menjadi terpana. Sejauh pengetahuan kami, banyak sekali orang-orang yang mengasihinya, yang berharap agar dia tetap menggembalakan gereja kami. Tentu saja bagi mereka yang tidak terlibat sebagai pengurus, … seperti kami, yang kurang tertarik dengan urusan politik gereja, tidak tahu keadaan yang sebenarnya, apa yang sedang bergejolak di ‘dalam’.

Memang gereja kami mengalami berturut-turut beberapa goncangan di tahun-tahun sebelumnya, di mana hal-hal yang kurang menyenangkan terjadi. Semua itu diawali dengan kepergian seorang Pendeta Muda, yang dipercayai oleh Gembala Sidang kami untuk menggembalakan kaum remaja. Tidak lama sesudah ia diteguhkan, mendadak ia berhasrat untuk keluar dan ‘berdikari’. Tentu saja itu bukan suatu hal yang aneh di mana seorang hamba Tuhan ingin merintis sebuah gereja baru sesuai panggilannya. Tetapi jika hampir seluruh jemaat kaum muda gereja kami ikut dibawa pergi olehnya, motifnya tersebut patut dipertanyakan.

Semenjak saat itu pertumbuhan gereja kami menjadi seolah-olah terhenti, terutama pertumbuhan jemaat generasi mudanya! Entah disebabkan oleh karena pemimpin-pemimpin baru yang menggantikannya, atau … oleh karena ketidak-stabilan politik gereja, gara-gara peristiwa tersebut. Yang pasti, jumlah jemaat yang beribadah di sana setiap Minggu semakin lama semakin menipis. Apakah itu salah satu penyebab kepergian Gembala Sidang gereja kami? Kami tidak tahu!

Seperti umumnya terjadi di mana-mana, perubahan adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan tanpa melalui tentangan-tentangan serta kritik-kritik yang pedas. Segera setelah diumumkan, bahwa kemungkinan besar Hillsong Church akan menjadi gereja ‘induk’ kami, reaksi-reaksi yang terjadi di antara para jemaat sangat menakjubkan. Padahal pengurus-pengurus gereja sudah menjamin, bahwa Pemilihan Umum akan dilakukan bersama terlebih dahulu untuk memastikan keterlibatan seluruh anggota jemaat di dalam menentukannya!

Karena memang berbulan-bulan sebelumnya gereja kami sudah berusaha untuk menemukan seorang Gembala Sidang pengganti yang baru. Tetapi di antara beratus-ratus peminat yang mengajukan diri dari seluruh Australia, ternyata tidak ada seorang kandidat pun yang memenuhi syarat. Akhirnya diumumkan pada suatu hari Minggu di awal tahun 2009, bahwa Ps Brian Houston dari Gereja Hillsong di Sydney, Australia, telah dihubungi oleh para pengurus gereja dengan proposal untuk bergabung dan bernaung di bawah panji gerejanya.

Seketika itu juga jemaat gereja kami memberikan tiga reaksi!

1. Langsung Setuju, karena terpukau oleh nama Hillsong yang termasyhur, nama sebuah gereja yang sudah berhasil mempengaruhi perkembangan musik Praise and Worship di Australia, bahkan di seluruh dunia! Bagi mereka, diasosiasikan dengan nama gereja besar yang amat sukses itu, adalah suatu langkah positif yang pasti akan menguntungkan masa depan gereja kami. Memang di antara kedua gereja ini ada suatu ikatan ‘batin’ yang kuat. Ps Darlene Zschech, salah seorang tokoh terpenting di dunia musik rohani internasional yang kira-kira 20 tahun yang lalu ikut andil di dalam merintis Hillsong Church, pernah melewati masa remajanya di gereja kami, bahkan lahir baru di sana. (Baca: Darlin’ Darlene) Lagi pula setiap minggu gereja kami selalu menggunakan paling sedikit 75% lagu-lagu puji dan sembah karya mereka.

2. Langsung Menolak, karena merasa tidak senang dijadikan seolah-olah ‘francise’ Gereja Hillsong di kota Brisbane. Mereka takut kehilangan identitas yang semula, takut tidak bisa berkembang secara lokal dengan bebas, takut dikontrol oleh pusat, bahkan takut kehilangan kedudukan pelayanan mereka di sana! Ada juga yang langsung menolak karena merasa antipati sekali dengan gereja besar itu, terutama pribadi-pribadi para pemimpinnya! Gosip mulai beredar, baik secara halus, maupun terang-terangan. Bahkan ada yang memulai blog-blog pribadi hanya untuk menyerang Gereja Hillsong dan visi rencana pergabungan tersebut!

3. Langsung Berserah, karena tidak ingin memihak kepada siapa pun juga, selain kepada Tuhan! Hillsong atau bukan, tidak menjadi masalah. Karena mereka merasa yakin, bahwa mereka sudah ditempatkan oleh-Nya di sana. Gereja apa pun adalah Gereja Tuhan, milik-Nya, bukan milik perseorangan atau kelompok-kelompok tertentu saja. Kendatipun harus melalui berbagai tantangan, di setiap masa gereja-Nya akan selalu ada sampai saat kedatangan-Nya kembali. Mereka menyadari, bahwa memang tidak ada gereja di dunia yang sempurna! Sekalipun secara keseluruhan mereka adalah Tubuh Kristus, suatu saat setiap gereja, para pemimpinnya, dan juga jemaat-jemaatnya, pasti harus mempertanggung-jawabkan motif-motif dan tindak-tanduk mereka di hadapan-Nya. Firman Tuhan jelas memperingatkan hal itu! (Wahyu 2-3)

Louie Giglio, salah seorang dari penginjil-penginjil yang paling efektif di dunia masakini, hadir di Hillsong Conference yang diadakan di kota Sydney awal bulan Juli 2009 yang baru lalu. Tema khotbahnya yang berkisar pada ungkapan terkenal: Jesus Loves Us, membahas sedikit tentang masalah itu dengan jitu sekali. Sebagai penutup firman, tanpa menunjukkan rasa kurang hormat kepada Ps Brian Houston, yang adalah tuan rumah konferensi tersebut, Louie Giglio berkata, bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan, bahwa merekalah yang ‘membangun’ atau ‘memulai’ sebuah gereja. Karena Tuhan sudah memulainya 2000 tahun yang lalu. Ia-lah Kepala Gereja (Tubuh Kristus), … bukan para perintis gereja-gereja lokal. Tuhan-lah pemiliknya, termasyhur atau tidak, besar atau kecil. Kita semua, siapapun juga, hanya menjadi bagian dari tubuh-Nya saja, bukan kepala-kepala yang harus dikagumi dan dielu-elukan.

Karena di dalam gereja-Nya hanya ada satu Kepala saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus! Kita harus bersyukur sudah menerima kesempatan untuk menjadi bagian dari tubuh, yang kendatipun tidak sempurna, mempunyai Kepala Yang Tak Tergoyahkan! Rasul Paulus menulis di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose: Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” (Kolose 1:18)

Memang harus diakui, semenjak ‘nama’ gereja kami, Garden City Christian Church, diubah menjadi: Hillsong Church, Brisbane Campus, jemaat baru datang mengalir dari mana-mana. Seketika itu juga jumlah generasi muda gereja kami menjadi naik dengan pesat sekali, meningkat berlipat-lipat ganda. Kendatipun banyak anggota jemaat lama yang ‘mengundurkan diri’, pergi semenjak peralihan ‘kuasa’ tersebut, setiap kebaktian gereja kami malah menjadi penuh sesak sekali. Terutama ibadah di hari Jumat malam yang mengawali perubahan itu selama enam minggu pertama! Bahkan mencari parkir pun sekarang susah! Siapakah yang tidak mau hadir, jika para penginjil dan pemimpin-pemimpin pujian yang terkenal dari Hillsong Church khusus didatangkan dari pusat untuk melengkapi acara ibadah gereja kami secara bergantian?

Sungguh menakjubkan, bagaimana ‘prestasi’ sebuah nama bisa mengubah jumlah jemaat sebuah gereja dalam waktu yang begitu singkat!

Ibadah perdana yang diadakan pada hari Minggu tanggal 24 Mei 2009 jam 8:30 pagi, sangat meriah, penuh sesak seperti suasana pesta. Dimulai dengan puji dan sembah yang dipimpin oleh Ps Reuben Morgan, Worship Pastor Hillsong Church, didukung oleh para pemusiknya yang termahir. Dan diakhiri dengan firman yang dibawakan oleh Ps Brian Houston. Semenjak saat itu setiap minggu secara bergantian Darlene Zschech, Joel Houston, Jad Gillies, Jonathon Douglas, dan lain-lainnya, bahkan gitaris Nigel Hendroff didatangkan dari kota Sydney untuk memeriahkan ibadah gereja kami.

Saya tahu, jumlah jemaat yang besar sebuah gereja, di mana pun saja, bukan menjadi jaminan, bahwa mereka pasti sudah berkenan di hati Tuhan! Oleh karena itu saya berdoa, agar bukan nama Hillsong Church yang menjadi besi sembrani penyebab kehadiran banyak jemaat yang baru di gereja kami, tetapi Nama di atas segala nama, Nama Tuhan Yesus Kristus-lah yang menjadi penyebabnya! Sebab Tuhan melihat sikap hidup umat-Nya terlebih dahulu. Ia menuntut kemurnian hati dan ketaatan jemaat, yang dari awalnya datang ke rumah-Nya hanya untuk bersekutu dengan Dia saja, dan bukan oleh karena ingin menyaksikan hamba-hamba-Nya yang termasyhur di dunia memimpin ibadah di sana!

Semoga kami semua mempunyai kerendahan hati untuk selalu memeriksa motif masing-masing. Haleluya!

John Adisubrata
Agustus 2009