Oleh: John Adisubrata
CONFIDE IN HIM!
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23)
Ditujukan kepada semua orang kristiani, alkitab memperingatkan: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” (1 Yohanes 3:9) Melalui suratnya rasul Paulus juga menasihati jemaat di Korintus: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)
Kedua ayat tersebut mengingatkan, bahwa sebagai umat yang sudah diselamatkan, kita dituntut untuk selalu (berusaha!) hidup kudus, karena semenjak saat perubahan penting itu terjadi, kita adalah umat ciptaan yang baru di dalam Kristus. Kendatipun demikian, sekalipun dinyatakan bahwa kita sudah disisihkan dari ‘dunia’, sedari awal kita tetap diciptakan sebagai makhluk-makhluk yang diberi kebebasan untuk memilih!
Itulah sebabnya, apabila kita tidak bersandar sepenuhnya pada firman Tuhan, setiap kali Iblis mengiming-imingkan kekuasaan, kehormatan, kekayaan, maupun kesempatan untuk memuaskan nafsu seksuil kita, biasanya tanpa mempertimbangkan lagi harga amat mahal yang akhirnya harus dibayar, kita sudah tertipu olehnya. Dan sebelum menyadarinya sendiri, kita sudah ‘terjun’ ke dalam lumpur dosa, ... melaksanakan kehendaknya. Tidaklah mengherankan, banyak orang (kristiani) yang ‘jatuh’, ... terjebak oleh kelihayan tipu muslihatnya.
Alkitab-lah satu-satunya sumber kebijaksanaan yang (harus) menjadi pedoman hidup kita. Apabila kita mau mempelajarinya dengan tekun, dan terutama ... mempraktekkannya, pada saat kita menghadapi godaan-godaan seperti itu, kita dikaruniai kekuatan adikodrati untuk bisa membedakan mana yang benar dan apa yang salah! Kitab Ibrani mengatakan: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12)
Yesus sendiri sudah membuktikan, bahwa firman Tuhan adalah senjata paling ampuh di dalam menghadapi godaan-godaan Iblis. (Efesus 6:11) Ketika dicobai di padang gurun, seperti kita sekarang, Ia juga harus memilih dan memberi keputusan! Injil mencatat, bahwa setiap jawaban yang Ia berikan selalu diawali dengan ungkapan: “Ada tertulis, …” (Lukas 4:1-13)
Sejujurnya saja, siapakah yang tidak ingin melupakan ‘masa lampau’ mereka? Baik hal-hal ‘memalukan’ yang pernah terjadi, maupun hasrat di dalam hati yang kita pendam seumur hidup tanpa keberanian untuk melakukannya. Atau, keinginan untuk mengakhiri kebiasaan-kebiasaan yang sampai sekarang dengan penuh kesadaran masih kita lakukan secara sembunyi-sembunyi, sekalipun kita tahu itu adalah perbuatan dosa.
Alkitab menganjurkan, agar kita saling mengakui dan saling mendoakan. (Yakobus 5:16) Selain itu, seperti pengakuan dosa raja Daud yang dicatat di Mazmur 51, Tuhan juga ingin agar kita selalu berterus-terang kepada-Nya, mengakui segala kesalahan, kejahatan dan perbuatan-perbuatan dosa yang (pernah) kita lakukan.
Menyadari kemutlakan kuasa Tuhan, raja Daud berkata: “Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-Mu.” (Mazmur 69:6) Ia juga mengagumi kemaha-tahuan-Nya: “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.” (Mazmur 139:4) Bagi dosa-dosa masa lampaunya ia bermazmur: “Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.” (Mazmur 25:7-8)
Dan ... bersyukur sekali akan pengampunan Tuhan, raja Daud berkata: ‘Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela’ (Mazmur 32:5)
Bukankah Yesus pernah berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28) Oleh karena kasih karunia-Nya, apapun yang pernah atau sedang kita lakukan, ... tak terkecualikan, pasti akan diampuni oleh-Nya, jika kita dengan sungguh-sungguh mau mengakuinya. Tetapi selain itu, seperti yang tertulis di 1 Yohanes 3:9 dan 2 Korintus 5:17, adalah tanggung jawab kita sendiri untuk menjaga, agar kita tidak memberi kesempatan kepada Iblis untuk menggoda dan menipu diri kita lagi. Rasul Paulus menulis: “ ... dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:27)
Seorang pendeta mengutarakan hasrat hatinya untuk mengubah taman di depan rumahnya menjadi sebuah lingkungan yang menarik bagi burung-burung liar di daerahnya. Tetangganya menganjurkan agar ia memperlengkapinya dengan rumah-rumahan, tempat minum/mandi untuk burung, dan juga menyediakan makanan-makanan kesukaan mereka. Setelah menuruti nasihat tetangganya, dalam waktu sekejab suasana taman itu menjadi berubah sekali. Berbagai jenis burung mulai berdatangan dan singgah di sana. Tampaknya mereka menjadi kerasan sekali tinggal dan bermain-main di halaman depan rumahnya. Memakainya sebagai sebuah ilustrasi yang relevan, pendeta itu berkata, bahwa seringkali tanpa sadar kita juga melakukan hal yang serupa. Kita memberi kesempatan kepada Iblis dengan menciptakan sebuah lingkungan di dalam kehidupan kita di mana ia merasa welcome sekali untuk menetap.
Raja Daud pernah menciptakan lingkungan seperti itu ketika ia bermalas-malasan seorang diri di atas balkon istananya, pada saat seluruh perwira dan tentaranya sedang pergi berjuang di medan perang. Terpikat oleh tipuan Iblis, ... dibara oleh nafsu ‘kejantanan’-nya, akhirnya ia menjadi lupa daratan dan jatuh di dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba! (2 Samuel 11) Tindakan yang awalnya ia lakukan tanpa sadar itu, tidak berbeda jauh dengan tindakan-tindakan rahasia yang kita kerjakan sekarang. Pada saat kita membaca atau menonton bahan-bahan yang bersifat porno, seorang diri di dalam kamar yang tertutup, dengan sukarela kita sudah membiarkan Iblis masuk ke dalam kehidupan kita. Itulah awal mula terciptanya dosa-dosa rahasia yang biasanya tidak akan berakhir di situ begitu saja, melainkan akan berkembang terus menjadi dosa-dosa yang lebih besar!
Apabila oleh karena situasi yang tak terduga, kita telah terlanjur membiarkan Iblis menduduki tempat di dalam kehidupan kita, alkitab berkata, bahwa Tuhan sudah memberi kuasa kepada umat-Nya untuk merebutnya kembali! Pertama-tama: dengan iman: “... sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” (1 Yohanes 5:4) Iman-lah yang membuat kuasa itu dianugerahkan kepada kita untuk memenangkan peperangan rohani yang kita hadapi sehari-hari. Kedua: dengan iman kita melawannya: “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7) Kuasa firman Tuhan, di dalam nama Yesus, pasti akan membawa kemenangan bagi kita! Tetapi di samping itu, yang harus mempunyai keinginan untuk mengubah sikap hidup serta menjaga kekudusan diri adalah kita sendiri.
Rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8) Maksudnya, dari pada kita membuang waktu memikirkan hal-hal sementara yang tidak ada gunanya, yang bisa menyebabkan terciptanya dosa-dosa rahasia, ia menganjurkan agar kita memikirkan hal-hal sorgawi, yang kekal, ... yang bermanfaat bagi kehidupan kita. (Kolose 3:2) Ia menganjurkan, agar kita selalu hidup di dalam Roh: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” (Galatia 5:16-17)
Seperti yang sudah disinggung di awal artikel ini, setiap orang, termasuk saya, pasti menyembunyikan paling sedikit sebuah dosa rahasia, yang mungkin terjadi di masa lampau atau sampai sekarang masih tetap dilakukan secara diam-diam. Bagi yang mau bertobat, sekalipun awalnya diprakarsai dan ditawarkan oleh Tuhan, kesuksesannya mutlak berada di tangan kita. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali mengabaikan perkataan Yesus kepada wanita yang tertangkap basah sedang berzinah di suatu siang hari bolong, setelah para pendakwanya yang bermaksud merajam dia pergi meninggalkan: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11)
Perintah itu masih berlaku sampai sekarang bagi semua orang yang bersedia meninggalkan ‘dosa-dosa rahasia’ mereka untuk selama-lamanya, yang mau berjanji untuk selalu mengikuti langkah-langkah-Nya sampai saat kedatangan-Nya kembali untuk kedua kalinya. Haleluya!
Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya. Amin!
John Adisubrata
September 2010