Saturday, November 28, 2009

Makna Natal yang Sejati


Oleh: John Adisubrata

Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.” (Yohanes 1:9-10)

Ketika Yesus dilahirkan di Betlehem lebih dari 2000 tahun yang lalu, peristiwa itu hanya disaksikan oleh orang-orang awam saja. Kedatangan Raja di atas segala raja, Sang Raja Damai yang sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelumnya, bahkan difirmankan oleh TUHAN sendiri (Kejadian 3:15), tidak digenapi dengan penuh kemegahan di hadapan penguasa-penguasa dunia, orang-orang terkenal, atau para bangsawan lainnya.

Melainkan sebaliknya, Ia lahir di dalam sebuah kandang hewan peliharaan, dibungkus dengan sehelai lampin dan dibaringkan di dalam sebuah palungan kayu yang tidak beharga, karena pada saat itu tidak tersedia satu pun kamar yang kosong di rumah-rumah penginapan bagi ibu-Nya, Maria, serta Yusuf, suaminya. (Lukas 2:7)

Kisah kelahiran-Nya yang tampak tidak berarti dan sangat sederhana itu ternyata bisa bertahan mengarungi waktu, … selalu relevan bagi kehidupan umat manusia sepanjang masa. Setiap tahun setiap generasi di seluruh dunia, secara langsung atau tidak, mendengar, mengenang dan memperingati kejadian bersejarah tersebut, yang terbukti sampai sekarang masih tetap berkuasa untuk mengubah sikap hidup mereka.

Selain mengirim ketiga orang majus dari Timur (Matius 2:1-12), Tuhan hanya memakai orang-orang biasa saja sebagai saksi-saksi kelahiran Anak-Nya yang tunggal itu. Alkitab mengatakan, bahwa gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang dipilih oleh-Nya untuk menjadi saksi-saksi pertama kelahiran Kristus. Bukan para ahli Taurat, orang-orang Farisi atau orang-orang terpelajar lainnya!

Malam itu mereka melihat dan mendengar pujian yang dinyanyikan oleh sejumlah besar bala tentara sorga: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14)

Padahal pada abad yang pertama, status para penggembala domba di Israel tergolong amat rendah. Kesaksian-kesaksian mereka tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi di sistim pengadilan mereka. Kendatipun demikian, Tuhan memilih dan menjadikan mereka saksi-saksi yang sah untuk memberitakan kedatangan Tuhan Yesus di dunia. Injil Lukas mencatatnya seperti ini: “Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.” (Lukas 2:18)

Sampai saat ini Tuhan masih tetap memilih orang-orang biasa sebagai saksi-saksi-Nya untuk memperingati dan memberitakan kabar gembira mengenai kelahiran seorang Juruselamat yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Ia terus menggunakan orang-orang awam seperti kita untuk menyampaikannya kepada orang-orang yang sangat memerlukannya.

Ya, … Tuhan mau dan bisa memakai kita! Oleh karena itu kita tidak perlu mempertanyakan tujuan-Nya memanggil dengan meragukan kelayakan diri kita sendiri: “Apakah Tuhan bisa memakai seorang yang tidak berarti seperti aku, yang tidak memiliki kepandaian apa-apa? Apakah aku mampu melakukannya?”

Jika Allah Bapa di sorga mau menggunakan para gembala di padang sebagai saksi-saksi yang mutlak atas kelahiran Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, tentu Ia juga berkenan memakai kita. Yang dituntut oleh-Nya hanya sikap hati yang taat, yang mau memberitakan peristiwa tersebut kepada orang-orang lain seperti apa adanya, seperti yang tertulis di dalam firman Tuhan. Tanpa menambahkan ‘embel-embel’ lain yang sudah dilazimkan oleh umum, dan yang sekarang ternyata berhasil menyelewengkan kebenaran makna hari bersejarah itu.

Yesus-lah inti perayaan hari Natal yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Dia-lah penyebab hari tersebut dirayakan sebagai suatu peringatan akan kedatangan Allah yang telah bersedia merendahkan diri-Nya sendiri, … menjelma menjadi manusia, agar kita, anak-anak manusia, bisa disebut sebagai anak-anak Allah. (Galatia 3:26)

Setiap orang mempunyai arena-arena sendiri yang bisa dipakai sebagai alat untuk membagikan kebenaran firman Tuhan mengenai peristiwa itu. Baik secara perseorangan, lokal, nasional, maupun internasional. Semua itu mempunyai harga yang sama, karena bukan besarnya jumlah pendengar/pembaca/pemirsa yang berkenan di hati-Nya, melainkan motif-motif pelayanan mereka yang bersedia melakukannya.

Marilah kita, melalui setiap media yang sudah disediakan oleh Tuhan untuk kita, bersama-sama memproklamirkan tanpa kompromi kisah kelahiran Sang Penebus. Menggunakan setiap kesempatan yang tersedia melalui arena masing-masing, marilah kita menjadi saksi-saksi-Nya yang mau membagikan kebenaran makna kisah Natal seperti apa adanya, … seperti yang sudah dilakukan oleh para penggembala domba di Betlehem pada saat kelahiran Tuhan kita, Yesus Kristus!

Agar … dunia mengerti kebenaran ayat ini: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
Desember 2007
Diolah kembali: November 2009