Sunday, December 19, 2010

Kristus - Pusat Perayaan Natal


Oleh: John Adisubrata

“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. ...” (Matius 2:11a)

Di akhir zaman ini makna Natal sangat membingungkan mereka yang ikut merayakannya, baik orang-orang Kristen maupun tidak. Kebiasaan-kebiasaan yang dihalalkan masyarakat oleh karena tradisi turun-temurun, baik di dalam maupun di luar gereja, sudah menyelewengkan pengertian makna yang sebenarnya. Sebagai orang-orang beriman tentu kita sependapat, bahwa masa perayaan Natal adalah masa yang diadakan untuk memperingati kelahiran Kristus di kota Bethlehem 2000 tahun yang lalu. Kendatipun tanggal yang ditentukan bukan tanggal kelahiran Yesus yang sesungguhnya, kebanyakan orang kristiani mengakui, bahwa itu hanya merupakan sebuah simbol saja yang mewakili hari tersebut.

Natal adalah saat terpenting yang mengawali penggenapan seluruh rancangan Allah untuk menyelamatkan hidup umat manusia. Tanpa kehadiran Kristus di dunia, rencana tersebut tidak akan pernah terlaksana!

Karena itu, Yesus-lah yang harus menjadi fokus utama mengapa kita merayakannya. Bukan tokoh fiksi Santa Claus, untuk menggembirakan hati anak-anak kecil. Bukan sekedar saling memberi kado, untuk mengesankan hati sesama atau sanak saudara. Bukan sekali setahun merasa wajib (atau terpaksa) untuk pergi beribadah ke gereja. Bukan juga mengadakan pesta makan malam sekeluarga, untuk mengkompensasi waktu-waktu yang hilang gara-gara kesibukan masing-masing sepanjang tahun. Bukan mementingkan pergi bertamasya saat liburan (Natal dan Tahun Baru), untuk memanjakan diri sendiri setelah bekerja keras di tahun itu.

Perhatikanlah kisah hidup Tuhan Yesus Kristus yang penuh dengan makna menakjubkan, yang dicatat di dalam firman Tuhan, mulai dari hari di mana kita setiap tahun memperingati dan merayakannya untuk mengucapkan rasa syukur dan terimakasih atas kesediaan-Nya untuk meninggalkan segala kemuliaan sorgawi, hanya untuk menyelamatkan hidup kita saja!

Ia dilahirkan dalam lingkungan yang paling sederhana, namun langit cerah di malam itu dikumandangi oleh lagu-lagu pujian para malaikat sorgawi. (Lukas 2:14) Tempatnya hanya kandang ternak biasa saja, namun sebuah bintang yang bersinar cemerlang di atasnya membawa tiga bangsawan kaya dari negara-negara Timur untuk datang menyembah Dia. (Matius 2:11)

Proses kelahiran-Nya bertentangan dengan hukum alam (Yohanes 1:1-18), begitu pula cara kematian-Nya (Lukas 23:33-49). Namun di samping kebangkitan-Nya (Matius 28:1-10), tidak pernah ada keajaiban-keajaiban lain yang lebih dahsyat dari pada kedua peristiwa itu. Ajaran-ajaran yang Ia berikan pada masa pelayanan-Nya yang singkat di dunia juga dipenuhi oleh mujizat-mujizat yang menakjubkan. Tidak pernah Ia mengusahakan ladang atau industri perikanan, namun Ia mampu menjamu dan mengenyangkan perut lebih dari 5000 orang dengan roti dan ikan yang berkelimpahan. (Markus 6:30-44)

Permadani-permadani tebal yang empuk dan mewah tidak pernah menjadi alas di mana Ia berdiri, namun permukaan air danau yang lembut disertai ombak-ombak sebesar gunung pernah mengalasi jejak-jejak kedua kaki-Nya. (Yohanes 6:19)

Cara penyaliban-Nya dicatat sejarah sebagai hukuman mati yang terkejam sepanjang masa (Yohanes 19), karena bagi Tuhan tidak ada hukuman lain, sebagai korban yang sepadan, yang bisa menebus dosa-dosa umat manusia. Pada saat kematian-Nya hanya sekelompok kecil saja orang-orang yang berdukacita, namun langit kelam yang dipenuhi oleh gulungan-gulungan awan hitam mencurahkan hujan lebat ke atas bumi, ... melukiskan kepedihan hati-Nya. (Lukas 23:44-45)

Orang-orang yang menyalibkan Dia tidak gemetar (Markus 15:16-20a), namun bumi di mana mereka berdiri digoncangkan oleh gempa dahsyat yang menyebabkan tabir Bait Suci terbelah menjadi dua. (Matius 27:51)

Dosa tidak pernah menjamah diri-Nya (Lukas 4:1-13), sehingga tanah yang menjadi merah oleh karena curahan darah-Nya tidak bisa menuntut tubuh-Nya. (Markus 16:6)

Lebih dari tiga tahun lamanya Ia mengabarkan Injil di antara bangsa-Nya. Tidak pernah Ia menulis buku. Tidak pernah Ia mendirikan sebuah organisasi. Tidak pernah Ia membangun markas-markas besar untuk para pengikut-Nya. Namun ... 2000 tahun kemudian, selain tahun kelahiran-Nya dipergunakan sebagai poros untuk mengukur waktu, nama-Nya tetap dicatat sebagai tokoh terpenting di dalam sejarah kehidupan manusia. Bahkan dengan berlalunya waktu jumlah para pengikut-Nya juga terus meningkat berlipat-lipat ganda, tersebar di seluruh penjuru bumi.

Ajaran-ajaran dan kisah hidup-Nya merupakan tema menarik yang tak henti-hentinya dijadikan bahan percakapan, artikel, renungan dan khotbah orang-orang/hamba-hamba Tuhan. Sampai saat ini Ia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai satu-satunya Penebus dosa umat manusia yang turun dari sorga. (Yohanes 14:6, Kolose 1:14) Tidak ada pelopor/pendiri agama-agama lainnya yang berani memberikan pernyataan seperti itu.

Biarlah kita selalu mengingat, bahwa Kristus-lah pusat perayaan Natal tahun ini, dan bukan kegiatan-kegiatan lain yang tampak menarik, yang dengan mudah bisa memindahkan fokus dari tujuan kita yang sebenarnya itu, yaitu untuk menggabungkan diri dengan ketiga orang Majus tersebut, ... pergi mencari-Nya, “... lalu sujud menyembah Dia.” (Matius 2:11)! Haleluya!

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya! Amin.

John Adisubrata
Desember 2010

Thursday, December 9, 2010

Selamat Berpisah, Darlene Zschech


Oleh: John Adisubrata

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. ... ada waktu untuk menanam, ... ada waktu untuk membangun; ... .” (Pengkhotbah 3:1-3)

Apabila saya mendengar atau membaca kata Hillsong di manapun saja, kata lain yang segera terbersit di dalam ingatan saya adalah nama Darlene Zschech, pencipta lagu termashyur Shout to the Lord, yang sekarang sudah dijuluki sebagai ‘lagu kebangsaan Kristen’ masakini. Memang ada banyak nama-nama orang atau judul-judul lagu lainnya yang juga bisa langsung diasosiasikan dengan kata itu, namun jelas bagi kebanyakan orang, nama wanita pemimpin praise and worship yang terkenal di dunia inilah nama pertama yang selalu muncul di dalam benak pikiran mereka.

Darlene yang juga sudah menciptakan lagu-lagu kristiani lainnya, seperti: I Will Run to You, All Things are Possible, Glory to the King, The Potter’s Hand, And That My Soul Knows Very Well, Worthy is the Lamb dan lain sebagainya, diakui sebagai salah seorang penggubah lagu-lagu puji dan sembah modern, di samping Reuben Morgan dan Geoff Bullock, yang telah berhasil membuat nama Hillsong Church di kota Sydney, Australia menjadi termashyur di dunia.

Namanya yang sukar sekali untuk dieja, tetapi oleh karena keunikan pelafalannya, menjadi nama yang mudah diingat, adalah nama artis kristiani pertama yang saya ketahui. Saya mendengar suaranya untuk pertama kali tahun 1997 di dalam sebuah toko buku Kristen di kota Brisbane, Australia, saat istirahat makan siang. Ketika memasukinya mereka sedang memutar lagu-lagu penyembahan syahdu dari album Hillsong: ‘Simply Worship’. Saya tertegun sekali kala mendengar suaranya yang amat merdu, mendendangkan irama lagu-lagu catchy yang amat khas. Pada waktu lagu ‘Show Me the Way’ dikumandangkan melalui loudspeakers toko tersebut, saya memberanikan diri untuk menanyakannya. Itulah saat di mana saya mendengar nama Darlene Zschech dan Hillsong Church untuk pertama kalinya.

Tak pernah terbayang, bahwa akhirnya kami sekeluarga menjadi anggota sebuah gereja, di mana Darlene dibesarkan dan mengalami kelahiran barunya. Harus saya akui, bahwa setelah bertemu dengan dia pada suatu kesempatan secara pribadi, saya merasa kagum sekali akan talenta, sikap hidup, bahkan kelembutan dan kerendahan hatinya. (Baca: Tribute: Darlin’ Darlene) Yang lebih mengesankan lagi, setahun yang lalu gereja kami yang dulunya bernama ‘Garden City Christian Church’ tersebut dinyatakan sebagai Gereja Hillsong yang keempat di Australia, Kampus Brisbane. (Baca: Hillsong Brisbane)

Baru-baru ini melalui sebuah dokumentasi TV, Marty Sampson menceriterakan suatu peristiwa yang terjadi pada saat para artis dan pemusik Hillsong sedang berkumpul bersama-sama. Ketika salah seorang di antara mereka bertanya, ... siapakah yang mempunyai hubungan paling dekat dengan Tuhan, secara bercanda Darlene menjawab: “Aku!” Marty tertawa mendengarnya. Tetapi kemudian setelah terhening sejenak, dengan menatap lensa kamera dalam-dalam, ia mengakui dengan jujur: “Jika aku pertimbangkan lagi secara fakta, sekalipun ia hanya bergurau saja, apa yang dikatakan olehnya itu tepat sekali. Buktinya, tidak ada seorangpun di antara kami yang bisa membawa jemaat (gereja) menghadap Tuhan melalui puji dan sembah dengan pengaruh sebesar Darlene.” Saya mengaminkan pendapatnya!

Terus terang saja, saya selalu menjadi bergairah sekali, setiap kali mendengar ia diutus gereja pusat untuk datang melayani di kampus kami. Dari banyak pilihan artis-artis lain yang dijadwal untuk datang ke Hillsong Brisbane, hanya Darlene seorang saja yang membuat saya tidak bisa menunggu saat tibanya akhir pekan. Saya yakin, nostalgia masa kelahiran baru saya hampir 14 tahun yang lalu, yang menyebabkan saya memasuki pintu toko buku Kristen di mana untuk pertama kalinya saya mendengar suaranya yang indah dan penuh urapan, memegang peranan penting sekali mengapa saya mempunyai sikap seperti itu.

Tetapi pada acara kebaktian Jum’at malam di akhir November 2010 yang baru lalu, saya dikejutkan oleh berita yang diumumkan di gereja, bahwa ... setelah menjadi anggota Hillsong Church selama 25 tahun, Darlene dan suaminya, Mark Zschech, akan mengundurkan diri bulan Januari 2011 dari pelayanan mereka di sana, untuk mengambil alih dan memimpin sebuah gereja Pantekosta bernama Church Unlimited di Australia’s Central Coast, sebuah suburb tidak jauh dari tempat di mana gereja besar itu berada.

Dengan penuh iman Mark menyatakan, bahwa mereka berdua sedang memasuki suatu era baru yang indah dan subur. Menurut dia, akhir-akhir ini Tuhan sudah menanamkan dua buah kata di dalam hati mereka berdua: lead (memimpin) dan build (membangun). Oleh karena itu, sesuai panggilan-Nya, mereka ingin membangun gereja tersebut untuk semua orang.

Bertentangan dengan kabar simpang-siur disertai tuduhan-tuduhan negatif yang menguasai berbagai macam media semenjak berita itu diumumkan, gembala sidang Hillsong Church, Ps Brian Houston, menyikapi pengunduran diri mereka dengan positif sekali. Bahkan ia memberkati ketaatan mereka untuk menuruti kehendak dan tuntunan Roh Kudus. Ia mengakui, bahwa kesetiaan pelayanan Mark dan Darlene di sana memegang peranan amat penting di dalam pertumbuhan Gereja Hillsong dari sebuah gereja local kecil yang awalnya tidak dikenal oleh masyarakat Australia, menjadi sebuah megachurch yang termashyur sekali di seluruh dunia. Saat ini hampir tidak ada orang-orang kristiani yang tidak pernah mendengar nama mereka!

Saat mengumumkannya kepada jemaat pusat Gereja Hillsong di kota Sydney, Ps Brian Houston berkata: “Keluarga Zschech adalah salah satu bagian terpenting yang sudah melengkapi kehidupan gereja kita seperempat abad lamanya. Dan sekalipun kita akan merasa sangat kehilangan, kita tahu, keputusan mereka itu adalah keputusan disertai langkah iman yang baik, dalam waktu yang tepat, untuk melengkapi perkembangan pelayanan mereka.” Ia juga menambahkan, bahwa sekalipun keluarga Zschech bukan anggota Gereja Hillsong lagi, mereka akan tetap ikut mengambil bagian di dalam proyek-proyek praise and worship mendatang, termasuk live albums dan Hillsong conferences.

Mark dan Darlene akan memulai tugas mereka sebagai gembala-gembala sidang Church Unlimited pada tanggal 23 Januari 2011.

Jelas sekali, seperti pendapat banyak anggota Gereja Hillsong lainnya di setiap kampus di Australia yang mengasihi dia, saya juga pasti akan merasa sangat kehilangan Darlene Zschech tahun depan. Kendatipun demikian, saya berdoa agar ia dan suaminya bisa terus dipakai oleh Tuhan, bahkan dengan lebih dahsyat lagi! Karena saya setuju, seperti pernyataan yang pernah diutarakan oleh Marty Sampson di dalam dokumentasi TV yang saya singgung sebelumnya, ... Darlene memang mempunyai hubungan yang amat dekat dengan Tuhan!

Selamat berpisah, Darlene. Selamat jalan! Biarlah Tuhan memberkati pelayan kalian berdua selalu, untuk mempersiapkan kedatangan Raja di atas segala raja, Sang Penebus, Tuhan Yesus Kristus!

Terpujilah nama-Nya untuk selama-lamanya. Haleluya. Amin!

John Adisubrata
Desember 2010

Friday, September 3, 2010

Dosa-Dosa Rahasia (4)


Oleh: John Adisubrata

CONFIDE IN HIM!

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23)

Ditujukan kepada semua orang kristiani, alkitab memperingatkan: Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” (1 Yohanes 3:9) Melalui suratnya rasul Paulus juga menasihati jemaat di Korintus: Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)

Kedua ayat tersebut mengingatkan, bahwa sebagai umat yang sudah diselamatkan, kita dituntut untuk selalu (berusaha!) hidup kudus, karena semenjak saat perubahan penting itu terjadi, kita adalah umat ciptaan yang baru di dalam Kristus. Kendatipun demikian, sekalipun dinyatakan bahwa kita sudah disisihkan dari ‘dunia’, sedari awal kita tetap diciptakan sebagai makhluk-makhluk yang diberi kebebasan untuk memilih!

Itulah sebabnya, apabila kita tidak bersandar sepenuhnya pada firman Tuhan, setiap kali Iblis mengiming-imingkan kekuasaan, kehormatan, kekayaan, maupun kesempatan untuk memuaskan nafsu seksuil kita, biasanya tanpa mempertimbangkan lagi harga amat mahal yang akhirnya harus dibayar, kita sudah tertipu olehnya. Dan sebelum menyadarinya sendiri, kita sudah ‘terjun’ ke dalam lumpur dosa, ... melaksanakan kehendaknya. Tidaklah mengherankan, banyak orang (kristiani) yang ‘jatuh’, ... terjebak oleh kelihayan tipu muslihatnya.

Alkitab-lah satu-satunya sumber kebijaksanaan yang (harus) menjadi pedoman hidup kita. Apabila kita mau mempelajarinya dengan tekun, dan terutama ... mempraktekkannya, pada saat kita menghadapi godaan-godaan seperti itu, kita dikaruniai kekuatan adikodrati untuk bisa membedakan mana yang benar dan apa yang salah! Kitab Ibrani mengatakan: Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12)

Yesus sendiri sudah membuktikan, bahwa firman Tuhan adalah senjata paling ampuh di dalam menghadapi godaan-godaan Iblis. (Efesus 6:11) Ketika dicobai di padang gurun, seperti kita sekarang, Ia juga harus memilih dan memberi keputusan! Injil mencatat, bahwa setiap jawaban yang Ia berikan selalu diawali dengan ungkapan: Ada tertulis, …” (Lukas 4:1-13)

Sejujurnya saja, siapakah yang tidak ingin melupakan ‘masa lampau’ mereka? Baik hal-hal ‘memalukan’ yang pernah terjadi, maupun hasrat di dalam hati yang kita pendam seumur hidup tanpa keberanian untuk melakukannya. Atau, keinginan untuk mengakhiri kebiasaan-kebiasaan yang sampai sekarang dengan penuh kesadaran masih kita lakukan secara sembunyi-sembunyi, sekalipun kita tahu itu adalah perbuatan dosa.

Alkitab menganjurkan, agar kita saling mengakui dan saling mendoakan. (Yakobus 5:16) Selain itu, seperti pengakuan dosa raja Daud yang dicatat di Mazmur 51, Tuhan juga ingin agar kita selalu berterus-terang kepada-Nya, mengakui segala kesalahan, kejahatan dan perbuatan-perbuatan dosa yang (pernah) kita lakukan.

Menyadari kemutlakan kuasa Tuhan, raja Daud berkata: “Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-Mu.” (Mazmur 69:6) Ia juga mengagumi kemaha-tahuan-Nya: “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.” (Mazmur 139:4) Bagi dosa-dosa masa lampaunya ia bermazmur: Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.” (Mazmur 25:7-8)

Dan ... bersyukur sekali akan pengampunan Tuhan, raja Daud berkata: ‘Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela’ (Mazmur 32:5)

Bukankah Yesus pernah berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28) Oleh karena kasih karunia-Nya, apapun yang pernah atau sedang kita lakukan, ... tak terkecualikan, pasti akan diampuni oleh-Nya, jika kita dengan sungguh-sungguh mau mengakuinya. Tetapi selain itu, seperti yang tertulis di 1 Yohanes 3:9 dan 2 Korintus 5:17, adalah tanggung jawab kita sendiri untuk menjaga, agar kita tidak memberi kesempatan kepada Iblis untuk menggoda dan menipu diri kita lagi. Rasul Paulus menulis: “ ... dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:27)

Seorang pendeta mengutarakan hasrat hatinya untuk mengubah taman di depan rumahnya menjadi sebuah lingkungan yang menarik bagi burung-burung liar di daerahnya. Tetangganya menganjurkan agar ia memperlengkapinya dengan rumah-rumahan, tempat minum/mandi untuk burung, dan juga menyediakan makanan-makanan kesukaan mereka. Setelah menuruti nasihat tetangganya, dalam waktu sekejab suasana taman itu menjadi berubah sekali. Berbagai jenis burung mulai berdatangan dan singgah di sana. Tampaknya mereka menjadi kerasan sekali tinggal dan bermain-main di halaman depan rumahnya. Memakainya sebagai sebuah ilustrasi yang relevan, pendeta itu berkata, bahwa seringkali tanpa sadar kita juga melakukan hal yang serupa. Kita memberi kesempatan kepada Iblis dengan menciptakan sebuah lingkungan di dalam kehidupan kita di mana ia merasa welcome sekali untuk menetap.

Raja Daud pernah menciptakan lingkungan seperti itu ketika ia bermalas-malasan seorang diri di atas balkon istananya, pada saat seluruh perwira dan tentaranya sedang pergi berjuang di medan perang. Terpikat oleh tipuan Iblis, ... dibara oleh nafsu ‘kejantanan’-nya, akhirnya ia menjadi lupa daratan dan jatuh di dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba! (2 Samuel 11) Tindakan yang awalnya ia lakukan tanpa sadar itu, tidak berbeda jauh dengan tindakan-tindakan rahasia yang kita kerjakan sekarang. Pada saat kita membaca atau menonton bahan-bahan yang bersifat porno, seorang diri di dalam kamar yang tertutup, dengan sukarela kita sudah membiarkan Iblis masuk ke dalam kehidupan kita. Itulah awal mula terciptanya dosa-dosa rahasia yang biasanya tidak akan berakhir di situ begitu saja, melainkan akan berkembang terus menjadi dosa-dosa yang lebih besar!

Apabila oleh karena situasi yang tak terduga, kita telah terlanjur membiarkan Iblis menduduki tempat di dalam kehidupan kita, alkitab berkata, bahwa Tuhan sudah memberi kuasa kepada umat-Nya untuk merebutnya kembali! Pertama-tama: dengan iman: “... sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” (1 Yohanes 5:4) Iman-lah yang membuat kuasa itu dianugerahkan kepada kita untuk memenangkan peperangan rohani yang kita hadapi sehari-hari. Kedua: dengan iman kita melawannya: “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7) Kuasa firman Tuhan, di dalam nama Yesus, pasti akan membawa kemenangan bagi kita! Tetapi di samping itu, yang harus mempunyai keinginan untuk mengubah sikap hidup serta menjaga kekudusan diri adalah kita sendiri.

Rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8) Maksudnya, dari pada kita membuang waktu memikirkan hal-hal sementara yang tidak ada gunanya, yang bisa menyebabkan terciptanya dosa-dosa rahasia, ia menganjurkan agar kita memikirkan hal-hal sorgawi, yang kekal, ... yang bermanfaat bagi kehidupan kita. (Kolose 3:2) Ia menganjurkan, agar kita selalu hidup di dalam Roh: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” (Galatia 5:16-17)

Seperti yang sudah disinggung di awal artikel ini, setiap orang, termasuk saya, pasti menyembunyikan paling sedikit sebuah dosa rahasia, yang mungkin terjadi di masa lampau atau sampai sekarang masih tetap dilakukan secara diam-diam. Bagi yang mau bertobat, sekalipun awalnya diprakarsai dan ditawarkan oleh Tuhan, kesuksesannya mutlak berada di tangan kita. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali mengabaikan perkataan Yesus kepada wanita yang tertangkap basah sedang berzinah di suatu siang hari bolong, setelah para pendakwanya yang bermaksud merajam dia pergi meninggalkan: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11)

Perintah itu masih berlaku sampai sekarang bagi semua orang yang bersedia meninggalkan ‘dosa-dosa rahasia’ mereka untuk selama-lamanya, yang mau berjanji untuk selalu mengikuti langkah-langkah-Nya sampai saat kedatangan-Nya kembali untuk kedua kalinya. Haleluya!

Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya. Amin!

John Adisubrata
September 2010

Thursday, August 5, 2010

Dosa-Dosa Rahasia (3)


Oleh: John Adisubrata

TRAIN OF THOUGHTS

“Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.” (Matius 5:30)

Sekali lagi, ... selain ada banyak sekali macam dosa yang dirahasiakan oleh setiap orang, baik orang-orang kristiani maupun tidak, sebenarnya hanya ada dua kategori saja yang merangkum semuanya, yaitu: Perbuatan dosa yang pernah terjadi di masa lampau, dan perbuatan dosa yang dengan penuh kesadaran masih dilakukan sekarang. Keduanya bisa terjadi dengan sengaja maupun tidak.

Sengaja dalam arti: “Dari awalnya menyadari kenyataan dosa itu serta akibat-akibatnya, tetapi tetap melakukannya tanpa merasa gentar.”

Tidak sengaja dalam arti: “Dari awalnya menyadari kenyataan dosa itu serta akibat-akibatnya, tetapi walaupun sebenarnya tidak berhasrat, gara-gara emosi yang ‘membara’, menjadi lupa daratan dan akhirnya melakukannya dengan konsekuensi yang tidak jarang ditanggung seumur hidup, baik oleh diri sendiri maupun orang-orang lain.”

Seperti contoh-contoh yang sudah diuraikan sebelumnya, kendatipun tidak 100%, hampir semuanya adalah dosa-dosa seksuil, atau paling sedikit mempunyai kaitan erat dengan tema itu. Awalnya selalu terjadi di ‘alam fantasi seksuil’ seseorang, ... di setiap generasi, terutama yang masih muda belia, alam di mana khayalan-khayalan yang menyesatkan, lamunan-lamunan yang menyimpang, hasrat dan idaman hati setiap orang sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan hidup yang sebenarnya. Karena di sanalah Iblis berusaha untuk mempengaruhi umat manusia dengan menyelewengkan tujuan makna seks karunia Tuhan yang sebenarnya! Memakai ‘kaki-tangan’-nya di dunia, melalui seluruh media yang sedang populer setiap masa, ia menyebarkannya dengan gencar untuk meracuni benak pikiran korban-korbannya, dari yang berbentuk softcore sampai hardcore pornography. Semua itu telah diterima oleh masyarakat sebagai suatu hal yang cukup ‘normal’ di akhir zaman ini. Iblis tahu, jika kita bisa dipengaruhi olehnya di bidang itu, kita sudah menjadi miliknya!

Melalui suratnya, rasul Paulus memperingati jemaat di Efesus: “…, karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12)

Selain alam roh, arena yang dimaksudkan oleh rasul Paulus di mana aktivitas-aktivitas semacam itu bisa terjadi, adalah alam pikiran kita sendiri. Di sanalah dosa-dosa rahasia manusia dimulai. Pada saat itu menjadi kenyataan, di luar kesadaran sendiri, kita sudah memindahkannya ke dalam hati kita, suatu arena lain di mana dosa-dosa seperti itu disimpan dan disembunyikan.

Kata dosa menurut definisi kamus alkitab mempunyai arti seperti ini: “Tindakan manusia secara perorangan ataupun secara bersama-sama yang menyimpang dari kehendak dan hukum Allah”. Di sini kata ‘menyimpang’ adalah sinonim kata ‘memberontak’, karena bagi Tuhan setiap sikap yang menentang Dia atau hukum-Nya adalah tindakan yang pasti memisahkan diri kita dari hadirat-Nya yang maha kudus.

Menolak atau meremehkan Tuhan, memperkosa atau membunuh seseorang, menggertak, menyalah-gunakan kekuasaan atau menganiaya jiwa (bullying) orang-orang yang lebih lemah, berzinah, mencuri, bergosip ria dan juga berbohong adalah tindakan-tindakan dosa. Dosa adalah dosa, karena memang tidak ada yang bisa dikategorikan sebagai dosa hitam atau dosa putih, dosa besar atau dosa kecil. Segala sesuatu yang menentang hukum Allah adalah dosa, apapun tujuan dan motifnya. Secara default, para ‘pemberontak’ itu sudah berada di pihak Iblis.

Setiap orang, beriman atau tidak, akan dihantui oleh kenyataan, bahwa dosa-dosa rahasia mereka akan selalu melekat di dalam ingatan. Apakah itu aborsi, masturbasi, kecanduan pornografi, homoseksualitas, paedophilia, atau perzinahan, pelacuran, pembunuhan, dan lain sebagainya. Sekalipun kita berusaha keras untuk melupakannya, Iblis tidak akan tinggal diam, karena ia mau memastikan, bahwa semua itu selalu segar di dalam ingatan kita. Apabila kita sudah terlanjur ‘jatuh’, ia juga akan memastikan, bahwa kita tetap terbelenggu oleh dosa-dosa tersebut.

Iblis dijuluki di dalam alkitab sebagai ‘pendakwa’ umat Tuhan. (Wahyu 12:10) Mengenal dosa-dosa rahasia setiap orang, dia-lah penanam ide-ide jahat tersebut di dalam pikiran kita. (Matius 13:25,39a) Tetapi kemudian dengan licik sekali, ia memutar-balik dengan menuduh, bahwa kitalah yang memulai pikiran-pikiran itu, ... kitalah yang menginginkannya. Apalagi ... jika kita sudah terlanjur melakukannya! Iblislah yang menjadi penyebab umat manusia selalu merasa bersalah, malu dan tidak berharga. Ia-lah yang menjadi penyebab kita tak henti-hentinya merasa menyesal.

Sebagai umat yang percaya, kita mempunyai dua pilihan: Menyerah dan menerima godaan-godaan Iblis tersebut begitu saja, terus membayangkan dan ‘menikmati’-nya, atau ... dengan menggunakan kuasa firman Tuhan, kita menghardiknya pergi! Karena jika kita tidak segera bertindak, akhirnya ia akan menguasai dan mendominasi hidup kita.

Itulah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus ketika Ia memperingati para pengikut-Nya: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Matius 5:28)

Jadi jika sebelumnya, di zaman Perjanjian Lama, yang dikategorikan sebagai tindakan-tindakan dosa adalah actions (yang dilakukan), semenjak zaman Tuhan Yesus, ... hanya memikirkan saja (thoughts), kita sudah melakukannya! Iblis-lah yang menanam benih-benih jahat itu. Selama tetap dalam bentuk sebutir bibit (memandang), itu belum dosa. Tetapi pada saat benih tersebut mulai bersemi (menginginkan/membayangkan), sekalipun perzinahan belum terjadi (melakukan), hal itu sudah dikategorikan oleh-Nya sebagai dosa, karena sebenarnya kita sudah menikmatinya!

Jelas sekali, masturbasi adalah suatu tindakan dosa rahasia yang sekaligus merangkum ketiga-tiganya: memandang, menginginkan/membayangkan dan melakukannya!

Sekalipun tema ini tidak pernah dibahas secara langsung di dalam alkitab, tetapi sesuai hukuman mati yang tertimpa pada Onan, anak Yehuda (Kejadian 38), oleh karena perbuatannya yang menyebabkan namanya sampai sekarang dipergunakan di seluruh dunia untuk melukiskan asal-usul masturbasi (onani), pernyataan Yesus tersebut cukup untuk meneguhkan, bahwa hal yang biasanya dirahasiakan dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu adalah tindakan dosa!

Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; ...” (Efesus 6:11)

(Bersambung)

DOSA-DOSA RAHASIA (4)

CONFIDE IN HIM!

Thursday, July 22, 2010

Dosa-Dosa Rahasia (2)


Oleh: John Adisubrata

SEXUAL FANTASIES

“Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, ...” (Kolose 3:5)

Selain sedari dahulu umat manusia memang pandai sekali menutupi dan menyangkal dosa-dosa rahasia mereka sendiri, bahkan berpura-pura seakan-akan mereka adalah orang-orang maha kudus yang tidak pernah terlibat dengan hal-hal yang bertentangan dengan perintah-perintah Tuhan, biasanya mereka juga selalu berusaha untuk membuktikan ‘kebalikan’-nya. Seolah-olah dengan mengecam tindak tanduk orang-orang lain yang berani mempraktekkan dosa-dosa rahasia yang mereka sembunyikan itu, mereka bisa membentuk ‘alibi’ yang kuat.

Menjelang akhir tahun 2006 sebuah skandal tak terduga telah menggoncangkan masyarakat Kristen di Amerika Serikat, di mana seorang hamba Tuhan sudah tertangkap basah melakukan ‘perbuatan’, yang diketahui oleh umum, bertahun-tahun lamanya justru ditentang dan dihakimi olehnya. Melalui khotbah-khotbah di gerejanya, yang juga ditayangkan melalui televisi, ia dikenal sebagai seorang penginjil yang dengan gencar sekali selalu menyerang dan memerangi gaya hidup kaum gay (homoseksuil) di negaranya.

Bersembunyi di balik tedeng aling-aling tersebut, ternyata akhirnya terbongkar, bahwa kendatipun ia sudah menikah dan berkeluarga, diam-diam lebih dari tiga tahun lamanya secara rutin ia sendiri sudah menjadi pelanggan seorang pelacur laki-laki!

Jadi ... untuk menutupi dan menyembunyikan dosa rahasia tersebut, ia rajin menghakimi orang-orang lain yang berani melakukannya. Sungguh tidak berbeda dengan kemunafikan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi di zaman Perjanjian Baru!

Peristiwa yang serupa terjadi pertengahan bulan Mei 2010 yang lalu, di mana seorang politikus Australia juga telah tertangkap basah melakukan hal yang sama. Diberitakan oleh media nasional, bahwa pria setengah abad yang sudah beristri dan mempunyai keluarga itu berhasil mengelabui mata mereka lebih dari 20 tahun lamanya. Bahkan penduduk daerah yang diwakili olehnya tidak pernah menyadari kelakuannya. Seperti Herman Rockefeller, ia mempraktekkan hidup penuh kemunafikan, ... a double life! Dikenal oleh masyarakat sebagai seorang yang menggagaskan kesejahteraan hidup kekeluargaan yang harmonis, ternyata ia sendiri sudah mengkhianati hal itu bertahun-tahun lamanya. Secara diam-diam, untuk melampiaskan gairahnafsu seksuil yang dirahasiakan olehnya selama itu, ia sering mengunjungi sebuah Gay Club daerah lampu merah kota Sydney dengan harapan untuk bisa menemui seorang yang seminat, yang bersedia menjadi pasangan seksuilnya secara casual.

Ditujukan kepada semua orang, Yesus pernah berkata: “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.” (Yohanes 12:46) Memang kenyataannya, tidak ada yang bisa disembunyikan di hadapan Tuhan, ... lambat-laun semuanya akan dibongkar oleh-Nya. Kalau tidak sekarang, tentu pada saat penghakiman di akhir zaman! Markus mencatat: “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu rahasia yang tidak akan tersingkap.” (Markus 4:22)

Menjelang akhir November 2009, kebenaran ayat itu digenapi di dalam kehidupan salah seorang golfer terhebat saat ini! Tiger Woods, yang dipromosikan di negaranya, dan juga di dunia, sebagai seorang suami dan ayah yang patut diteladani, berhasil mengejutkan para penggemarnya, bahkan masyarakat umum lainnya yang biasanya tidak pernah tertarik untuk mengikuti perkembangan olahraga tersebut. Di luar dugaannya sendiri rahasia yang tadinya ia sembunyikan begitu rapat bertahun-tahun lamanya dari pengetahuan istri, keluarga dan juga fannya, tiba-tiba terbongkar dan langsung menjadi bahan percakapan terhangat media dunia pada saat itu. Ternyata di balik topeng kealiman yang selalu diperagakan olehnya di depan umum, lelaki jutawan bertampang kalem inipun menyimpan sebuah dosa rahasia! Selama itu ia sudah melibatkan dirinya secara seksuil dengan paling sedikit selusin wanita-wanita cantik, dari yang bertaraf callgirls (pelacur-pelacur panggilan) sampai artis-artis yang pernah membintangi film-film porno!

Belum lama ini saya mengenal seorang pria berusia lanjut yang seumur hidupnya berhasil merahasiakan sebuah peristiwa yang terjadi di masa mudanya. Dikenal sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik, seorang ayah yang beriman pada Kristus, sering kali ia dijadikan teladan oleh keluarga-keluarga lainnya. Beberapa hari sebelum ia meninggal dunia, melalui peristiwa tak terduga, terbongkarlah, bahwa ternyata sebelum menikah, ia sudah mempunyai seorang anak dengan wanita lain. Anak-anak kandungnya yang menjadi terpana mendengar dosa rahasianya dilucuti di depan mereka, merasa kecewa sekali. Karena ternyata, kendatipun sebelumnya ayah mereka mempunyai banyak kesempatan untuk menjelaskan hal itu kepada anak-anaknya, ia memilih untuk tetap merahasiakannya.

Sampai saat ini tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengetahui latar belakang kejadian tersebut. Berbagai pertanyaan tak terjawabkan timbul di dalam hati mereka: Siapakah wanita itu? Mengapa setelah mengetahui kehamilannya mereka tidak menikah saja? Apakah yang menyebabkan ia berpisah dengan wanita itu, lalu menikah dengan ibu kandung mereka? Ternyata detil-detil penting yang ketika itu bisa ia bagikan kepada anak-anaknya untuk menolong mereka memahami seluk-beluk terjadinya peristiwa tersebut, dibawa pergi olehnya masuk ke liang kubur untuk selama-lamanya.

Salah seorang anaknya yang ingin sekali memperbaiki kekeliruannya dahulu, berusaha menghubungi kakaknya. Dengan menawarkan jalinan persahabatan, ia ingin memulai suatu era hidup kekeluargaan yang baru bersamanya. Tetapi sayang sekali, upayanya ternyata gagal, karena setelah merasa seumur hidupnya ditolak dan diabaikan oleh ayah mereka, penuh kepahitan kakaknya menolak untuk menanggapi uluran tangannya.

Ternyata perkataan Yesus yang dicatat di Markus 4:22 tersebut tidak hanya berlaku untuk melucuti tindakan-tindakan dosa yang sedang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tetapi juga untuk membongkar peristiwa-peristiwa memalukan yang pernah terjadi di masa lampau seseorang. Di samping itu ada juga dosa-dosa rahasia yang mempunyai konsekuensi seperti yang ditulis oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Roma: “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23)

Salah satu peristiwa cukup unik mengenai terbongkarnya sebuah dosa rahasia yang berakhir dengan maut, adalah kisah seorang bekas serial killer dari Amerika Serikat bernama Ted Bundy. Mengaku sebagai seorang yang dibesarkan di dalam keluarga Kristen yang ‘normal’, ia berhasil menyembunyikan perbuatan-perbuatan jahatnya dengan licin sekali. Semua itu diawali oleh sebuah majalah porno yang ia temukan di dalam tong sampah tetangga ketika ia masih berumur 12 tahun. Semenjak saat itu ia diracuni (dirasuki!) oleh roh Iblis yang menyebabkan ketagihannya akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pornografy dan sexual fantasies yang sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan hubungan seks yang sebenarnya. Ia mengakui, bahwa dengan berlalunya waktu, dosa-dosa rahasianya pun berkembang terus, meningkat ... dari lamunan-lamunan yang awalnya hanya menodai benak pikirannya saja, menjadi tindakan-tindakan keji yang membawa maut pada setiap korbannya.

Karena pandainya berpura-pura, ayah, ibu, saudara-saudara dan keluarga terdekatnya, bahkan teman-teman kuliahnya, tidak pernah menduga, bahwa selama lebih dari 10 tahun terakhir itu ia sudah membantai 28 wanita dengan kejam sekali! Tetapi pada tanggal 24 Januari 1989, tepat jam 7:16 pagi, pembunuh yang menjadi lebih termasyhur lagi gara-gara pertobatan dan kelahiran-barunya, menuai konsekuensi dari dosa-dosa rahasianya, yaitu ... maut! Pagi itu ia dihukum mati di atas kursi listrik penjara. (Baca: D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf, bagian 1-4)

“Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” (Lukas 8:17)

(Bersambung)

DOSA-DOSA RAHASIA (3)

TRAIN OF THOUGHTS

Friday, July 2, 2010

Dosa-Dosa Rahasia (1)


Oleh: John Adisubrata

A DOUBLE LIFE

“Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” (Yohanes 3:19)

Akhir bulan January 2010 semua media di Australia mengabarkan hilang tak berbekasnya seorang konglomerat kota Melbourne, Herman Rockefeller (52 tahun), sepulang dari perjalanan bisnisnya ke luar kota. Diberitakan, bahwa setelah ia meninggalkan Melbourne Airport, tak seorang pun melihatnya lagi. Malam itu pengusahawan yang juga dikenal sebagai seorang jutawan kota itu tidak langsung pulang ke rumah dari bandara seperti biasanya. Kesejahteraannya sangat dikuatirkan, … jangan-jangan suatu hal buruk yang tidak terduga telah terjadi pada dirinya.

Beberapa hari kemudian dengan wajah penuh linangan airmata, istrinya, didampingi oleh adik laki-laki Herman Rockefeller, yang adalah seorang rekan sepengusahanya, tampil di depan kamera, memohon kepada masyarakat, agar siapapun juga yang sempat melihat dia, … di mana saja, untuk segera melaporkan hal itu kepada polisi setempat. Tidak lama sesudahnya mobil yang dikendarai olehnya dari airport berhasil ditemukan, ditinggalkan di tepi jalan raya di pinggir kota. Bersamaan dengan hasil penemuan terakhir itu juga diberitakan, bahwa dua orang tersangka telah ditahan polisi untuk diinterogasi.

Seminggu kemudian gemparlah Australia oleh berita, bahwa pengusahawan yang sukses tersebut, yang dikenal oleh para kerabat dan orang-orang terdekatnya sebagai seorang suami dan ayah yang baik, ternyata menyimpan sebuah ‘dosa rahasia’ yang tidak pernah diketahui oleh keluarganya. Bertahun-tahun lamanya, di luar pengetahuan istrinya sendiri, laki-laki yang tampak alim tersebut ‘menjalani kehidupan ganda’ (lead a double life) secara diam-diam!

Melalui beberapa HPs pribadi yang dirahasiakan olehnya, terbongkarlah, bahwa selama itu ia sudah menjadi anggota ‘Swinger’s Club’ di kotanya, sebuah perkumpulan yang memang dibentuk untuk melayani hasrat seksuil para suami istri yang mempunyai pandangan liberal sekali tentang konstitusi perkawinan di akhir zaman. Klub semacam itu, yang akhir-akhir ini tumbuh dengan subur di kota-kota besar di Australia laksana jamur-jamur liar dimusim hujan, menghimbau para anggotanya untuk saling tukar-menukar pasangan, bahkan menghalalkan kegiatan group sex, ... sesuai persetujuan bersama.

Minggu berikutnya ditemukan di halaman belakang rumah kedua orang tersangka itu sisa-sisa tubuh manusia yang diperkirakan adalah bagian-bagian dari tubuhnya yang sudah dipotong-potong dan dibakar. Ironis sekali, oleh karena terjadinya tepat pada hari ulang tahun negara Kangguru ini (Australia Day), membau kepulan-kepulan asap daging yang dibakar, para tetangga mereka mengira, Mario Schembri (57 tahun) dan pacarnya, Bernadette Denny (41 tahun), sedang BBQ-an di pekarangan belakang rumah untuk merayakannya.

Oleh karena proses pengadilannya masih belum dimulai, sekalipun kedua orang itu sudah mengakui kesalahan mereka di dalam kasus pembunuhan tersebut, masyarakat hanya tahu, bahwa ... dari bandara Melbourne Herman Rockefeller tidak pulang ke rumah, tetapi langsung pergi menjumpai pasangan yang baru saja ia kenal melalui situs klub mereka. Pertemuan yang terbukti mencelakakan dirinya secara fatal itu bisa terbongkar, gara-gara percakapan mereka melalui salah satu telepon genggam rahasianya berhasil dilacak oleh polisi. Diperkirakan, oleh karena pertemuan itu tidak berjalan sesuai dengan rencana mula-mula, timbullah pertengkaran yang membuat pasangan tersebut menjadi mata gelap dan akhirnya membunuh dia.

Kisah nyata tersebut mengingatkan, bahwa ... merahasiakan tindakan-tindakan dosa dari sorotan umum atau orang-orang yang mengenal kita, bahkan dari anggota-anggota keluarga terdekat, adalah suatu ‘kebiasaan’ yang sudah lazim terjadi semenjak zaman dahulu kala. Bukan hanya di antara orang-orang yang belum percaya saja, tetapi juga mereka yang sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat-nya.

Saya teringat akan dosa rahasia raja Daud, seorang yang berkenan di hati Tuhan. (Kisah Para Rasul 13:22) Setelah mencemari diri Batsyeba, untuk menutupi konsekuensinya, dengan kejam ia merekayasa pembunuhan Uria, suaminya! Seperti kedua orang yang akhirnya membunuh Herman Rockefeller, Daud juga terjerat di dalam kejahatannya sendiri, sehingga ia harus merancang perbuatan dosa yang lebih kejam lagi. Semuanya disembunyikan sedemikian rupa olehnya, berpura-pura seolah-olah peristiwa itu tidak pernah terjadi. Tetapi Tuhan mengutus nabi Natan untuk pergi menemui dan menegur dia. (2 Samuel 11) Perlu dicatat, sekalipun ia sangat menyesalinya, bahkan mau bertobat, akibat dosa-dosa itu akhirnya harus ditanggung keturunannya. Raja Salomo menulis: “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.” (Amsal 5:22)

Alkitab penuh dengan orang-orang yang pandai berpura-pura seperti dia. Di zaman Perjanjian Baru mereka dikecam oleh Tuhan Yesus sebagai orang-orang yang munafik: Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” (Matius 23:28)

Kecaman yang relevan, yang dengan mudah sekali bisa ditujukan kepada generasi-generasi zaman sekarang. Karena seperti raja Daud, Herman Rockefeller atau kedua pembunuhnya, sejujurnya saja, setiap orang, ... termasuk saya, pasti mempunyai paling sedikit ... satu atau dua dosa rahasia’ yang tidak pernah diceriterakan kepada orang lain! Bahkan disembunyikan sedemikian rupa, dengan harapan agar tidak ada seorang pun yang bisa menduganya.

Sekalipun ada banyak sekali macam dosa yang dirahasiakan oleh orang-orang, semua itu sebenarnya bisa diringkas menjadi dua kategori saja, yaitu: Perbuatan dosa yang pernah terjadi di masa lampau, dan perbuatan dosa yang dengan penuh kesadaran masih dilakukan sampai sekarang.

Biasanya keduanya selalu berkisar di ‘alam fantasi seksuil manusia, ... alam di mana khayalan-khayalan yang menyesatkan, lamunan-lamunan yang menyimpang, hasrat dan idaman hati setiap orang sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan hidup yang sebenarnya. Setiap generasi pasti mengalaminya, terutama yang masih muda belia!

Karena di alam itulah Iblis selalu menggoda, mempengaruhi, menjatuhkan dan akhirnya menjerat mereka. Tak terkecualikan, ... umat kristiani yang hidupnya tidak bersandar pada kebenaran firman Tuhan. Menggunakan kecanggihan berbagai media masa kini, dengan mudah ia bisa menjangkau semua orang di seluruh dunia dalam waktu serentak, untuk meracuni benak pikiran mereka, membangkitkan ego dan ketamakan hati, serta mengubah (menyelewengkan) pengertian hubungan seks antar dua insan, yang sudah dikaruniakan dan dipercayakan oleh Tuhan kepada umat ciptaan-Nya!

Tidaklah mengherankan, mayoritas kaum remaja secara global, begitu juga orang-orang dewasa, mempunyai issue yang cukup serius di bidang pornografi dan masturbasi! Janji-janji kesetiaan pasangan-pasangan hidup yang diikrarkan pada hari pernikahan mereka sudah tidak mempunyai nilai sama sekali. Zaman sekarang perselingkuhan bukanlah merupakan suatu hal yang langka lagi, karena gaya hidup penuh kemunafikan yang ditawarkan oleh berbagai Swinger’s Clubs di dunia barat juga sudah dianggap cukup lumrah oleh masyarakat umum di mana-mana.

‘Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? (Matius 9:4)

(Bersambung)

DOSA-DOSA RAHASIA (2)

SEXUAL FANTASIES

Thursday, April 8, 2010

Menatap 'Alam Seberang'


Oleh: John Adisubrata

“Samuel tidur sampai pagi; kemudian dibukanya pintu rumah TUHAN. Samuel segan memberitahukan penglihatan itu kepada Eli.” (1 Samuel 3:15)

Penglihatan adalah sebuah karunia adikodrati yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tidak semua orang (kristiani) menerima anugerah luar biasa tersebut, anugerah yang menyebabkan mereka mampu menatap ‘alam seberang’. Alkitab mencatat banyak sekali tokoh-tokoh pilihan Tuhan yang dikaruniai keistimewaan itu, dari Abraham di awal Perjanjian Lama, sampai Yohanes di akhir Perjanjian Baru. Hingga sekarang masih ada banyak orang yang juga memberi kesaksian, bahwa mereka sering, atau paling sedikit pernah mengalami fenomena itu, … biasanya pada saat-saat pertobatan mereka.

Konon kabarnya, anak-anak yang masih kecil sekali mempunyai ‘daya penglihatan’ itu. ‘Kecil’, dalam arti masih bayi sampai kurang lebih umur di mana mereka mulai bisa mengekspresikan perasaan tanpa menggunakan kata-kata. Film The Sixth Sense pernah membahas tema itu dengan menarik sekali, tetapi dengan satu perbedaan, … anak kecil yang memiliki kemampuan supranatural tersebut bukan bayi lagi! Dikisahkan di sana, bahwa ia mampu melihat alam roh di tengah-tengah kesibukannya sehari-hari, bahkan bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah mati. Jelas sekali jalan ceriteranya sangat berlawanan dengan isi firman Tuhan, karena semua itu disajikan murni berdasarkan dongeng-dongeng nenek moyang. Kalau bocah Samuel penglihatan sorgawi pada saat ia dipanggil oleh Tuhan (1 Samuel 3), anak kecil di dalam film tersebut justru mengalami kebalikannya. mendapat

Dahulu saya selalu merasa skeptis sekali, jika mendengar kisah-kisah semacam itu disebarkan dari mulut ke mulut. Seperti kisah yang terjadi pada anak-anak kecil yang diperkirakan sudah melihat ‘sesuatu’ di rumah duka yang tidak terlihat oleh orang-orang dewasa di sekitarnya, ketika diajak pergi melawat sanak keluarga yang sedang berdukacita semalam sebelum upacara penguburan jenazah. Andaikata saja mereka mempunyai kemampuan untuk menceriterakannya!

Tetapi rasa tidak percaya tersebut menjadi berubah, ketika kami sekeluarga mengalaminya sendiri kira-kira 17 tahun yang lalu. Peristiwa itu terjadi pada waktu kami sekeluarga bermaksud untuk pindah rumah. Dengan seorang agen real estate, kami bertemu di depan sebuah rumah yang sedang dipasarkan olehnya. Membawa putra kami yang masih kecil masuk ke rumah itu, kami dikejutkan oleh reaksinya yang tidak wajar. Tepat pada saat kami melangkah melewati pintu masuknya, anak yang biasanya tidak pernah rewel itu berteriak keras, … menangis tak henti-hentinya sampai warna kulit mukanya menjadi merah sekali. Apapun yang kami lakukan untuk menenangkan dirinya tidak bisa menghentikan jeritan dan tangisannya yang menggebu-gebu. Seolah-olah ada ‘sesuatu’ yang sangat asing di dalam rumah itu, yang membuat ia merasa takut sekali. Baru setelah kami pergi dari sana, ia mau berhenti. Sekarang setelah saya lahir baru dan mengetahui kenyataan alam roh yang sebenarnya, saya bisa mengerti dan memahami peristiwa itu. Tentu di luar pengetahuan kami, ia telah melihat ‘alam seberang’, dan menyaksikan roh-roh jahat yang tak terpandang oleh ‘mata’ orang-orang dewasa, menduduki dan menguasai rumah tersebut.

Selain bayi dan anak-anak kecil, orang-orang yang hampir mati juga diperkirakan mempunyai kemampuan untuk melihat alam seberang. Ev Sadhu Sundar Singh, seorang hamba Tuhan dari India, pernah menulis sebuah buku mengenai penglihatannya di alam roh ketika ia sedang berdoa. Di sana ia dikunjungi oleh empat orang kudus yang menjelaskan proses-proses kematian kepadanya. Mereka berkata, bahwa semua orang yang belum menerima Kristus sebagai Juruselamat, akan dijemput dari ranjang kematian oleh roh-roh jahat yang menakutkan. Sedangkan orang-orang beriman akan dijemput oleh para malaikat, orang-orang kudus, atau anggota-anggota keluarga serta sahabat-sahabat mereka yang sudah mati. Bahkan menurut kesaksian Ev Sadhu Sundar Singh, bagi orang-orang yang sudah berhasil mencapai suatu tingkat kedewasaan rohani tertentu, Tuhan Yesus sendiri yang akan datang menjemput untuk menuntun roh mereka masuk ke sorga! Mazmur 116:15 meneguhkan hal itu: Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.” sebagai

Ketika saya membaca kesaksian itu untuk pertama kalinya, saya harus mengakui, bahwa saya tidak menyetujui sebagian besar dari isi buku tersebut. Tetapi … pendirian yang keras itu pun melunak sedikit, ketika saya menyaksikan sendiri pengalaman seorang saudara seiman di hari-hari terakhir masa kehidupannya. Suatu malam ketika saya datang menjenguknya, dalam keadaan sekarat ia berkata, bahwa ia bisa melihat ‘orang-orang’ berdiri tidak jauh di sisi kiri dan kanan tempat tidurnya. Padahal di dalam kamar rumah sakit ICU sekecil itu, tidak ada orang-orang lain selain kami berempat, yaitu dia, bekas isterinya dengan suami yang baru, dan saya sendiri! Pernyataan itulah yang membuat saya mempertimbangkan lagi kisah penglihatan Ev Sadhu Sundar Singh, kendatipun sampai saat ini … terus terang saja, tetap tidak semuanya sesuai dengan pandangan saya.

Saya teringat akan ayat-ayat yang mendukung sebagian dari kesaksiannya, yaitu tentang penglihatan Stefanus sesaat sebelum ia mati dirajam: Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah Para Rasul 7:55) Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir Stefanus berkata: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” (Kisah Para Rasul 7:59b)

Tetapi … selain anak-anak kecil dan orang-orang yang hampir mati, kucing-pun dikabarkan mempunyai kemampuan supranatural seperti itu. Film termasyhur Ghost, pernah menunjukkan adegan di mana kucing milik Molly Jensen (Demi Moore) bisa melihat ‘roh’ Sam Wheat (Patrick Swayzee) yang baru mati terbunuh berkeliaran di dalam rumah mereka. Apakah kesimpulan seperti itu diambil berdasarkan ajaran-ajaran tradisi turun-temurun, … saya kurang yakin. Tetapi memang sedari dahulu di negara-negara di mana penduduknya masih menyembah berhala, keberadaan kucing selalu dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan black magic!

Seperti biasa, … pada awalnya saya juga tidak mempercayai hal itu. Tetapi sebuah artikel karya Dr David Dosa mengenai seekor kucing bernama Oscar, yang ditampilkan di New England Journal of Medicine edisi tanggal 26 Juli 2007, berhasil mengubah pandangan saya tersebut. Dokter yang biasanya hanya menulis artikel-artikel yang bersifat ilmiah, kali ini diluar dugaan para pembacanya, menulis tentang ‘kemampuan’ luar biasa seekor kucing berumur dua tahun, yang tidak bisa dikaji dengan ilmu pengetahuan. Oscar adalah salah satu dari enam ekor kucing yang dipelihara di sebuah rumah orang-orang jompo di kota Providence, Amerika Serikat. Berbeda dengan kucing-kucing lainnya yang biasanya selalu ramah dan mau bergaul dengan semua orang, Oscar lebih suka menyendiri dan hanya mau mendekati orang-orang yang sudah hampir mati saja. Entah ‘apa’ atau ‘siapa’ yang menyebabkannya, tetapi ia selalu tahu waktunya, dan mau datang untuk menemani pada jam-jam terakhir kehidupan mereka. Menurut Dr David Dosa, Oscar selalu berhasil dengan tepat sekali di dalam meramal kematian setiap pasien yang menetap di sana. Sampai saat artikel itu ditulis, lebih dari 25 kasus kematian sudah diprediksi olehnya dengan sangat akurat.

Apabila Oscar naik ke atas ranjang seorang pasien, lalu membaringkan diri dan tidur di sisinya, para pekerja rumah orang-orang jompo tersebut tahu, bahwa itulah waktunya bagi mereka untuk segera menghubungi sanak saudaranya, karena dalam waktu dua sampai empat jam kemudian ia pasti akan meninggal dunia. Setiap hari secara rutin Oscar berjalan mengelilingi seluruh kompleks perumahan itu untuk mencari orang-orang tua yang akan mati, yang perlu ditemani olehnya. Proses kematian biasanya berlangsung berhari-hari lamanya, tetapi bagi Oscar yang terpenting hanya dua sampai empat jam terakhir saja. Bagaimana ia bisa mengetahuinya dengan begitu tepat, tidak ada seorang pun yang mampu untuk menelaah sebab-sebabnya.

Dr Joan Teno dari Brown University, seorang ahli perawat pasien-pasien yang sedang sakit keras, menganalisa tingkah laku Oscar selama mempersiapkan seorang pasien yang ia tahu tidak lama lagi akan meninggal dunia. Melihat sikap Oscar yang acuh sekali dengan pasiennya, ia merasa yakin, bahwa kali ini berita mengenai keahlian Oscar tersebut akan dibuktikan keliru olehnya! Pada waktu itu Oscar sudah memprediksi kematian 12 orang dengan tepat sekali. Jadi itu merupakan kasus yang ke-13 untuknya. Tetapi ternyata dugaan Dr Joan Teno-lah yang keliru, sebab orang tua itu akhirnya baru meninggal hari berikutnya. Seperti biasa, Oscar ditemukan melingkar di sisinya, tidur menemani orang tua itu selama empat jam sebelum saat kematiannya.

Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli penyakit di sana, bahwa ada kemungkinan, seperti umumnya anjing-anjing yang sudah terlatih untuk mencium bau sel-sel kanker di dalam tubuh orang-orang sakit, Oscar juga bisa ‘mencium’ bau kematian, karena ada odor-odor tertentu yang diperkirakan terpancar keluar dari dalam tubuh orang-orang yang mau mati. Kemungkinan memang ada, tetapi saya yakin bukan itu penyebabnya, karena jelas sekali, di dalam hal ini kemampuan penciuman anjing jauh lebih superior dari pada kucing.

Tanpa bisa membuktikannya secara ilmiah, saya yakin, Oscar mempunyai kemampuan untuk menatap ‘alam seberang’, di mana ia menyaksikan di dalam rumah orang-orang jompo itu, bagaimana roh-roh, baik malaikat maupun setan, datang menjemput, menunggu saat kematian orang-orang tua tersebut, untuk ‘merengut’ nyawa mereka, seperti yang sudah diuraikan oleh Ev Sadhu Sundar Singh di dalam bukunya. Oscar hanya ingin menemani untuk menenangkan hati mereka saja pada saat-saat yang kritis itu.

Karena pernah mengalaminya sendiri pada waktu lahir baru, saya yakin, Oscar bisa menatap kenyataan alam roh yang tidak tampak bagi mata orang-orang biasa, tetapi bagi setiap kucing seperti dia, anak-anak yang masih kecil sekali, atau orang-orang yang sudah hampir mati, tampak dengan jelas sekali. Tak terkecualikan, … juga orang-orang beriman yang memang sudah dianugerahi oleh Tuhan karunia penglihatan yang luar biasa tersebut untuk melayani umat dan kerajaan-Nya di dunia. Haleluya!

Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya. Amin!

John Adisubrata
April 2010

Friday, March 19, 2010

Mendengar Suara Tuhan (6)


Oleh: John Adisubrata

SUARA ROH KUDUS

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, …” (Yohanes 10:27)

Saya teringat akan nasihat yang saya berikan kepada Sharon, gadis remaja yang meminta pendapat kami mengenai masalah yang sedang ia hadapi, di mana pendeta muda di gerejanya berkata, bahwa Roh Kudus sudah ‘bersabda’ (memberi ilham) di dalam hatinya, bahwa Sharon adalah jodohnya yang sudah ditentukan oleh Tuhan. (Baca: Mendengar Suara Tuhan Bab 1)

Berdasarkan pandangan yang baru saya uraikan di atas, saya berkata kepadanya: “Roh Kudus adalah Roh Allah yang berhati lembut dan bersikap sopan. Jika Ia benar-benar mempunyai rencana indah bagi kehidupan kalian berdua, tidak mungkin Ia hanya mengilhami hati pemuda itu saja, tanpa memberitahukannya kepadamu.”

Percakapan kami saya akhiri dengan sebuah nasihat: “Apabila seseorang bernubuat kepada kita di mana dirinya sendiri ikut tersangkut di dalamnya, serta akan memperoleh keuntungan darinya, lalu dengan berani mengatakan, bahwa Roh Kudus-lah yang menyuruh dia melakukannya, … kebenaran nubuatan itu justru harus segera diuji!”

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, mempunyai kemampuan untuk bisa mendengar suara Tuhan memang bukan suatu hal yang mudah. Diperlukan kemauan, ketaatan dan kerajinan untuk mempelajari firman-Nya, agar kita bisa menjadi lebih sensitif akan suara-Nya. Saya selalu berhati-hati untuk tidak membabi-buta di dalam mengkategorikan setiap suara yang ada di dalam hati atau pikiran saya sebagai suara Roh Kudus, sekalipun sering dianjurkan agar kita dengan iman menerimanya begitu saja, kalau perlu … mengucapkannya!

Ps Joyce Meyer, pelopor acara TV kristiani: Enjoying Everyday Life, pernah berkata: “Ada suatu garis yang sangat tipis, yang memisahkan suara Roh Kudus dari suara hati kita sendiri. Sering kali kita cenderung hanya bertindak menuruti suara-suara yang menyenangkan hati kita saja, … menyangka bahwa itulah yang dikehendaki oleh-Nya. Tapi kemudian, jika tindakan kita itu ternyata gagal, kita mengeluh apabila Tuhan tidak datang menolong! Padahal dari awalnya Ia tidak pernah ikut campur dengan keputusan yang kita ambil tersebut.” Jadi di manakah letak perbedaan suara Roh Kudus dengan suara kita sendiri, atau … suara-suara ‘musuh’ kita?

Saya pernah mendengar khotbah Ev Franky Sihombing melalui beberapa kaset, yang direkam ketika ia datang untuk memimpin KKR di kota kami hampir 15 tahun yang lalu. Ia berkata, bahwa jika kita mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan, kita bisa segera mengenali nada suara-Nya di antara suara-suara lain yang sering kali memenuhi pikiran dan hati kita. Ia memberi beberapa contoh sebagai ilustrasi untuk menjelaskannya.

Salah satu yang menarik perhatian saya adalah analogi hubungan seorang ibu dengan bayinya yang baru lahir. Di tempat umum (rumah sakit bersalin), di tengah-tengah kesimpang-siuran suara ibu-ibu dan tangisan bayi-bayi lainnya, ibu itu bisa mengenali nada suara tangisan bayinya sendiri. Begitu juga kebalikannya. Semua itu menjadi mungkin hanya oleh karena mereka mempunyai ikatan ‘batin’ yang begitu dekat!

Ilustrasi tersebut jelas menggambarkan keintiman hubungan yang kita perlukan untuk bisa mempunyai kemampuan untuk mendengar suara Tuhan. Karena memang, persekutuan melalui doa dan kerajinan mempelajari alkitab, dengan berlalunya waktu akan membuat ‘telinga’ hati kita menjadi semakin peka akan suara Roh Kudus. Yesus menggunakan perumpamaan tentang keintiman hubungan seorang gembala dengan domba-dombanya untuk menjelaskan hal itu: Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.” (Yohanes 10:4)

Berdasarkan pengalaman saya sendiri, saya bisa dengan yakin mengatakan, bahwa Tuhan sudah berusaha memprakarsai hubungan yang intim dengan umat-Nya jauh sebelum kita mengenal Dia. Begitu besar kasih-Nya kepada kita, sehingga Ia mau sabar menunggu saat-Nya untuk ‘bertindak’. Karena sedari dulu saya sudah tahu, ketika saya masih kanak-kanak, bahwa … suatu hal telah terjadi di dalam diri saya, jauh sebelum kami sekeluarga menjadi orang-orang yang beragama Kristen. Entah apa atau siapa yang berhasil mempengaruhi diri saya, tetapi sebagai seorang anak yang masih kecil, saya sudah merasa yakin sekali, bahwa ada suatu ‘alam’ PRIBADI yang jauh lebih tinggi, yang tidak kelihatan secara kasat mata, berkuasa atas kita! lain di balik kebesaran mayapada yang tampak nyata ini, di mana

Selain itu entah mengapa, sedari kecil saya selalu merasa gentar untuk mengerjakan sesuatu yang saya ketahui adalah perbuatan-perbuatan yang jahat. Seolah-olah setiap kali saya tergoda untuk melakukannya, ada ‘suara’ yang memperingati hati nurani saya! Sekarang saya tahu, bahwa hanya oleh karena kasih karunia-Nya yang tak terbatas saja, sedari dahulu Roh Kudus sudah berusaha menghubungi saya. Bahkan sekalipun selama itu selalu saya acuhkan, Ia tetap bersedia untuk memperingati, melindungi, bahkan menuntun hidup saya! Jadi ketika saya masih kecil, Ia sudah mengaruniakan sebutir bibit iman di dalam hati, pada saat saya masih belum bisa memahami maknanya. (Mazmur 22:11) Karena memang, sesuai isi firman Tuhan, … iman adalah dasar dari segala sesuatu! (Ibrani 11:1)

Nabi Yeremia menjelaskan proses tersebut seperti ini: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5) Rasul Paulus mendukung pernyataan itu di dalam suratnya kepada jemaat di Efesus: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Efesus 1:4)

Penuh keharuan saya membaca kedua ayat tersebut untuk pertama kalinya tidak lama setelah kelahiran baru saya, di mana suara Roh Kudus dengan jelas sekali bersabda di dalam hati saya, bahwa seperti semua orang kristiani lainnya, saya juga sudah dipilih dan dikuduskan oleh Tuhan jauh sebelum saya dilahirkan, … bahkan sebelum dunia dijadikan. Sungguh suatu kehormatan yang luar biasa! Haleluya!

Saya teringat akan hari-hari terakhir sebelum hidup saya diubahkan oleh Tuhan. Selama itu hati nurani saya terus bergejolak, dipenuhi oleh suara-suara yang memperdebatkan sikap saya yang tegas menolak ajakan istri untuk pergi menghadiri malam konser musik kristiani dari Indonesia yang diadakan di kota kami. (Baca: Semuanya adalah Kasih Karunia – Bab 3) Karena pergumulan seperti itu sudah sering saya alami sebelumnya, seperti biasa saya menduga, bahwa suara-suara tersebut pasti berasal dari dalam hati atau pikiran saya sendiri. Tak pernah terbayangkan, bahwa setelah Tuhan membuka mata hati saya, ternyata di antaranya ada ‘suara-suara’ yang sebenarnya bukan suara hati saya sendiri.

Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Efesus: “…, karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12) Sekarang saya mengerti, bahwa selain suara Roh Kudus, … dari alam itupun, yang sekarang saya ketahui adalah alam roh, sebenarnya asal suara-suara yang bukan suara hati kita sendiri, yang selalu berusaha untuk mencobai, mempengaruhi, bahkan menggugurkan iman kita!

Tugas kita hanyalah untuk belajar mengenali dan membedakannya, mana yang berasal dari Roh Kudus, dari kehendak diri kita sendiri, dan yang paling penting, yang berasal dari Iblis! Karena jika kita tidak bersandar sepenuhnya kepada isi firman Tuhan, dengan mudah ia juga bisa mengelabui mata hati kita melalui penglihatan, mimpi atau ilham di dalam hati! (2 Korintus 11:14) Ingatlah akan pengalaman Yesus, ketika Ia dicobai di padang gurun olehnya. Jawaban yang Ia berikan kepadanya selalu diawali dengan kata-kata: “Ada tertulis, …” (Lukas 4:1-13)

Teladan itulah yang harus selalu kita lakukan, agar sebagai orang-orang percaya yang mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, kita tidak perlu merasa kuatir lagi. Karena Roh yang ada di dalam kita, jauh lebih besar dari pada roh-roh yang ada di dalam dunia ini! (1 Yohanes 4:4b) Alkitab mengatakan: “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.” (2 Korintus 1:21-22)

Saya menyadari, bahwa setiap orang mempunyai pengalaman-pengalaman sendiri bersama Roh Kudus. Tetapi kendatipun ada yang serupa, tidak seharusnya kita menuntut, bahwa yang dialami orang-orang lain mesti persis seperti pengalaman kita, … hanya oleh karena kita enggan untuk mempercayai kebenarannya. Memang tidak ada rumus-rumus tertentu yang diperlukan, agar kita bisa mengalami anugerah tersebut. Karena sebenarnya Roh Kudus selalu bersabda kepada kita melalui berbagai cara, … saat teduh, saat berdoa, saat membaca alkitab, saat mendengarkan firman, saat puji dan sembah, saat bercakap-cakap dengan orang-orang lainsekalipun bukan orang kristiani), saat menikmati keindahan alam semesta, dan lain sebagainya.

Nabi Yesaya menulis: “… Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4c) Apabila kita mengadakan waktu untuk mendengarkan suara-Nya, Ia pasti akan berfirman kepada kita. Kepekaan hati kita saja yang diperlukan!

Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
Maret 2010

Friday, March 5, 2010

Mendengar Suara Tuhan (5)


Oleh: John Adisubrata

SUARA SIAPA?

‘Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: “Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!” (Mikha 3:11)

Seperti saya, tentu anda pernah mendengar melalui acara-acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang diadakan di kota anda, ‘humor’ yang sering kali dilontarkan dari atas altar gereja kepada jemaat oleh para hamba Tuhan sebelum kantong-kantong kolekte diedarkan: “Apabila anda mendengar dua suara di hati anda yang menganjurkan dua jumlah uang yang akan anda persembahkan saat ini, yang lebih tinggi … pasti berasal dari Tuhan, sedangkan yang sedikit jumlahnya … berasal dari Iblis. Oleh karena itu berikanlah yang Tuhan kehendaki!”

Seandainya saja ternyata anda belum pernah mengalaminya, … seperti saya ketika mendengarnya untuk pertama kali, tentu anda juga tersenyum membacanya. Sungguh sebuah ‘humor’ yang oleh karena begitu relevannya, mudah sekali untuk dihayati setiap orang, … termasuk mereka yang menganjurkannya dari atas mimbar!

Siapakah yang tidak pernah mendengar ‘perdebatan’ suara-suara seperti itu berkecamuk di dalam hati atau pikiran mereka ketika sedang mempertimbangkan besar kecilnya jumlah uang yang akan mereka ‘berikan’ kepada (gereja) Tuhan? Saya pernah mengalaminya!

Tetapi, sekalipun seolah-olah disampaikan di sana hanya dalam bentuk bercanda saja, apakah pernyataan seperti itu patut diutarakan oleh mereka? Apakah benar Tuhan mementingkan jumlah uang yang kita berikan, lebih dari pada sikap kita … kala mempersembahkannya?

Saya teringat akan teguran Tuhan Yesus kepada beberapa orang Farisi yang mengejek dan menyamakan kuasa-Nya untuk menyembuhkan seorang yang bisu dengan kuasa si penghulu setan, Beelzebul: “ … Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” (Matius 12:34b) Memang, setiap perkataan yang kita ucapkan akan selalu memperlihatkan apa yang sebenarnya ‘menguasai’ pikiran dan hati kita, atau … paling sedikit menunjukkan prioritas hidup kita.

Perhatikanlah, orang-orang yang menyukai uang atau harta benda duniawi (mereka), jika mereka memberi kesaksian tentang mendengar suara Roh Kudus. Kesaksian mereka selalu berkisar dengan tema-tema berkat, kekayaan, kemakmuran, sejumlah besar uang (jutaandollar, milyaran rupiah) dan lain sebagainya. Ketika berkhotbah di atas bukit, Yesus juga memperingati para pengikut-Nya tentang ketamakan hati manusia: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21) Maksud-Nya, … apa yang sudah mengagumkan hati kita, itulah yang menjadi pusat perhatian kita, bahkan akan selalu menjadi bahan percakapan kita!

Belum lama ini di salah satu program TV hamba Tuhan yang sangat termasyhur di dunia, saya menyaksikan nubuatan seorang tamu penginjil/nabi yang khusus ditugaskan olehnya untuk membantu mengumpulkan dana (uang) bagi biaya pengeluarannya. Ia berkata: “Baru saja aku mendengar Tuhan berkata kepadaku, bahwa dalam waktu 30 menit mendatang ini ada 3000 pemirsa yang digerakkan hatinya untuk menyumbangkan uang sebesar US$ 3000,-. Jika mereka taat, Tuhan akan memberkati 100 kali lipat jumlah uang yang mereka persembahkan. Oleh karena itu, jika anda yang saya maksudkan, di mana pun anda berada, jangan mengulur-ulur waktu lagi. Segera isi buku cheque anda dan kirimkan saat ini juga. Ingatlah, waktunya sangat mendesak! Jika 30 menit ini telah berlalu, kesempatan anda untuk menerima berkat dari Tuhan pun akan berakhir.”

Saya menyadari, bahwa setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda di dalam menanggapi pernyataan-pernyataan seperti itu. Banyak orang, baik yang Kristen maupun bukan, yang selalu mencurigainya, karena dari awalnya mereka sudah menolak untuk mempercayainya. Tetapi di lain pihak saya juga mengenal orang-orang yang langsung menyetujuinya, kendatipun mereka sebenarnya tidak bersedia untuk dijadikan salah satu dari ke-3000 orang tersebut!

Selain saya sendiri selalu berusaha untuk menjadi lebih jeli di dalam menanggapi nubuatan-nubuatan seperti itu, saya juga berpendapat, bahwa setiap orang berhak untuk mengekspresikan pandangan-pandangan mereka sesuai iman masing-masing. Demikian juga setiap orang kristiani yang merasa dibebani untuk bernubuat, berhak untuk melakukannya, jika itu adalah kehendak mereka!

Karena memang tidak jarang nubuatan-nubuatan yang tampak tidak berarti bagi seseorang, bisa mempunyai makna yang besar bagi orang-orang lain yang sedang memerlukannya. Bahkan nubuatan-nubuatan yang tampak jelas bagi orang-orang tertentu, bahwa itu diucapkan ‘di luarpengetahuan’ Tuhan, bisa diubah oleh-Nya dari sesuatu yang pada mulanya hanya dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, menjadi berkat yang berkelimpahan bagi umat Tuhan yang lain.

Oleh karena itu, motif-motif yang keliru pun bukan merupakan alasan bagi kita untuk mengecam mereka! Biarlah Tuhan saja yang menentukan akibatnya, … bukan kita, karena kelak jika saatnya telah tiba, setiap orang pasti harus mempertanggung-jawabkan segala tindak tanduk mereka di hadapan-Nya! Saya teringat akan nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika: Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tesalonika 5:19-21)

Sebagai orang percaya kita tahu, bahwa nubuatan (yang sejati) selalu berasal dari (diilhami oleh) Roh Kudus. Jika bukan, … dengan mudah kita bisa menguji dan membuktikannya!

Pertama: Apabila kita mengenal isi firman Tuhan, … sekalipun belum sempurna, tetapi oleh karena rajin mempelajarinya setiap hari di saat-saat teduh bersama Dia, kita akan mampu melihat kejanggalan-kejanggalannya seketika itu juga, jika nubuatan-nubuatan tersebut ternyata tidak selaras dengan kehendak-Nya. Banyaknya isi firman Tuhan yang terukir di dalam hati kita sangat tergantung dengan level kehausan kita akan firman-Nya. Itulah yang membuat kita menjadi jauh lebih peka akan suara Roh Kudus! Jika anda masih tetap merasa kurang yakin akan keotentikan nubuatan-nubuatan seperti itu, … saya anjurkan untuk selalu kembali kepada otoritas yang paling tinggi, yaitu alkitab! Karena tidak ada ‘suara’ Tuhan yang lebih konkrit dari pada ayat-ayat hidup yang tertulis di sana!

Kedua: Selain itu Roh Kudus yang ada di dalam hati kita tidak berbeda dengan Roh Kudus yang sudah mengilhami nabi atau hamba Tuhan tersebut. Oleh karena itu, jika nubuatan itu benar-benar berasal dari Tuhan, Roh Kudus pasti akan memberikan konfirmasi di dalam hati kita! Seluruh isi alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ditulis oleh orang-orang yang secara khusus sudah diilhami oleh Roh Kudus untuk melaksanakannya. Tulisan-tulisan mereka saling meneguhkan. Keempat Injil mengenai kehidupan Kristus, kendatipun ditulis oleh 4 pribadi dalam waktu yang berlainan, berisi laporan detil kesaksian-kesaksian yang serupa tapi tak sama, yang saling melengkapi!

Rasul Petrus menulis: “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:20-21)

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Matius 7:15)

(Bersambung)

MENDENGAR SUARA TUHAN (6)

SUARA ROH KUDUS

Thursday, February 18, 2010

Mendengar Suara Tuhan (4)


Oleh: John Adisubrata

‘MEWAKILI’ TUHAN

‘Jawab TUHAN kepadaku: “Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.” (Yeremia 14:14)

Tetapi di samping orang-orang yang sudah dipilih oleh Tuhan tersebut, alkitab juga memperingatkan, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa akan selalu ada ‘wakil-wakil’ palsu, yang dengan berani menyampaikan ‘firman’ kepada umat-Nya, kendatipun Tuhan tidak pernah mengutus mereka untuk melakukannya!

Salah satu contoh adalah ‘nubuatan’ yang dikatakan oleh Simei kepada raja Daud: ‘Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: “Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.” (2 Samuel 16:7-8)

Nubuatan itu terbukti tidak pernah terjadi, karena memang dari awalnya ia bukan utusan Tuhan untuk mewakili-Nya!

Yeremia, salah seorang nabi yang harus menanggung banyak sekali penderitaan pada masa pelayanannya, sering kali diutus oleh Tuhan untuk menghadapi dan menghardik nabi-nabi palsu. Menggunakan nama Tuhan sebagai tameng mereka, para nabi tersebut berusaha untuk mengelabui mata bangsa Israel dan menyesatkan mereka. Kitab Yeremia mencatat keluhan Tuhan: “Aku tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat.” (Yeremia 23:21) Di kitab yang sama Ia menekankan hal itu sekali lagi: “Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 29:9)

Di kitab Matius pasal ke-24, pasal yang khusus membahas tanda-tanda akhir zaman, Tuhan Yesus juga memperingati para pengikut-Nya untuk selalu berhati-hati di dalam menghadapi orang-orang seperti itu: Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.” (Matius 24:11) Terutama mereka yang mampu melakukan tanda-tanda dahsyat dan mujizat-mujizat yang luar biasa! (Matius 24:24)

Jadi, … bagaimana kita bisa membedakan nubuatan (firman) yang asli dari Tuhan, dan yang bukan? Nubuatan siapakah yang harus kita percayai? Apakah pernyataan setiap orang percaya kepada kita tentang penglihatan, mimpi atau ilham (Roh Kudus) di dalam hati mereka, adalah suatu jaminan, bahwa semua yang mereka katakan pasti berasal dari Tuhan? Dan oleh karena itu, apakah kita wajib mempercayai dan mengerjakan segala permintaan mereka?

Tidak seharusnya kita memojokkan orang-orang tertentu dengan meragukan atau langsung menolak ‘nubuatan-nubuatan’ mereka, sekalipun message-nya kadang-kadang terdengar amat berbeda dengan pendapat atau keinginan kita. Lebih baik kita berdiam diri serta menunggu hasilnya, daripada langsung mengecam (nubuatan) mereka.

Memperingati agar kita tidak menuduh secara sembarangan, Tuhan berkata: Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabi-Ku!” (Mazmur 105:15) Tentu saja yang dimaksudkan di situ adalah wakil-wakil Tuhan yang sejati, yang benar-benar telah menerima mandat dari Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada kita. Sekalipun bernubuat adalah hak dan tanggung jawab setiap pribadi, yang biasanya dilakukan murni berdasarkan iman mereka, Tuhan tetap menganjurkan, agar kita tidak menerima begitu saja setiap nubuatan orang tanpa membandingkannya terlebih dahulu dengan kebenaran isi alkitab.

Selain itu beberapa pertanyaan ini bisa membantu menentukan keputusan kita mengenai keotentikan nubuatan orang-orang: Siapakah yang memberikannya? Apakah mereka hidup sesuai dengan firman Tuhan? Apakah mereka mempunyai nama-nama yang baik di mata jemaat gereja Tuhan? Apakah tindakan-tindakan mereka sehari-hari sesuai dengan perkataan-perkataan mereka sendiri? Apakah ada motif-motif pribadi di balik nubuatan-nubuatan mereka? Siapakah yang tampak lebih menonjol di sana: Tuhan atau diri sendiri?

Tentu saja sebagian besar dari pertanyaan-pertanyaan itu juga bisa dipergunakan sebagai checklist bagi mereka yang merasa terdorong untuk ‘bernubuat’! Termasuk kedua pertanyaan ini: Apakah nubuatan itu akan membangun iman, dan bukan malah menjerumuskannya! Apakah konfirmasi dari Tuhan diperlukan … sebelum melakukannya?

Sering kali oleh karena keadaan yang tampak sangat menguntungkan, kita langsung menarik kesimpulan, bahwa itu adalah kehendak Tuhan yang sudah ditanamkan oleh-Nya di dalam hati kita untuk dinubuatkan. Seperti peristiwa yang terjadi pada raja Daud, ketika Saul memasuki gua di mana dia dan pasukannya sedang bersembunyi. Anak buahnya menyangka, bahwa TUHAN sudah menyerahkan dia kepada Daud untuk diperlakukan sesuai kehendaknya.

‘Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.’ (1 Samuel 24:5) Di sini anak buah Daud bernubuat ketika melihat keadaan yang sangat menguntungkan mereka tersebut. Tidak diterangkan di sana, apakah Tuhan benar-benar berfirman atau itu hanya dugaan mereka belaka. Jelas sekali mereka ingin melihat Daud membunuh Saul saat itu juga. Tetapi Daud tidak menanggapi kesempatan itu sesuai keadaan, melainkan sesuai kehendak Tuhan! Karena Daud mengenal isi hati-Nya, ia tidak mau mencelakai orang yang sudah diurapi oleh Tuhan!

Beberapa tahun yang lalu seorang saudara seiman mengutarakan kejengkelan hatinya kepada saya, karena baru saja ia ditegur oleh gembala sidangnya. Ketika mendengar tentang apa yang menjadi sumber mata pencahariannya sehari-hari, pendeta itu berkata: Casino adalah suatu bisnis yang terkutuk. Sebagai seorang Kristen, tidak seharusnya engkau bekerja di tempat maksiat seperti itu.”

Oh, … tentu saja teguran sekeras itu tidak hanya mengejutkan dia, tetapi juga ... saya! Memang tidak pada tempatnya menegur seseorang dengan cara demikian, apalagi sebagai gembala sidang gereja Tuhan. Pasti ada cara-cara lain yang lebih baik dan bijaksana, yang bisa ia pergunakan untuk mengutarakan keprihatinannya!

Teman kami menguraikan, bahwa semenjak ia tiba di kota Brisbane, Australia, untuk mengikuti suaminya, ia berusaha keras untuk mencari pekerjaan. Setelah melamar ke mana-mana tanpa tanggapan, akhirnya ia menerima kesempatan untuk bekerja di sebuah Casino yang tahun itu baru saja dibuka di kota kami, … di meja perjudiannya. “Kesempatan itu pasti berasal dari Tuhan, karena semenjak meninggalkan Indonesia aku sudah berdoa, agar Ia memberi aku pekerjaan di kota ini.” Ujarnya penuh semangat untuk membela dirinya! Dengan kata lain, sesuai imannya ia yakin, bahwa oleh karena tidak ada jalan lain yang tampaknya bisa mengabulkan keinginannya, jalan itu pasti berasal dari Tuhan.

Saya bisa memaklumi kesimpulannya, karena seperti yang sudah dilakukan oleh anak buah Daud, tidak jarang, … agar tampak benar, saya juga cenderung untuk mencocok-cocokkan hal-hal yang menguntungkan diri saya sendiri dengan isi firman Tuhan. Perlu diketahui, bahwa alkitab tidak pernah mendukung kesimpulan seperti itu, justru kebalikannya! (Matius 7:13-14) Tidak semua yang tampak positif, adalah yang terbaik untuk kita. Belum tentu semua yang membuat kita tampak berhasil dan makmur, adalah ‘kehendak’ Tuhan.

Memang tidak ada ayat-ayat alkitab yang melarang kita bekerja di Casino. Tetapi sebagai orang-orang yang beriman, kita seharusnya mampu membedakan mana yang berkenan di hati Tuhan, dan mana yang tidak. Karena orang-orang yang beriman akan selalu membaca alkitab, berusaha mendengarkan suara Tuhan, mengetahui rencana-rencana-Nya bagi kehidupan mereka, dan yang paling penting, bersedia untuk melakukan perintah-perintah-Nya! Iman adalah percaya kepada Tuhan dan percaya pada kebenaran firman-Nya! Karena di situlah letak sumber kebenaran hidup yang sejati!

Kendatipun teguran hamba Tuhan tersebut memberi kesan yang kurang menyenangkan, ternyata tidak lama sesudahnya beberapa musibah mulai terjadi di dalam kehidupan teman kami dan keluarganya. Pertama-tama suaminya terserang penyakit kanker otak yang cukup ganas, yang hanya oleh karena kasih karunia Tuhan saja berhasil dioperasi dan sembuh. Lalu kesehatannya sendiri menurun gara-gara rutin kerja sehari-hari yang akhirnya memaksa dia untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Tetapi yang paling mencemaskan adalah status perkawinannya yang menjadi goncang sekali, disebabkan oleh karena konflik-konflik penuh kekerasan di dalam rumah tangganya yang semakin meruncing. Bertahun-tahun lamanya ia dan keluarganya kehilangan damai sejahtera Tuhan. Akhirnya … perceraian menjadi solusi yang tak terelakkan lagi!

“Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, …” (Roma 9:1)

(Bersambung)

MENDENGAR SUARA TUHAN (5)

SUARA SIAPA?