Friday, June 26, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (12)


Kesaksian John Adisubrata

PENUTUP: “BAGAIMANA SEKARANG?”

‘Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.” (Ibrani 10:15-17)

Beberapa tahun yang lalu saya menerima sebuah e-mail dengan message yang tak terlupakan. Seorang bernama TLK yang baru saja membaca kesaksian ini, tetapi versi yang mula-mula, ingin mengetahui, apakah setelah berlalunya waktu bertahun-tahun lamanya, isinya masih tetap relevan dengan kehidupan saya pada waktu itu.

Inilah kalimat pertama yang mengawali e-mail tersebut: “Bagaimana sekarang? Apakah masih hidup … di dalam Kristus?” Jarak antara hidup’ dan ‘di … jauh sekali, dipisahkan oleh berpuluh-puluh titik! Ia ingin mengetahui, apakah pandangan saya tentang Tuhan dan kasih-Nya kepada saya masih sama seperti saat ketika saya menulis kesaksian itu hampir enam tahun sebelumnya? Apakah saya masih tetap mengasihi dan mau melayani Dia seperti yang saya ceriterakan di sana? Pertanyaan-pertanyaannya mempunyai alasan-alasan yang amat sah!

Saya memahami kesangsiannya, karena memang sering kali ketidak-konsistenan hidup seperti yang ia duga itu terbukti dan terjadi di mana-mana. Banyak orang yang mendadak berubah ‘pikiran’ sesudah mengikuti Kristus bertahun-tahun lamanya. Baik oleh karena kecewa, atau … merasa dikecewakan! Sesuatu yang tampak lumrah sekali terjadi di akhir zaman ini!

Terus terang saja, seperti mereka, saya juga tidak immune dari hal-hal seperti itu! Tetapi kendatipun demikian saya selalu memegang erat-erat janji-janji firman Tuhan, pada saat-saat genting di mana saya membutuhkan kekuatan-Nya. Firman yang tidak berubah sampai selama-lamanya, yang memberi jaminan teguh kepada kita, jika kita benar-benar bersandar kepada-Nya!

Saya percaya sekali akan ayat yang mempunyai arti amat penting ini: Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8:36) Demikian juga ayat yang ditulis oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi: “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1:6) Dan ayat yang ditulis olehnya khusus untuk memberikan kepastian kepada jemaat di Tesalonika: Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” (1 Tesalonika 5:24)

Tetapi kendatipun demikian, saya juga tidak mau mengabaikan firman Tuhan yang menganjurkan kepada kita untuk selalu berjaga-jaga, agar jangan sampai kita terpedaya lagi oleh Iblis, dengan kembali melakukan dosa-dosa yang sama, bahkan ... dosa-dosa yang lebih jahat lagi! (Matius 7:15-23, 25:1-13; Lukas 11:24-26; Wahyu 2-3)

Tentu saja jawaban saya kepada TLK adalah: “Ya, saya masih tetap hidup di dalam Kristus, dan tetap melayani di bidang-bidang yang sudah dipercayakan kepada saya!” Karena memang itulah kenyataan yang sebenarnya.

Selama tahun-tahun yang sudah berlalu dengan pesat ini saya belajar, bahwa:

1. Tuhan selalu memprakarsai persekutuan yang intim dengan umat-Nya. Melalui kuasa Roh Kudus, Ia-lah yang mengetuk pintu hati nurani kita, membisiki dan menasehati, bahkan kadang-kadang memperingati untuk menyadarkan kita dari tindakan-tindakan yang keliru, bahkan tindakan-tindakan dosa. Tetapi biasanya selalu kita acuhkan, karena tidak/belum mengenali suara-Nya. Meskipun demikian, kesabaran-Nya tidak terbatas! Keputusan terakhir selalu ada di tangan kita. Apakah kita mau meresponi gagasan-Nya, … Ia tidak akan memaksakannya! (Yohanes 15:16)

2. Sampai saat ini Tuhan masih terus berbicara, baik melalui firman-Nya maupun langsung di dalam lubuk hati nurani saya. Membimbing, agar saya semakin hari semakin dekat dengan Dia, dan lebih bersandar kepada-Nya. (Ulangan 30:14) Tidak jarang suara-Nya yang lembut itu memberikan perintah-perintah secara spontan, yang sekarang selalu saya tanggapi dengan hati gentar!

3. Kesetiaan setiap orang tua yang bertekun di dalam doa bagi keselamatan hidup anak-anak mereka, demikian juga istri-istri bagi suami-suami mereka, atau kebalikannya, kendatipun harus melalui jangka waktu yang sering kali tak terduga, PASTI akan dikabulkan oleh-Nya! (Matius 21:22) Sudah terbukti melalui kesaksian-kesaksian orang percaya sepanjang masa, bahwa doa-doa mereka mempunyai kuasa yang besar untuk menentukan, bahkan mengubah suasana.

4. Jika kita sudah pernah mengakui-Nya sebagai Tuhan, tetapi meninggalkan-Nya, Ia PASTI akan memberikan kesempatan yang kedua kepada kita! (Lukas 15:11-32) Cara-cara-Nya memanggil setiap orang selalu unik dan berbeda-beda, disesuaikan dengan bakat, bidang atau minat masing-masing. Biasanya kita akan dipakai oleh Tuhan untuk melayani di ladang-Nya menggunakan kombinasi dari ketiga kategori tersebut.

5. Sering kali Tuhan memanggil umat-Nya melalui peristiwa-peristiwa adikodrati bagi mereka yang memiliki iman seperti Tomas, seorang rasul yang menolak mempercayai kebangkitan Kristus. Tanpa bukti-bukti yang nyata, ia tidak bisa menerima kebenaran itu. (Yohanes 20:24-29) Saya harus mengakui dengan terus terang, bahwa sekarang saya sudah takluk sekali akan kuasa-Nya yang dahsyat. Saya sudah tidak berani menyangsikan atau mempertanyakannya lagi!

6. Di hadapan Tuhan tidak ada kuasa-kuasa kegelapan yang bisa bertahan. (Lukas 8:28) Dosa-dosa kita, yang sebenarnya diakibatkan oleh karena kehadiran roh-roh jahat yang menguasai tubuh dan jiwa, serta membelenggu hidup kita, … semua itu akan diusir oleh-Nya! Diri kita akan dibersihkan seluruhnya terlebih dahulu sebelum Ia berkenan memenuhinya!

7. Tiba suatu saat setiap orang yang mengasihi Tuhan mengalami penolakan-penolakan atau ejekan-ejekan, ketika berusaha untuk memuliakan nama-Nya melalui sikap hidup atau pelayanan-pelayanan mereka. (Ibrani 11:36) Tidak jarang hal-hal seperti itu berasal dari kalangan sendiri. (Yohanes 9:28) Ketika saya mengalaminya, Tuhan mengingatkan sikap saya sendiri terhadap umat pilihan-Nya dahulu sebelum saya lahir baru, agar saya bisa memahami tindakan-tindakan mereka. Karena meskipun Ia sudah menyelamatkan hidup saya, hukum tabur-tuai masih tetap berlaku!

8. Roh Kudus bisa mengubah hidup setiap orang, tanpa perkecualian. Kasus yang paling sulit pun tidak menjadi masalah bagi Tuhan. (Kisah Para Rasul 9:1-19a) Jika Ia bisa mengubah hidup saya, saya percaya sekali, semua orang juga bisa mengalaminya. Haleluya!

Mudah sekali untuk diprediksi, bahwa semenjak saat itu saya melayani Tuhan di bidang musik, walaupun hanya secara amatiran saja. Di samping itu bakat saya di bidang menulis, yang sudah lama sekali saya tinggalkan semenjak terjun ke dunia kerja, dibangkitkan kembali oleh-Nya. Kendatipun sering kali merasa tidak mampu, saya menerima tugas-tugas yang Tuhan percayakan dengan sungguh-sungguh. Saya berjanji kepada-Nya, bahwa selain menggunakan bakat-bakat tersebut hanya bagi kemuliaan nama-Nya saja, saya juga memakainya sebagai alat untuk menghimbau kedamaian, kesatuan dan kesejahteraan tubuh Kristus!

Terus terang saja, saya merasa kontribusi yang saya berikan di ladang Tuhan tidak berarti sama sekali. Tetapi Tuhan selalu mengingatkan dengan membawa saya kembali ke hari yang amat penting di gereja Indonesia itu, di mana Ia memanggil saya menggunakan dua buah lagu hasil karya hamba-hamba-Nya yang setia, yang menciptakannya lebih dari 100 tahun yang lalu! Siapakah yang menduga, bahwa lagu-lagu tersebut bisa menyentuh hati Bapa di sorga, sehingga layak untuk dinyanyikan oleh malaikat-malaikat-Nya?

Saya yakin, baik Albert Hag Malotte, pencipta lagu The Lord’s Prayer, maupun John Newton, penggubah lagu: Amazing Grace, tidak akan pernah menduga, bahwa sampai sekarang hasil pelayanan mereka itu bisa membuat impact yang begitu besar di dunia. Bahkan di sorga! Saya adalah saksi mereka, karena saya mendengar dengan jelas sekali kedua lagu tersebut didendangkan dengan indahnya oleh para malaikat sorgawi pada siang hari itu.

Tuhan juga mengajarkan, bahwa pelayanan bukan harus selalu bersifat masal. Ia hanya menuntut kesetiaan kita untuk melakukannya. Ia ingin agar kita mengerjakannya untuk kemuliaan nama-Nya saja, dan bukan dengan agenda-agenda tersembunyi yang mendahulukan kepentingan-kepentingan diri kita sendiri! Selanjutnya, … serahkan kepada Tuhan saja. Karena satu orang berdosa yang bisa diselamatkan oleh karena ketekunan kita melayani di ladang-Nya, akan membuat para malaikat di sorga bersukaria! Seperti yang dinyatakan oleh Yesus sendiri: Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15:10)

Sekarang setelah lebih dari 12 tahun berlalu saya harus mengakui, bahwa saya masih tetap berjuang seperti yang dilukiskan oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi: Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:12-14)

Karena saya tetap mempunyai keinginan seperti dulu, yaitu untuk maju terus di dalam iman dan akhirnya memenangkan pertandingan yang tidak mudah ini, agar jika waktu saya ‘tiba’, saya juga bisa menulis seperti dia: Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7)

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
April 1997
Diolah kembali: Juni 2009

Friday, June 19, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (11)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEDELAPAN: CIPTAAN YANG BARU

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)

Keajaiban ini membuat semua keajaiban yang telah saya alami sebelumnya tampak tidak berarti sama sekali, karena puncak dari panggilan Tuhan kepada setiap umat yang dikasihi-Nya digenapi di sini: suatu ciptaan yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri saya sesudah peristiwa itu berlalu, amat sukar untuk dicernakan dengan pengertian saya sendiri, bahkan … pengertian orang-orang di sekitar saya.

Kendatipun ada yang pada awalnya menolak untuk mempercayai ketulenan kejadian itu, mentertawakan, mengejek, bahkan mengolok-olokkannya, mereka tidak bisa membantah kenyataan, bahwa … peristiwa itu berhasil mengubah sikap hidup saya! Kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak berkenan di hati-Nya, dicabut oleh Tuhan secara instan, diganti dengan kerinduan-kerinduan baru yang sesuai dengan firman-Nya. Sedangkan karakter-karakter yang mendukakan hati-Nya, yang sebenarnya sudah lama mendarah daging di dalam diri saya, diubah secara bertahap. Saya akui, proses perubahan tersebut masih terus berjalan sampai sekarang!

Segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah saya perhatikan, sebab tampak ‘biasa-biasa’ saja, tiba-tiba menjadi berarti sekali bagi saya. Semua ciptaan Tuhan, dari rumput-rumput yang berwarna hijau, bunga-bunga yang beraneka ragam, sampai burung-burung yang berkicauan di udara, semuanya menimbulkan sukacita di dalam hati, karena semenjak saat itu saya menjadi mampu untuk melihat dan mengagumi kebesaran kuasa-Nya. Mengucap syukur untuk hal-hal yang paling kecil pun menjadi suatu kebiasaan yang rutin, karena sekarang saya bisa menghargai berkat-berkat tersebut.

Kasih karunia yang Tuhan anugerahkan kepada saya dengan cuma-cuma, membuat saya semakin jatuh cinta kepada-Nya. Bahwa Ia mengasihi dan mau menyelamatkan hidup saya, adalah suatu hal yang sukar sekali untuk bisa dipahami. Seperti umumnya terjadi pada orang-orang yang mengalami fenomena serupa itu, Ia juga langsung menjadi pusat kehidupan saya, nomor satu dan di atas segala-galanya! Istri dan anak saya bisa segera menikmati benefitnya, karena keharmonisan hidup kami sekeluarga menjadi semakin bertambah maksimal.

Semenjak saat itu, jika saya mendengar nama Yesus disebut, atau membaca lagi kisah tentang penyaliban-Nya, entah mengapa, … lubuk hati saya menjadi tergetar secara ajaib sekali. Tiba-tiba penderitaan yang dilalui oleh-Nya di bukit Golgota lebih dari 2000 tahun yang lalu menjadi relevan sekali bagi saya. Seolah-olah semua itu harus diderita oleh-Nya hanya untuk menyelamatkan diri saya!

Karena semenjak hari Minggu tanggal 30 Maret 1997, kira-kira jam 2.30 siang, seperti televisi yang baru pertama kali dipasang menggunakan sebuah antenna agar bisa menangkap gelombang-gelombang acara TV dengan jelas, Roh Kudus telah membantu memberikan kemampuan kepada saya untuk memahami kehendak Bapa di sorga.

Isi firman Tuhan yang dahulu tampak sukar untuk dimengerti, mendadak menjadi seperti aliran sungai kehidupan yang berarti sekali bagi saya. Saya menjadi lapar dan haus akan firman-Nya! Pengertian isi kitab Wahyu yang sebelumnya tidak pernah menarik perhatian saya, dibukakan oleh-Nya secara ajaib sekali. Seolah-olah Tuhan hendak memperingatkan, bahwa saat kedatangan-Nya kembali untuk menjemput umat yang dikasihi oleh-Nya sudah dekat sekali!

Kalau sebelumnya saya selalu mempunyai pandangan yang amat toleran tentang setiap agama di dunia, karena mereka memang sama baiknya, pendirian itu sekarang menjadi berubah. Tanpa ingin mengurangi rasa hormat kepada agama-agama lainnya, saya harus mengakui dengan jujur, bahwa mulai saat itu saya bisa melihat, bahwa Tuhan Yesus berbeda sekali dengan tokoh-tokoh pendiri agama-agama tersebut. Apabila mereka hendak menunjukkan jalan kebenaran kepada para pengikutnya, mereka berkata: “Itulah jalan yang harus engkau ikuti, …” Mereka selalu menunjuk ke arah yang lain, bukan diri mereka sendiri.

Tetapi ketika Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6), Ia menunjuk diri-Nya sendiri. Sebab memang benar, hanya Yesus-lah satu-satunya Jalan, Kebenaran dan Hidup!

Salah satu perubahan lain yang juga tampak nyata sekali setelah peristiwa itu terjadi, adalah ketabahan saya untuk memproklamirkan kepada umum, bahwa saya adalah seorang pengikut Kristus yang mencintai-Nya dengan sungguh-sungguh. Berbeda sekali dengan dulu saat saya mengaku beragama Kristen, tetapi merasa jengkel terhadap pengikut-pengikut-Nya yang ‘fanatik’, yang tanpa merasa ragu atau malu memuliakan nama-Nya di depan umum!

Seakan-akan memiliki api yang berkobar-kobar di dalam hati, saya merasa terdorong untuk selalu menjadi saksi-Nya, untuk menceriterakan kebesaran kasih karunia Tuhan dan kebenaran firman-Nya kepada orang-orang yang belum mengenal Dia. Nabi Yesaya menulis: “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.” (Yesaya 43:21)

Selain itu, sebagai pengganti hobby saya di bidang musik pop dan rock, Roh Kudus memberikan jenis-jenis musik yang jauh lebih indah, yang sekarang bisa saya mengerti makna dan tujuannya. Lagu-lagu praise and worship untuk memuliakan, memuji dan menyembah Tuhan! Irama lagu-lagu tersebut berkumandang di dalam hati saya, pada saat saya memerlukannya, untuk menguatkan iman dan membangkitkan sukacita. Karena melalui hal itu saya tahu, Dia akan selalu menyertai saya di mana pun saya berada.

Kaset-kaset yang dibeli oleh istri saya di malam KKR tersebut menjadi salah satu dari koleksi lagu-lagu rohani yang paling saya gemari. Itulah hobby saya yang terakhir! Lagu Penyembah yang Benar, karya Franky Sihombing, menjadi salah satu dari lagu-lagu rohani kesayangan saya, yang selalu mengingatkan pentingnya hari pertobatan saya itu.

Kasih karunia Tuhan sungguh luar biasa! Kendatipun pada mulanya saya membangkang untuk pergi menghadap Dia ketika acara altar call di gereja Indonesia tersebut, bahkan menolak untuk menyerahkan diri saya kepada-Nya, Ia … Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, bersedia untuk datang menghampiri, menjamah dan mengubah sikap hidup saya, bahkan memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi salah seorang dari saksi-saksi-Nya yang hidup di akhir zaman. Sungguh suatu kehormatan yang luar biasa!

Saya tidak pernah menyadari sebelumnya, bahwa Alkitab penuh dengan kejadian-kejadian serupa yang membuktikan kasih karunia-Nya yang luar biasa itu. Di antaranya, ... yang paling nyata, ialah teladan-teladan yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus sepanjang masa pelayanan-Nya yang singkat di dunia, di mana Ia justru pergi menghampiri orang-orang yang tidak layak, yang tidak berharga, memanggil dan menjadikan mereka pengikut-pengikut-Nya yang setia.

Saya bersyukur dan berterima kasih sekali atas kesempatan yang indah itu, yang sudah dianugerahkan kepada saya. Saya tahu, apa pun yang akan saya lakukan untuk-Nya mulai saat itu, tidak akan pernah bisa membalas berkat kasih karunia tersebut.

Sekarang saya menyadari, bahwa di dalam hidup ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Saya yakin, para artis VOG maupun The True Worshippers tidak akan pernah mengetahui kisah pertobatan saya ini, yang bisa terjadi hanya oleh karena pelayanan mereka di kota Brisbane malam itu. Kecuali ... jika mereka mendapat kesempatan untuk membaca kesaksian ini. Saya berterima kasih sekali atas kesediaan mereka datang ke kota kami, sehingga oleh karenanya saya bisa dipertemukan kembali dengan Pencipta saya, Allah Bapa di sorga.

Dan saya juga menyadari, bahwa hal-hal yang sama mungkin akan terjadi di dalam pelayanan saya sendiri. Tanpa saya ketahui, ada tindakan-tindakan saya yang bisa mempengaruhi kehidupan orang-orang lain. Saya memohon kepada Tuhan, agar pengaruh-pengaruh itu selalu bersifat positif, yang memuliakan nama-Nya, seperti yang sudah berhasil dilakukan oleh kedua grup pemusik dari Indonesia tersebut di dalam kehidupan saya.

Mungkin kalimat berikut ini akan menimbulkan kesan ‘selfish’ di pihak saya. Oleh karena itu sebelumnya saya memohon maaf. Tetapi saya merasa yakin sekali, bahwa hari Minggu itu, tanggal 30 Maret 1997, adalah hari yang telah diadakan oleh Tuhan khusus untuk saya.

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya! Haleluya!

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (12)
Kesaksian John Adisubrata

PENUTUP: “BAGAIMANA SEKARANG?”

Friday, June 12, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (10)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KETUJUH: URAPAN-NYA DICURAHKAN

“Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu.” (Ezra 9:15b)

Kali ini saya tidak mempunyai kuasa lagi untuk mengelak, menghindari, atau menolak, … bahkan melarikan diri dari sensasi yang amat mengherankan tersebut, yang sejam sebelumnya sudah hampir terjadi, tetapi berhasil saya gagalkan!

Saya merasa terkejut sekali, … tertegun, bingung, dan entah apa lagi, … tidak ada kata-kata yang tepat, yang bisa menjelaskan segala sesuatu yang sedang terjadi di dalam hati dan diri saya siang hari itu. Saya merasa pribadi saya mendadak mengempis, … menjadi kecil sekali, tidak berarti, dan mulai hancur luluh berkeping-keping di hadapan SESEORANG yang amat luar biasa dahsyatnya, yang tidak saya kenal dan tidak pernah saya ketahui sebelumnya!

Akibatnya … tanpa bisa menahannya lagi, seperti ada kuasa yang mendorong tubuh saya ke belakang, saya terpelanting jatuh di atas tempat duduk di belakang saya dengan tubuh yang mengejang. Perlu ditekankan di sini, Tylio sama sekali tidak menjamah kepala saya, atau bagian-bagian tubuh saya yang lain!

Air mata saya mengalir keluar, bercucuran tak terkendalikan. Antara sadar dan tidak sadar, tiba-tiba saya merasakan suatu aliran listrik bervoltasi tinggi sekali, yang entah … berasal dari mana, menembus masuk ke dalam tubuh melalui bagian atas kepala saya. Aliran listrik yang bergetar dengan dahsyatnya di dalam diri saya tersebut langsung menyebar ke seluruh bagian-bagian tubuh saya yang lain.

Saya ingat sekali, bahwa pada saat yang bersamaan saya melihat seakan-akan ada suatu sinar amat terang, yang entah … saya bisa menatapnya menggunakan kedua mata saya yang sedang tertutup rapat, atau sinar itu terlihat oleh mata hati saya yang mendadak menjadi terbuka lebar!

Sementara saya masih tetap bisa mendengarkan alunan lagu Amazing Grace terus dinyanyikan oleh Tylio, saya juga mendengar suara orang-orang lain yang tiba-tiba datang mengerumuni diri saya dari berbagai jurusan di dalam ruangan tersebut. Mereka mengeluarkan suara-suara aneh yang tidak pernah saya dengar sebelumnya.

Dari ubun-ubun kepala, saya terus merasakan arus aliran listrik bervoltasi tinggi itu tak henti-hentinya masuk, memenuhi seluruh tubuh saya dengan dahsyatnya.

Oleh karena kebingungan, saya berusaha untuk mencari sesuatu yang bisa saya pegang. Tetapi upaya itu ternyata gagal, sebab kedua lengan saya sudah menjadi kaku sekali! Lalu saya berusaha untuk menggenggamkan kedua tangan saya. Usaha itu pun tidak berhasil, karena seperti lengan-lengan saya, kedua tangan saya, terutama jari-jarinya, juga sudah menjadi kejang, dipenuhi oleh arus listrik yang mengalir kian-kemari di dalamnya. Bahkan saya bisa merasakan letikan-letikan api listrik itu berloncatan dari jari-jari tangan kiri saya ke jari-jari tangan yang sebelah kanan, begitu juga kebalikannya.

Perut (belly) saya terasa seolah-olah terbuat dari sebuah metal yang keras, sejenis besi stainless yang melengkung dengan ajaib sekali, dipenuhi oleh arus listrik yang mengalir dan terus-menerus berputar-putar di dalamnya! Sensasi yang sangat luar biasa, … terlalu menakjubkan untuk bisa dilukiskan dengan kata-kata sederhana yang saya ketahui!

Masih teringat dengan jelas sekali, bahwa ketika itu saya sudah tidak mempunyai kemampuan apa-apa lagi untuk berpikir, menggunakan segala kecerdasan akal pikiran saya. Diiringi sedu-sedan yang seolah-olah tersumbat di dalam tenggorokan, penuh keharuan hati saya berusaha mengekspresikan dengan lirih rangkaian kata-kata yang menggambarkan penyesalan hati saya. Karena secara tiba-tiba … saya bisa melihat segala kekurangan-kekurangan, bahkan kejahatan-kejahatan saya, begitu juga tindakan-tindakan dosa yang selama itu telah saya lakukan di luar kesadaran.

Dengan hati hancur-luluh, penuh ketaklukan, saya membisikkan beberapa kali kalimat ini kepada-Nya: “Ampunilah dosa-dosaku, oh Tuhan, … ampunilah dosa-dosaku.”

Sekarang saya baru mengetahui, bahwa kata-kata tersebut tentu keluar dari hati nurani saya yang terdalam, disertai penyesalan dan pertobatan yang sudah berhasil dikerahkan oleh kasih karunia Tuhan, melalui kuasa Roh Kudus.

Sensasi itu berlangsung cukup lama. Istri saya, yang berdiri di sisi kanan saya, masih tetap belum menyadari peristiwa yang sedang saya alami tersebut, … di mana Tuhan sedang berkarya untuk menepati janji-janji-Nya kepada mereka yang dengan setia sudah berdoa bagi keselamatan hidup saya. Ia membuktikan dengan menganugerahkan kepada saya kasih karunia-Nya yang luar biasa, yang tercantum di dalam firman Tuhan, dan yang tidak pernah berubah sampai selama-lamanya!

Pada waktu itu saya benar-benar merasa diliputi oleh kedamaian, sukacita dan kasih sorgawi yang berkelimpahan! Karena kenyataannya, hadirat Tuhan bukan hanya berada di dalam ruang gereja itu saja, tetapi melalui Roh Kudus-Nya, Ia juga sudah memenuhi diri saya, seorang berdosa yang amat tidak berharga, tetapi menerima anugerah termulia dari sorga, yaitu kasih karunia yang menakjubkan!

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (11)
Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEDELAPAN: CIPTAAN YANG BARU

Friday, June 5, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (9)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEENAM: AMAZING GRACE

“… dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, …” (Efesus 2:6)

Di antara para artis yang datang dari Indonesia tersebut terdapat seorang penyanyi tamu yang bernama Tylio Lobman, seorang pemuda yang ketika itu baru berumur 21 tahun. Di tengah acara altar call siang hari itu ia menyanyikan lagu Amazing Grace, sebuah lagu yang sedari dahulu sudah saya kenal dengan fasih sekali.

Sebenarnya Tylio lahir di Suriname, sebuah negara mungil di Amerika Selatan bagian utara. Tetapi sekarang ia bermukim di negeri Belanda. Semalam suara pemuda berkulit hitam ini sudah menarik perhatian saya. Tehnik suaranya sangat mengingatkan akan tehnik suara penyanyi sekuler kawakan yang termasyhur di dunia, Stevie Wonder, salah seorang penyanyi kesayangan saya. Menurut Ev Jeffrey Rachmat, Tylio yang masih berusia amat muda itu telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Suatu istilah baru lainnya yang juga belum bisa saya cernakan malam tersebut!

Sedikit yang diketahui oleh Tylio, bahwa pada siang hari itu, kurang-lebih jam 2.30-an, Roh Kudus sedang mencurahkan special anointing kepadanya! Karena Tuhan akan memakai dia secara ajaib sekali, melalui bakat yang Ia karuniakan kepadanya, untuk memanggil saya pulang kembali, anak-Nya yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya tersesat di jalan!

Ia mendendangkan lagu Amazing Grace sambil berjalan kian-kemari di atas altar gereja. Berulang-ulang kali ia menyanyikan bait-bait syair yang sama sambil melangkah turun ke arah para jemaat yang masih berdiri di depan altar. Di sana ia ikut serta mendoakan mereka secara random bersama hamba-hamba Tuhan yang lain. Lalu perlahan-lahan Tylio mulai berjalan di antara orang-orang yang sedang rebah di atas lantai gereja ke arah para jemaat di tempat-tempat duduk mereka.

Pertama-tama Tylio berjalan di lorong sebelah kiri ruangan, di antara tembok dan deretan bangku-bangku yang paling kiri. Tidak lama sesudahnya saya melihat ia berjalan di antara deretan bangku-bangku yang sebelah kiri tersebut dan bangku-bangku yang terletak di tengah ruangan. Setelah meninggalkan lorong yang kedua ia mendatangi lorong ketiga, lorong yang terbentuk oleh deretan bangku-bangku di tengah dengan deretan bangku-bangku sebelah kanan ruangan di mana saya berada.

Sambil menyanyikan syair lagu tersebut berulang-ulang kali, Tylio berjalan mondar-mandir di dekat kami! Sungguh mengherankan, seolah-olah diperintahkan oleh seseorang, yang sekarang saya ketahui adalah Roh Kudus, ia berhenti tepat di sebelah kiri bangku tempat duduk di mana saya sedang berdiri di depannya.

Sejenak Tylio berdiri di samping saya, sambil menoleh dan menatap wajah kami berdua! Di luar dugaan saya, ia datang menghampiri kami. Menggunakan telapak tangan kirinya ia meraih kening istri saya, yang sekilas saya lihat melalui ujung mata, masih tetap memejamkan kedua matanya. Semua yang ia lakukan, saya perhatikan dengan seksama, sebab untuk bisa meraih kepala istri saya, lengan tangannya harus lewat di depan saya.

Pada waktu itu saya tidak mengerti, mengapa ia menjamah kening istri saya? Saya tidak menyadari, bahwa tindakan yang disebut ‘tumpang tangan’ itu adalah suatu kebiasaan yang sudah dipraktekkan semenjak dahulu kala oleh hamba-hamba Tuhan dari berbagai zaman, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, untuk memberkati atau mendoakan umat-Nya.

Saya terus mendengar Tylio menyanyikan lagu Amazing Grace di depan saya sambil tetap menjamah kening kepala istri saya. Saya ulangi sekali lagi, … oleh karena istri saya berdiri di sebelah kanan saya, untuk bisa melakukannya, Tylio harus lewat di depan saya, sebab saya berdiri tepat di sisi lorong tersebut.

Sambil mundur ke belakang sedikit, agar ia tidak menyentuh tubuh saya, saya memperhatikan Tylio yang sedang menyanyi di depan saya. Oleh karena jarak yang begitu dekat, suaranya yang asli, yang langsung keluar dari mulutnya sendiri, bisa saya dengar dengan jelas sekali, di samping suaranya yang amat keras, yang berkumandang melalui pancaran loudspeakers gereja. Harus dimaklumi, bahwa semua itu bisa terdengar dalam waktu yang bersamaan, sebab ia berdiri kurang-lebih 10 sentimeter di depan saya!

Tiba-tiba sensasi yang saya alami ketika Viona Likumahua menyanyikan lagu The Lord’s Prayer kira-kira sejam sebelumnya mulai terjadi lagi!

Pada saat Tylio mengulangi, entah … untuk keberapa kalinya, syair lagu ini:

Amazing Grace, how sweet the sound, (Kasih karunia yang menakjubkan, sungguh manis terdengar)

that saved a wretch like me, (yang telah menyelamatkan seorang celaka seperti aku)

I once was lost, but now I’m found, (pernah sekali ‘ku tersesat, tetapi sekarang telah ditemukan)

was blind but now I see, (pernah buta tapi sekarang ‘ku melihat)

mendadak alunan suaranya yang terdengar keras sekali, baik melalui speakers gereja maupun yang keluar dari mulutnya sendiri, … mulai mengabur! Suara Tylio yang bagus dan lantang tersebut tiba-tiba diatasi dan diambil-alih oleh alunan suara ganda yang terdengar jauh lebih sempurna lagi, berkumandang amat jernih, indah tak terlukiskan, tetapi bukan berasal dari dalam ruang gereja itu. Alunan suara tersebut datang dari suatu tempat yang berjarak jauh, … jauh sekali, entah … berapa jauhnya.

Seolah-olah keindahan alunan suara Tylio terganti oleh kesempurnaan alunan paduan suara dari entah … berapa ribu malaikat Tuhan yang sedang mengalunkan syair lagu itu dari suatu ‘alam’ yang berbeda sekali dengan alam nyata di mana saya berada. Dari suatu ‘alam’ yang dipenuhi oleh ketenangan, kesejukan, kehangatan dan kedamaian sorgawi yang sukar sekali untuk dilukiskan dengan kata-kata! Sekarang saya mengerti, itulah yang dimaksudkan oleh rasul Paulus di 2 Korintus 12:1-10 sebagai ‘alam roh’, suatu alam lain yang tidak kelihatan secara kasat mata, tetapi benar-benar ada!

Lagu Amazing Grace sering saya nyanyikan sendiri, dulu ketika saya masih aktif bermain musik bersama rekan-rekan saya yang seminat. Bahkan saya hafal sekali syairnya, terutama kedua bait pertama lagu tersebut. Saya memiliki beberapa CDs, kaset-kaset, dan piringan-piringan hitam dari artis-artis sekuler yang merekam lagu terkenal itu di dalam album-album mereka, di antara lagu-lagu baru ciptaan mereka sendiri.

Tetapi aneh sekali, … syair lagu Amazing Grace yang sebelumnya tidak pernah meninggalkan kesan apa pun kepada saya, tiba-tiba saja saat itu memberi arti yang amat dalam di hati saya, pada hari Minggu tanggal 30 Maret 1997, kurang-lebih jam 2.30 siang!

Di luar dugaan saya, setiap kata di dalam alunan irama lagu tersebut terdengar bukan keluar dari mulut Tylio lagi, tetapi entah bagaimana, … seolah-olah berubah menjadi sabda seorang Raja yang mempunyai otoritas amat mutlak atas kehidupan saya. Setiap kalimat tiba-tiba mempunyai arti yang amat relevan dengan kehidupan saya, yang dapat dengan jitu sekali mengenai sasarannya di dalam hati, mengingatkan setiap kekeliruan sikap hidup saya selama itu, … dengan menuding dosa-dosa yang telah saya lakukan, yang sudah tidak terhitung lagi banyaknya!

Laksana sebilah pedang panjang bermata dua yang amat tajam, syair lagu tersebut langsung menikam dada, … menembus hati saya, dan … menghancurkan seluruh kepribadian saya.

“… supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.” (Efesus 2:7)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (10)
Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KETUJUH: URAPAN-NYA DICURAHKAN