Friday, April 24, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (2)


Kesaksian John Adisubrata

DOMBA YANG SESAT

“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.” (Efesus 2:1-2)

Entah mengapa, atau berasal dari mana, saya tidak bisa menudingnya secara tepat, apa atau siapa yang sudah berhasil menyebabkan saya mau mempercayainya, tetapi … semenjak kanak-kanak saya sudah merasa yakin, bahwa di samping alam yang nyata ini ada suatu ‘alam’ lain yang tidak tampak secara kasat mata. Alam di mana PRIBADI-PRIBADI yang jauh lebih tinggi berdiam dan berkuasa atas dunia ini. Sebelum kami sekeluarga akhirnya memeluk agama Kristen, meskipun masih samar sekali, saya sudah percaya, bahwa Tuhan itu benar-benar ada.

Saya adalah anak terbungsu dari lima bersaudara yang dibesarkan di dalam sebuah rumah tangga yang diberkati oleh Tuhan dengan keharmonisan hidup. Jelas kedua orang tua kami bukan ayah dan ibu yang sempurna, tetapi saya harus mengakui dengan jujur, bahwa selama masa pertumbuhan saya mereka selalu memberikan teladan-teladan hidup yang bijak kepada anak-anaknya. Mereka berpaling kepada Kristus ketika saya masih berusia muda sekali.

Sejauh ingatan saya, mereka selalu aktif terlibat di dalam berbagai kegiatan gereja lokal kami. Berpuluh-puluh tahun lamanya, dengan tekun dan setia mereka melayani di sana. Selain anak sulung mereka yang memilih untuk memeluk agama Katholik, kami berempat adik-adiknya mengikuti teladan mereka, beribadah dan dibaptis di sebuah gereja Protestan (GKI) di dekat rumah kami di kota Surabaya.

Setelah dewasa saya menjadi percaya, bahwa hal-hal supranatural seperti: kesembuhan instan, kepenuhan Roh Kudus, karunia berbahasa roh, bernubuat, mengusir Setan dan lain sebagainya, adalah mujizat-mujizat yang terbatas hanya terjadi di masa-masa yang telah silam saja. Saya yakin, peristiwa-peristiwa penuh keajaiban yang terjadi dan dicatat di dalam Alkitab tidak mungkin dialami oleh umat kristiani masakini. Karena itu, meskipun sudah percaya pada Tuhan, saya juga tidak mau menentang kenyataan, bahwa logika-logika yang sehat masih harus terus dipergunakan. Saya percaya, segala sesuatu yang terjadi harus bisa dibuktikan terlebih dahulu untuk bisa diakui kebenarannya.

Melewati masa-masa sekolah berjarak jauh di luar tanah air, sebagai seorang mahasiswa muda yang berasal dari keluarga yang cukup ketat didikannya, saya tahu, bahwa saya sangat membutuhkan bimbingan di bidang kerohanian. Sepanjang awal tahun-tahun perantauan di negeri orang, tanpa menyadarinya sendiri, saya terus berusaha untuk menemukan kebenaran dan makna hidup saya. Saya mencoba mempelajari firman Tuhan, bahkan ikut melibatkan diri di dalam kegiatan-kegiatan sebuah perkumpulan Kristen yang menampung pelajar-pelajar yang datang dari berbagai negara.

Tetapi bimbingan yang bertitik-berat pada ketrampilan berorganisasi, dan bukan kerohanian para anggotanya, menyebabkan saya berusaha mencari kebenaran tersebut dari sumber yang berbeda. Akibatnya, selama dua tahun saya menjadi terlibat dengan ajaran Saksi Yehuwa. Melalui ketekunan para pengikutnya yang mau mengorbankan waktu mengajar saya, untuk pertama kalinya saya mempelajari isi Alkitab secara rutin. Dengan rajin, sabar dan setia mereka membimbing saya secara pribadi, setiap minggu pada hari-hari yang sama, menelaah isi firman Tuhan, tetapi versi mereka. Terus terang saja, saya merasa sangat kagum akan komitmen mereka di dalam melayani kebutuhan saya. Saya juga menghargai pengetahuan mereka, akan kecekatan mereka di dalam menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan mengenai ayat-ayat yang ada di dalam Alkitab.

Sekarang saya baru menyadari, bahwa sebenarnya dari dahulu saya sudah mempunyai kerinduan yang besar untuk mencari dan mengenal Tuhan, Pencipta saya. Sebutir bibit iman yang sudah semenjak kanak-kanak ditanam oleh-Nya di dalam hati saya secara diam-diam, sedang berusaha mencari jalan untuk tumbuh dan bertunas. Namun oleh karena keadaan lingkungan yang tidak mengijinkannya, saya tidak pernah mendapatkan kesempatan itu.

Akhirnya tanpa saya sadari sendiri, saya sudah menerima ajaran-ajaran yang keliru, yang amat berlawanan dengan kabar baik firman Tuhan yang sebenarnya. Salah satu di antaranya adalah penolakan mereka akan keberadaan neraka. Ajaran inilah yang akhirnya mempengaruhi diri saya untuk mengambil keputusan yang tetap, yaitu: Berhenti mencari Tuhan dengan meninggalkan Dia sama sekali!

Kalau neraka sebenarnya tidak ada, dan setiap orang berdosa akhirnya lenyap tak berbekas seperti yang mereka ajarkan kepada saya, berarti hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang jahat di akhir zaman hanyalah alasan untuk menakut-nakuti umat manusia saja. Oleh karena itu, mengapa saya harus merasa gentar lagi untuk berbuat dosa? Sebagai konsekuensinya, saya mulai terjun dan mengikuti arus gelombang kehidupan bebas kaum muda-mudi yang sudah dihalalkan oleh dunia di sekitar saya.

Tak terasa … waktu berlalu dengan pesat sekali!

Sementara saya terus berpetualangan di dunia yang cemar ini, kedua orang tua saya tetap rajin melayani di gereja lokal kami, menabur benih-benih kasih di ladang Tuhan dengan setia. Setiap hari secara rutin mereka menyerahkan anak-anak mereka kepada-Nya di dalam doa-doa syafaat yang mereka panjatkan untuk kami berlima. Di sinilah makna kuasa doa dibuktikan oleh Tuhan sendiri kepada saya! Bahwa Ia mendengar dan selalu mengabulkan doa-doa orang-orang yang sudah dibenarkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib, mereka yang selalu berdoa sesuai dengan rencana-Nya, yaitu melihat umat yang dikasihi bertobat dan berpaling kembali kepada-Nya!

Saya mempunyai keyakinan yang amat besar, bahwa doa-doa mereka disertai benih-benih kasih yang mereka taburkan di ladang Tuhan dengan setia selama itu, tidak berakhir dengan sia-sia. Anak-anak merekalah yang menuai hasilnya!

Karena tanpa sebenarnya merasa layak untuk menerima anugerah yang begitu besar, saya dikaruniai oleh Tuhan seorang istri yang semenjak kecil sudah mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh. Ternyata di luar kesadaran saya sendiri, jumlah pasukan pahlawan-pahlawan pendoa syafaat bagi keselamatan hidup saya menjadi semakin bertambah besar! Tetapi, tentu saja pada waktu itu saya tidak mengetahui, … apalagi menghargai anugerah tersebut!

Entah berapa lama istri saya sudah berdoa bagi pertobatan saya? Yang pasti, oleh karena kasih setia-Nya pada umat yang takut kepada-Nya, … akhirnya Tuhan mengabulkan permohonan mereka dengan mencurahkan kasih karunia-Nya yang luar biasa kepada saya! Tanpa tanggung-tanggung lagi Ia mengirimkan tim-Nya dari Indonesia untuk memanggil diri saya!

Di sinilah kisah keajaiban kasih karunia Tuhan yang hendak saya bagikan kepada Anda sekalian diawali!

Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, …; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.” (Yehezkiel 34:16)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (3)
Kesaksian John Adisubrata

THE TRUE WORSHIPPERS: VOICE OF A GENERATION

Semuanya adalah Kasih Karunia (1)


Kesaksian John Adisubrata

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)

PENDAHULUAN: DEDIKASI

“Apabila kamu mempersembahkan korban keselamatan kepada TUHAN, kamu harus mempersembahkannya sedemikian, hingga TUHAN berkenan akan kamu.” (Imamat 19:5)

Kesaksian ini saya dedikasikan seluruhnya kepada Tuhan, Pencipta segenap alam semesta, yang oleh karena besar kasih-Nya, telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia untuk menebus dosa-dosa manusia, agar setiap umat yang percaya kepada Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)

Tuhan, yang berkuasa mutlak untuk menggunakan bakat, bidang atau minat setiap orang, serta mengubahnya menjadi umpan-umpan yang ampuh untuk memanggil mereka yang dari semula sudah ditentukan untuk menjadi pengikut-pengikut-Nya. Nabi Yeremia mencatat firman-Nya: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5)

Karena tidak ada kuasa apa pun di dunia ini, atau di ‘alam-alam’ lainnya, yang bisa menghalang-halangi terlaksananya rancangan-rancangan yang sudah ditentukan oleh-Nya untuk mereka, seperti yang digambarkan oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Roma: “…atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:39)

Rasul Yohanes menulis: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yohanes 6:44) Begitu juga: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yohanes 15:16) Ayat-ayat yang membuktikan, bahwa setiap peristiwa yang terjadi berhubungan dengan pertobatan hidup seseorang, selalu diprakarsai oleh-Nya. Itulah yang dimaksud dengan kasih karunia yang luar biasa! Mereka mendapatkannya, pada saat mereka sebenarnya tidak berhak untuk menerimanya!

Rasul Paulus menjelaskan hal itu seperti ini: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8)

Kisah pertobatan saya ini berkisar seluruhnya pada sebagian ayat-ayat yang ia tulis di dalam suratnya kepada jemaat di Efesus dengan judul: Semuanya adalah kasih karunia. (Efesus 2:1-10) Seorang rasul, yang pada suatu siang hari bolong sudah dijamah dan diubah sikap hidupnya oleh Tuhan Yesus Kristus dalam perjalanannya ke kota Damsyik, di hadapan orang-orang yang mengenalnya dengan akrab.

Ayat-ayat tersebut menjadi dasar kesaksian ini untuk menekankan, bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu dibanggakan oleh setiap orang yang menerima kesempatan yang luar biasa ini, selain bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan! Sebab itu bukan diberikan kepada mereka oleh karena mereka berhak menerimanya, tetapi hanya oleh karena kasih karunia-Nya saja!

Kisah sejati yang akan saya ceriterakan secara detil ini, … seperti apa adanya, saya tulis untuk mengekspresikan rasa syukur tersebut kepada Tuhan. Saya ingin mengutarakan secara terbuka, … kepada umum, rasa cinta yang amat dalam kepada Allah Bapa di sorga, yang sudah bersedia memberikan kesempatan yang kedua kepada saya untuk bertobat dan memperbaiki sikap hidup yang selama itu amat tidak berkenan di hati-Nya.

Sampai sekarang saya masih tetap merasa berhutang budi sekali kepada-Nya. Saya merasa sangat dikasihi. Suatu ‘kehormatan’ yang saya ketahui, mengingat masa lalu saya, sebenarnya tidak layak untuk dianugerahkan kepada saya.

Oleh karena itu, saya berhasrat untuk mempersembahkan seluruh kesaksian ini hanya kepada Dia saja, yang telah membuka mata hati nurani saya, membuatnya menjadi lebih peka terhadap suara-Nya. Seorang Sahabat yang bersedia mengajar dengan sabar dan setia, agar saya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, antara yang benar dan yang sesat. Penasehat yang dilukiskan di dalam Alkitab dengan tepat sekali, sebagai Tuhan dan Firman yang hidup sampai selama-lamanya. Haleluya!

Biarlah melalui kesaksian ini, yang membuktikan kebenaran, kebesaran dan keajaiban kasih karunia Tuhan, hanya Ia saja yang menerima segala pujian, hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Janji-janji-Nya kepada umat yang dikasihi, yang semuanya tertulis di dalam firman Tuhan, dan yang tidak pernah berubah, sudah dinyatakan oleh-Nya sendiri dengan penuh keajaiban kepada saya pada tanggal 30 Maret 1997.

Harapan saya, kesaksian ini bisa memberkati setiap orang yang bersedia membacanya, baik yang sudah mempunyai ‘personal relationship’ dengan Allah Bapa di sorga, maupun yang masih belum pernah mendengar atau mengenal Tuhan Yesus Kristus, dan Injil keselamatan-Nya.

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (2)
Kesaksian John Adisubrata

DOMBA YANG SESAT

Di Balik Kesaksian: 'Semuanya adalah Kasih Karunia'


Oleh John Adisubrata

“umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.” (Yesaya 43:21)

Kesaksian ini sudah pernah saya tulis dan saya bagikan dengan judul yang serupa di awal tahun 2000. Kesaksian versi aslinya, berbentuk artikel bersambung dengan bahasa Indonesia yang sangat acak-acakan, sebenarnya adalah pengembangan dari isi sepucuk surat yang saya tulis di bulan April 1997, yang saya tujukan hanya kepada ayah dan keluarga saya saja, untuk memberitahukan kepada mereka untuk pertama kalinya, betapa besar kasih dan kuasa Tuhan yang sudah berhasil mengubah sikap hidup saya melalui peristiwa ajaib kelahiran baru yang saya alami beberapa minggu sebelumnya.

Melalui kesempatan ini saya ingin membagikannya sekali lagi secara eksklusif, hanya di dalam blog pribadi saya ini: Kristiani Australiana, bagi Anda yang belum pernah mendengar atau membacanya.

Kendatipun isinya sama persis seperti versi yang mula-mula, saya perbaharui dan saya rombak secara total tata bahasa dan cara-cara penyampaiannya. Bahkan hampir semuanya saya tulis ulang dengan menghapus hal-hal yang tidak perlu, dan dengan lebih menekankan detil-detil terpenting yang merupakan inti dari kesaksian ini, … yaitu: Semuanya adalah Kasih Karunia! Perbedaan antara kedua versi tersebut dapat ditemukan hanya di bagian-bagian terakhirnya saja.

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kesediaan Anda untuk mengikutinya. Harapan saya, kesaksian ini bisa memberkati Anda sekalian, baik yang sudah mempunyai hubungan pribadi dengan Allah Bapa di sorga, maupun yang masih belum pernah mendengar atau mengenal Tuhan Yesus Kristus, dan Injil keselamatan-Nya.

Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya! Haleluya!

Syalom,

John Adisubrata
April 2009

Friday, April 17, 2009

Something Beautiful (6)


Oleh: John Adisubrata

HANCUR DAN REMUK

“Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” (Yesaya 57:15b)

Tetapi selain itu Tuhan juga tidak pernah mengatakan, bahwa Ia tidak mau menggunakan orang-orang yang berpendidikan, orang-orang yang terpandang dan kaya, atau orang-orang yang terkenal, yang dikagumi oleh masyarakat. Isi firman Tuhan membuktikannya, baik di dalam Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru.

Lukas, sahabat rasul Paulus, yang menulis Injil yang ketiga dan juga kitab Kisah Para Rasul, adalah seorang dokter. Oleh karena latar belakang bidang pekerjaannya yang membutuhkan kepribadian seseorang yang teliti, ia dipilih oleh Tuhan untuk menceriterakan kembali peristiwa-peristiwa bersejarah itu secara akurat dan terperinci sekali. Zakheus, yang bertobat ketika Yesus menumpang di rumahnya, adalah seorang kepala pemungut cukai yang amat berada. (Lukas 19:1-10) Yusuf dari Arimatea, seorang kaya-raya yang berkedudukan tinggi di dalam masyarakat, dipercayai oleh Tuhan untuk mengapani dan mengubur tubuh Yesus setelah penyaliban-Nya. (Matius 27:57-61) Lidia, yang menjadi percaya kepada Kristus oleh karena pelayanan rasul Paulus, juga dicatat di dalam Alkitab sebagai seorang pengusaha wanita yang berhasil pada zamannya. (Kisah Para Rasul 16:14-15)

Tuhan mengenal isi hati setiap insan, siapa pun juga orangnya yang akan dipanggil atau dipilih oleh-Nya. Ia hanya menolak orang-orang yang sombong, yang selalu merasa diri mereka paling pintar, paling sukses, paling terkenal, paling hebat, paling kaya, atau paling benar! Alkitab berkata, bahwa kecongkakan mata dan kesombongan hati yang menjadi pelita orang fasik adalah perbuatan dosa! (Amsal 21:4)

Tetapi oleh karena keajaiban kasih karunia Tuhan, … jika akhirnya mereka juga ditentukan untuk menjadi saksi-saksi-Nya, sikap-sikap hidup mereka akan dihancurkan dan diremukkan terlebih dahulu! Sifat-sifat yang jahat tersebut akan dibasmi, sebelum mereka dipercayai oleh Tuhan untuk mengerjakannya. Saulus, yang diubah menjadi rasul Paulus, mengalaminya ketika ia dilawat oleh Tuhan dalam perjalanannya ke kota Damsyik. (Kisah Para Rasul 9:1-19a)

Tidak jarang orang-orang seperti itu dipaksa turun ke suatu tingkat di mana kata ‘bawah’ benar-benar mempunyai arti yang sesungguhnya. Begitu rendahnya, sehingga tiada kemungkinan lain bagi mereka selain menatap ke atas, menunggu dan mengharapkan pertolongan dari sana.

Yusuf mengalaminya. (Kejadian 37-41) Yesus juga menyinggung prinsip tersebut di dalam perumpamaan termasyhur yang diceriterakan oleh-Nya mengenai anak yang hilang. (Lukas 5:11-32) Demikian pula Musa, yang dipersiapkan oleh Tuhan selama 40 tahun di negara orang, diubah dari seorang putra raja Mesir yang hidup penuh kelimpahan, menjadi seorang buronan dan penggembala domba yang tidak memiliki apa-apa. (Keluaran 2-3)

Roma 3:23: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, …”, menunjukkan, bahwa setiap orang, tanpa perkecualian, sebenarnya tidak berharga untuk dipanggil, bahkan untuk dipilih oleh-Nya! Tetapi ayat tersebut tidak berakhir di situ saja, melainkan disambung dengan sebuah tawaran anugerah sebagai solusinya: “…, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”

Keangkuhan adalah dosa, tidak berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan jahat lainnya. Semua orang mewarisinya semenjak Adam dan Hawa melakukannya untuk pertama kali di taman Eden. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan, bahwa mereka bebas dari dosa tersebut. Karena hanya memandang rendah orang-orang lain saja, sekalipun itu terjadi di luar kesadaran kita, adalah suatu tindakan kesombongan. Apalagi menolak atau meremehkan perintah-perintah Allah. Siapakah yang tidak pernah melakukannya?

Saya pernah! Bahkan terus terang saja, … kadang-kadang tanpa sadar saya masih melakukannya!

Dari seorang yang selalu merasa minder di masa kanak-kanaknya, saya yakin, saya tumbuh menjadi seorang yang (terkesan) angkuh sekali, karena saya selalu berusaha untuk menutupi kekurangan-kekurangan saya dengan memamerkan ‘kelebihan-kelebihan’ yang saya duga saya ‘miliki’. Saya menjadi bangga akan keberhasilan hidup saya, … baik di bidang pendidikan, di bidang pekerjaan, maupun di bidang pernikahan/keluarga. Kenyataan yang sesungguhnya, semua yang sudah berhasil saya capai, memang saya perjuangkan seorang diri, tanpa menerima bantuan dari siapapun juga. Di situlah saya menjadi lupa akan campur tangan Tuhan di dalamnya. Tanpa bakat-bakat yang Ia karuniakan, dan juga bantuan doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang kudus yang mengasihi saya, semua itu tidak mungkin terjadi.

Beberapa tahun sebelum saya menerima panggilan Tuhan, saya dihadapkan dengan dosa kesombongan itu melalui suatu rentetan peristiwa tidak menyenangkan yang harus saya lalui di bidang pekerjaan saya. Perubahan di bagian pimpinan kantor yang menyebabkannya. Dari seorang yang sebelumnya selalu dihargai dan diperhatikan kontribusinya, sesudah perubahan itu terjadi, saya menerima perlakuan yang berbeda 180 derajat! Merasa tertolak, sikap saya berubah dari seorang yang confident, menjadi seperti seorang yang baru kehilangan identitasnya. Saya merasa putus asa sekali, bahkan … menjadi bingung akan makna hidup saya di dunia! Kalau saat itu hati saya sudah terasa hancur sekali, jiwa saya jauh lebih remuk lagi! Seperti ingin mati saja!

Kemarahan yang tidak bisa saya salurkan kepada orang yang menyebabkannya, terus membara di dalam hati. Sebagai akibatnya, yang menjadi sasaran kegeramannya adalah orang-orang yang berada di sekitar saya! Hidup yang tadinya penuh ketenangan, tiba-tiba berubah penuh dengan konflik-konflik tegang yang tidak menyenangkan! 

Sedikit yang saya ketahui pada saat itu, bahwa Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang indah di tengah-tengah kehancuran hidup yang saya alami tersebut. Saya lahir baru setahun sesudah peristiwa itu berlalu! Ternyata untuk bisa mencapai titik terpenting itu, saya memerlukan waktu tiga tahun untuk dipersiapkan oleh Tuhan di mana Ia memaksa saya turun ke suatu tingkat di mana kata ‘bawah’ benar-benar mempunyai arti yang sesungguhnya. Begitu rendahnya, sehingga ketika Ia menawarkan keselamatan hidup dari sorga secara tiba-tiba dan tak terduga, dengan hati hancur dan jiwa yang remuk saya meraih kesempatan itu dan meresponinya. Mazmur 34:19 yang berkata: TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”, benar-benar dibuktikan oleh-Nya.

Apabila saat ini Anda sedang melalui saat-saat genting yang serupa, di mana Anda benar-benar tak berdaya tergeletak di ‘bawah’, bersiap-siagalah! Karena Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yang indah bagi Anda. Ingatlah akan kata metamorphoo yang sudah dibahas sebelumnya, karena dalam waktu dekat Anda akan mengalaminya juga! Haleluya!

Pertanyaan-pertanyaan seperti: “Siapakah aku ini, Tuhan?”, “Mengapa aku, Tuhan?” atau “Tuhan, apakah Engkau tidak keliru?”, ternyata lumrah sekali. Setiap orang yang dipanggil oleh-Nya akan selalu mempertanyakan kemampuan-kemampuan mereka, sebab di hadapan Tuhan segala sesuatu yang tidak berkenan akan dimusnahkan. Setiap orang yang ‘penuh’ dengan diri mereka sendiri akan ‘dikosongkan’ terlebih dahulu! Karena Roh Kudus hanya mau memenuhi nol-nol yang kosong saja.

Sampai sekarang saya tetap menyadari, bahwa bakat-bakat saya di pelbagai bidang, yang sudah saya uraikan sebelumnya, tidak berubah. Mereka tetap mediocre, … sama persis seperti ketika saya masih belum bertemu dengan Kristus. Tidak ada satupun di antaranya yang menonjol! Kendatipun demikian saya juga tahu, bahwa Tuhan mau memakai segala ketidak-sempurnaan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan tersebut, dan mengubahnya dari dalam dengan menambahkan kuasa-Nya, sehingga mereka bisa ‘menjelma’ menjadi alat-alat yang berguna untuk mendemonstrasikan kemuliaan dan kasih karunia-Nya.

Keindahan Tuhan akan selalu tampil keluar melalui bakat-bakat yang Ia karuniakan kepada Anda dan saya, pada saat kita mempersembahkan semuanya itu kembali kepada Dia.

Janganlah kuatir akan standar-standar kemampuan Anda, atau membanding-bandingkannya dengan ‘kecanggihan’ orang-orang lain. Tuhan melihat sikap hati kita, dan bukan tingkat-tingkat kemampuan kita! Tugas kita di dalam hal ini hanya mentaati kebenaran firman Allah yang mengatakan, bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah karunia-karunia yang harus kita persembahkan kembali kepada-Nya. (Roma 11:36)

Syair lagu Something Beautiful di bawah ini, karya William dan Gloria Gaither, melukiskan keindahan transformasi yang akan terjadi, jika kita mau menyadari dan mempersembahkan segala kelemahan dan kekurangan-kekurangan kita kepada Tuhan: 

Something beautiful, something good (Sesuatu yang indah, sesuatu yang baik)
All my confusion He understood (Segala kebingunganku Ia mengerti)
All I had to offer Him was brokenness and strife (Semua yang bisa kupersembahkan kepada-Nya hanyalah kehancuran dan masalah)
But He made something beautiful of my life (Tapi Dia membuat sesuatu yang indah dari hidupku)

Marilah dengan setia kita mengerjakan tugas-tugas yang sudah dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Selama kita masih mampu melakukannya, janganlah menunda-nunda kesempatan itu. Karena setiap orang mempunyai waktu yang sangat terbatas di dunia. Siapakah yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi besok? Biarlah kesempatan yang ada di hari ini kita pergunakan sebaik-baiknya, untuk menghindari penyesalan diri di kemudian hari, jika ternyata kita sudah tidak berdaya lagi untuk mengerjakannya.

Rasul Paulus menasehati jemaat di Korintus: “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58)

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya, karena kasih karunia-Nya yang besar. Dan terutama, … oleh karena kerelaan-Nya untuk menerima Anda dan saya seperti apa adanya. Haleluya!

Syalom,

John Adisubrata
April 2009

Friday, April 10, 2009

Something Beautiful (5)


Oleh: John Adisubrata

TRANSFORMASI YANG INDAH

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:11)

Sebuah kata di dalam bahasa Yunani: Metamorphoo/omai tampil hanya empat kali di dalam seluruh kumpulan kitab-kitab Perjanjian Baru. Kata yang bisa ditemui di Matius 17:2, Markus 9:2, Roma 12:2 dan 2 Korintus 3:18 dijelaskan oleh The New Testament Greek Lexicon seperti ini: To change into another form, to transform, to transfigure’, yang berarti: ‘Berubah menjadi bentuk yang berbeda, transformasi, menjelma’. Gabungan dua kata: Meta (afterward, among, hereafter) dan Morphoo (form), memberi pengertian mengenai perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang bermuara dari dalam sebelum perlahan-lahan tampil keluar dengan indahnya.

Sering kali penjelmaan seekor ulat kecil menggelikan, yang pada waktu malam hari menjelma menjadi seekor kupu-kupu bersayap indah dan megah, merekah keluar dari dalam kepompongnya, dipakai sebagai salah satu ilustrasi tepat yang bisa menjelaskan proses yang dimaksudkan oleh kata tersebut.

Anda dan saya juga bisa mengalami metamorphoo. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Tuhan selalu cenderung untuk memilih orang-orang biasa. Bakat-bakat yang sederhana, pendidikan-pendidikan yang tidak berarti, bahkan masa-masa lalu yang memalukan, bukan menjadi halangan bagi Tuhan untuk memakai kita. Karena yang diingini oleh-Nya hanya hati yang siap, taat dan setia saja!

Kita tidak akan pernah mengetahui sampai di mana batas-batas kemampuan kita, kecuali jika kita terjun sendiri untuk memulai pelayanan kita. Besarnya porsi-porsi yang akan dipercayakan kepada kita, tergantung pada respon-respon yang kita berikan kepada-Nya. Melalui perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri, Alkitab berkata: Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21)

Siapa pun juga orangnya yang bisa berhasil di bidang-bidang pelayanan mereka, selalu memulainya dari bawah. Karena di dalam hal ini tidak ada yang dinamakan ‘jalan pintas’! Andaikan saja ada yang mau memberi kesan, bahwa mereka adalah suatu perkecualian, saya jamin, pelayanan mereka tidak akan bertahan lama, karena sebenarnya Tuhan tidak pernah ikut campur di dalamnya.

Iblis akan selalu berusaha untuk meyakinkan, bahwa ia mengetahui diri kita lebih dari kita sendiri. Ia ingin agar kita mentah-mentah mempercayainya. Tetapi kenyataan yang sebenarnya, hanya Tuhan saja yang mengenal segala sesuatu yang ada di dalam diri kita, yang tidak mungkin terlihat oleh orang-orang lain, bahkan oleh diri kita sendiri!

Sering kali kita bertindak seperti Gideon, yang merasa kecil dan tidak berarti, ketika ia menjadi gentar menghadapi serangan orang-orang Median. Tetapi, … apakah yang dilihat oleh Tuhan? Hakim-Hakim 6 ayat ke-12 mengatakan: ‘Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Tuhan justru memandang dia sebagai seorang pahlawan yang gagah perkasa, amat bertentangan dengan keyakinan Gideon mengenai dirinya sendiri!

Percayalah kebenaran ini: Apabila Tuhan memanggil, Ia akan membuat kita menyadarai bakat-bakat yang kita miliki. Lalu kuasa untuk menggunakannya akan dikaruniakan kepada kita. Ketika Gideon merasa tidak berdaya untuk melawan orang-orang Median, Tuhan berfirman: “Pergilah dengan kekuatanmu ini …” (Hakim-Hakim 6:14) Ia juga memberi kepastian kepada Gideon: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Median itu sampai habis.” (Hakim-Hakim 6:16)

Di sinilah letak kebenaran terpenting untuk bisa memahami tahap-tahap bagaimana Tuhan dengan ajaib memakai umat-Nya di bidang mereka masing-masing. Kita harus selalu bersedia dahulu untuk bertindak menggunakan bakat-bakat yang sudah dikaruniakan oleh-Nya. Baru Ia akan menambahkan kuasa yang kita perlukan. Jika kita terus menunggu kuasa tersebut agar kita bisa bertindak, maka kita akan menantikannya dengan sia-sia … untuk selama-lamanya!

Banyak sekali kesaksian orang-orang yang sudah menjadi pengikut-pengikut Kristus, yang menggambarkan keindahan penjelmaan-penjelmaan yang bermuara dari dalam, seperti yang dilukiskan oleh kata metamorphoo.

Salah satu kesaksian yang sudah berhasil menggetarkan hati para pendengarnya, adalah kesaksian seorang hamba Tuhan yang berasal dari kota Brisbane, Australia, yang bernama: Nick Vujicic. Ia membuktikan melalui pengalaman hidupnya, bahwa … bersama Yesus, memakai bakat-bakat yang sebelumnya tidak disadari olehnya sendiri, ia mampu menghancurkan kubu-kubu pertahanan Iblis, sehingga dengan caranya yang unik ia bisa memperkenalkan Kristus kepada mereka. Nick yang dilahirkan tanpa kedua kaki dan tangannya, tumbuh dengan citra diri yang cedera. Ia menjadi putus asa karena merasa yakin, bahwa dirinya tidak berharga sama sekali. Tetapi pada saat ia menerima Kristus sebagai Juruselamatnya, tujuan hidupnya menjadi nyata, karena Roh Kudus membuat dia menyadari bakat-bakatnya. Ia mengalami metamorphoo!

Memakai ketrampilannya di bidang komunikasi, ia memberi harapan kepada kaum remaja di mana-mana yang sudah kehilangan makna hidup. Semenjak tahun 2003 ia sering bepergian mengelilingi dunia, termasuk kota-kota besar di Indonesia, memberikan penyajian dan seminar-seminar sebagai seorang motivational speaker yang amat berpengaruh. Baik di gereja-gereja maupun KKR-KKR, ia selalu berhasil menguatkan iman para pendengarnya. Yang paling penting, di mana pun ia berada, dan pada setiap kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, ia selalu memperkenalkan Kristus kepada mereka yang masih belum mengenal Dia! Banyak sekali orang-orang yang mau bertobat ketika mengikuti penyajian kesaksiannya yang menakjubkan tersebut. (Baca: FNLTNL: Keajaiban Kasih Karunia Tuhan, bagian 1-3)

Kadang kala dosa-dosa masa lalu kita juga bisa dipergunakan oleh Tuhan untuk mempengaruhi kehidupan orang-orang yang pernah mengalami masa-masa lalu yang serupa dengan tujuan untuk menguatkan iman, agar mereka bisa melupakannya. Atau mempengaruhi orang-orang yang sedang melakukan dosa-dosa yang sama dengan tujuan untuk mencegah mereka meneruskan kebiasaan-kebiasaan yang buruk tersebut.

Ted Bundy, seorang kriminil yang semenjak berumur 12 tahun sudah kecanduan buku-buku dan film-film porno, diakui oleh masyarakat dunia sebagai salah seorang dari pembunuh-pembunuh serial sepanjang masa yang paling bulus dan kejam. Melalui pelayanan Dr James Dobson, pengelola acara termasyhur: Focus on the Family, ia meninggalkan sebuah legacy mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat kecanduannya. Ia juga mengalami metamorphoo yang menakjubkan itu, yang awalnya sangat diragukan kebenarannya oleh para pengikut Kristus yang lain!

Kesaksiannya yang berjudul: Pornography: Addictive, Progressive and Deadly yang hanya berbentuk wawancara singkat, berhasil menobatkan hidup tak terhitung banyaknya orang-orang, terutama para remaja, yang masih terbelenggu oleh dosa-dosa pornografi. Wawancara yang dilakukan oleh Dr James Dobson dan Ted Bundy tersebut terjadi pada menit-menit terakhir sebelum ia menjalani hukuman mati di atas kursi listrik. (Baca: D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf, bagian 1-4)

Seperti Nick Vujicic atau Ted Bundy yang dipercayai oleh Tuhan pelayanan yang bertaraf internasional melalui bakat-bakat atau masa-masa lalu mereka, ada juga orang-orang yang ‘hanya’ dipercayai dengan pelayanan-pelayanan sederhana yang bersifat lokal seperti seorang guru SD di kota Surabaya yang bernama Pak Paliyama. Ia juga mengalami metamorphoo, ketika ia bersedia dipakai oleh Tuhan untuk melayani murid-murid di sekolahnya dengan memperkenalkan Kristus kepada mereka melalui pelajaran agama yang ditawarkan di sana setiap minggu. Pelayanan yang amat sederhana seperti itu, kadang kala mempunyai dampak luar biasa yang sukar sekali untuk dipahami oleh daya pikiran manusia! (Baca: Tribute: ‘Batu Karang Yang Teguh’)

Tuhan condong untuk memilih orang-orang biasa yang tahu, bahwa mereka adalah nol-nol besar yang kosong belaka! Karena melalui orang-orang seperti itu, akan tampak kelak SIAPA yang sebenarnya mempunyai kuasa dan yang berhak menerima penghormatan dan penghargaan dari umat-Nya. Ingatlah, hanya bersama Yesus saja, melalui kuasa Roh Kudus, kita bisa mengalami penjelmaan indah tersebut. Di luar Dia, hal itu tidak akan terjadi!

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:29-30)

(Bersambung)

SOMETHING BEAUTIFUL (6)

HANCUR DAN REMUK