Showing posts with label Berkat. Show all posts
Showing posts with label Berkat. Show all posts

Thursday, November 17, 2011

Hidup yang ‘Diberkati’ (4)


Oleh: John Adisubrata

BERKAT-BERKAT SORGAWI

“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32)

Saya menyadari, bahwa mengenai berkat, setiap orang, baik masyarakat sekuler maupun umat kristiani, mempunyai pendapat sendiri-sendiri. Oleh karena itu saya juga selalu berusaha untuk menghargai pandangan orang-orang lain, selama pandangan itu tidak menyelewengkan isi firman Tuhan, atau merugikan kehidupan umat yang lain.

Mengawali persiapan untuk menulis artikel ini, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, saya mengunjungi situs Dictionary.com untuk mempelajari kata berkat sesuai pandangan umum. (lihat: Hidup yang Diberkati - Bab 1) Selain itu saya juga mencoba mempelajari makna kata tersebut dari sudut pandangan masyarakat kristiani sendiri. Karena ingin mengetahui datanya, menggunakan search engine Alkitab SABDA Online, saya berusaha menemukan jumlah kata berkat yang tercantum di dalam alkitab berbahasa Indonesia. Menurut keterangan situs itu kata tersebut tampil sebanyak 278 kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, baik yang dipergunakan sebagai kata kerja transitif, kata sifat, maupun kata benda.

Berkat di dalam Perjanjian Lama berasal dari kata Ibrani: berakha yang mempunyai arti: karunia benda (material), lawan dari kata ‘kutuk’, dan pemberkatan. Sedangkan di dalam Perjanjian Baru kata itu berasal dari kata Yunani: eulogia yang berarti: terakhir, karunia rohani yang didatangkan oleh Injil, karunia material, dan juga kemewahan.

Ternyata kata berkat tampil untuk pertama kalinya di awal kitab Kejadian, ketika Allah sedang memperhatikan ciptaan-Nya di hari yang kelima: ‘Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” (Kejadian 1:22) Dan untuk terakhir kalinya kata itu tercantum di dalam surat Petrus yang pertama: …, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: …” (1 Petrus 3:9b)

Melalui referensi-referensi di atas, terbukti bahwa berkat memang dianugerahkan oleh Tuhan kepada segenap ciptaan-Nya. Umat manusia tak terkecualikan, baik yang ingin diselamatkan, maupun yang menolaknya! Yesus meneguhkan hal itu saat berkhotbah di atas bukit: “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45)

Jadi segala sesuatu yang dari awalnya diciptakan oleh Bapa di sorga, … dunia dan segala isinya, adalah berkat-berkat yang menjadi hak semua orang untuk dinikmati. Oleh karena itu mudah sekali untuk memahami perasaan wanita di pertemuan selgrup kami yang menjadi tersinggung ketika ditantang untuk menjadi pengikut Kristus. (lihat: Hidup yang Diberkati – Bab 1)

Padahal sesuai terjemahan kata-kata berakha dan eulogia, berkat sebenarnya mempunyai arti yang jauh lebih luas, yang tidak terbatas pada hal-hal duniawi saja. Raja Salomo menulis amsal berdasarkan pengalamannya sendiri: Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak.” (Amsal 16:16) Sedangkan nabi Yesaya menubuatkan: “Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.” (Yesaya 33:6)

Di dalam surat yang ditujukan kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menulis: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” (Efesus 1:3) Dan inilah berkat terpenting yang berhasil mengubah arah sejarah dunia: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Memang bagi masyarakat Kristen yang mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, janji-janji berkat ‘keselamatan’ dan ‘hidup yang kekal’ cukup memberikan dampak sukacita yang optimal. Karena bagi mereka, berkat itulah yang terpenting, yang membuat berkat-berkat lainnya tampak pudar dan tak berarti sama sekali. Orang-orang yang pernah mengalami fenomena kelahiran baru tentu bisa memahami hal tersebut.

Tetapi, ... apakah itu berarti bahwa orang-orang kristiani tidak berhak untuk mengingini berkat-berkat lain ciptaan Tuhan yang sudah dikaruniakan kepada mereka? Tentu saja tidak! Lagi pula, siapakah yang tidak mau hidup enak, makmur, sehat dan kaya raya? Saya yakin semua orang mau, ... saya tak terkecualikan! Hanya motif-motif setiap orang saja yang akan membedakan sebab, hasil dan akibatnya!

Bertentangan dengan ajaran Injil Kemakmuran, menurut kitab Ulangan 28:1-14, berkat (berakha) tidak dianugerahkan begitu saja, tetapi selalu disertai oleh syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh mereka yang menghendakinya. Perhatikanlah potongan ayat-ayat yang mengandung kata-kata jika dan apabila ini: Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, …” (ayat 1a); “… , jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: …” (ayat 2b); “…, jika engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.” (ayat 9b) dan “…, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.” (ayat 14)

Apabila semua itu sudah dilakukan oleh mereka, maka: “Segala berkat (berakha) ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu.” (ayat 2a) Termasuk di dalamnya: Berkat untuk segala sesuatu yang kita lakukan; berkat untuk keluarga, pekerjaan dan seluruh harta milik kita; berkat kemenangan atas lawan-lawan kita; bekat sebagai umat pilihan Allah. (Ulangan 28:1-14)

Biasanya umat Tuhan selalu mengharapkan berkat-berkat yang luar biasa. Tetapi mereka tidak mau tahu akan syarat-syaratnya. Karena memang berkat-berkat yang radikal dan luar biasa datang dari sikap berserah yang radikal dan luar biasa juga. Kemauan untuk menuruti kehendak Tuhan berdasarkan hikmat, baik yang dinyatakan melalui firman-Nya maupun yang dibisikkan di dalam hati kita, pasti akan memberi berkat kemampuan adikodrati, apabila kita bersedia untuk melakukannya. Sikap yang taat itulah yang menyebabkan berkat-berkat Tuhan dicurahkan kepada kita. Kitab Amsal melukiskan kehidupan orang-orang yang memiliki hikmat: Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.” (Amsal 3:16)

Oleh karena itu alkitab selalu memperingatkan umat Tuhan untuk tidak mementingkan harta kekayaan, apalagi mengejarnya. Dianjurkan di sana agar orang-orang percaya, khususnya para pemuka gereja harus bebas dari mencintai uang. (1 Timotius 3:1-3) Iman sebesar biji sesawi tidak dikaruniakan kepada kita untuk ‘mengimani’ kekayaan dan kemakmuran hidup, melainkan untuk selalu percaya dan berserah kepada-Nya, karena tahu bahwa Ia tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita! Surat Ibrani memperingatkan: Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5)

Bagi umat kristiani, Mazmur Daud inilah yang mencerminkan kehidupan mereka yang sejati: TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23)

Mazmur tersebut membuktikan, bahwa kendatipun raja Daud, seorang yang dipilih dan berkenan di hati Tuhan (1 Samuel 16:13; Kisah Para Rasul 13:22), tahu bahwa ia selalu berada di dalam pemeliharaan-Nya, ternyata seperti umat Tuhan lainnya, ia juga tidak kebal terhadap kesulitan atau tantangan-tantangan hidup. (Mazmur 23:4a) Perlu ditekankan, bahwa tokoh-tokoh alkitab lainnya yang mahamakmur seperti Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Ayub dan raja Salomo, … mereka semua juga harus melewati perjuangan-perjuangan yang serupa! Karena memang tidak ada jaminan bagi orang-orang kristiani untuk selalu hidup makmur, sejahtera dan tanpa masalah. Itu adalah ajaran-ajaran isapan jempol! Yang pasti hanyalah janji-janji Tuhan untuk selalu menyertai dan menolong kita di dalam segala keadaan! (Mazmur 23:4b; Matius 28:20)

Tidak bisa disangkal, bahwa di setiap generasi umat kristiani akan selalu ada orang-orang tertentu yang menerima karunia berkat kekayaan yang luar biasa. Seakan-akan kesuksesan hidup tidak mau berhenti mengejar mereka! Tetapi selama mereka menyadari, bahwa semua itu dianugerahkan oleh Tuhan dengan satu tujuan yang mulia, yaitu untuk kebesaran kerajaan dan kemashyuran nama-Nya, dan … bukan untuk memperkaya diri sendiri dengan menyalah-gunakan kepercayaan itu, tujuan karunia tersebut tentu tidak akan sia-sia. Umat Kristen yang sudah menerima kehormatan seperti itu wajib mengingat, bahwa … semua itu adalah milik Tuhan! (1 Korintus 10:26)

Marilah kita bersyukur dengan selalu menyadari berkat-berkat yang sudah kita terima selama ini, agar kita bisa dijadikan berkat oleh Tuhan bagi umat-Nya yang lain, yang sedang membutuhkannya. Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
November 2011

Friday, November 4, 2011

Hidup yang ‘Diberkati’ (3)


Oleh: John Adisubrata

MAKMUR ‘MELAYANI’

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24)

Pernah sekali melalui surat yang ditujukan kepada Timotius, rasul Paulus memperingatkan agar murid kesayangannya itu tidak terpengaruh oleh orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. (1 Timotius 6:5) Ia juga memperingatkan akibat-akibatnya: Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” (1 Timotius 6:9)

Paulus meneruskan: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:10)

Perhatikanlah teladan-teladan yang diberikan oleh Kristus kepada para pengikut-Nya ketika Ia masih melayani di dunia. Apabila harta kekayaan merupakan tujuan utama kehidupan umat kristiani di dunia, pasti Ia sudah mengajarkan hal itu kepada mereka. Namun alkitab membuktikan kebalikannya! (Matius 6:11, Lukas 22:34) Karena selama itu Tuhan Yesus justru hidup sederhana sekali. Matius mencatat perkataan-Nya sendiri: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Matius 8:20)

Berlawanan sekali dengan kebiasaan orang-orang kristiani yang terpandang di akhir zaman ini, Ia tidak berkecimpung hanya dengan orang-orang yang berpengaruh, intelektuil, atau yang kaya raya saja, yang bisa menguntungkan diri-Nya, tetapi Ia justru menghabiskan banyak waktu dengan mereka yang diabaikan oleh masyarakat, yang sangat membutuhkan pertolongan-Nya.

Selain itu seperti keadaan sekarang, para murid dan pengikut-pengikut Kristus dahulu juga berasal dari pelbagai lapisan masyarakat, dari orang-orang yang tergolong cendekiawan sampai yang tak berpendidikan, dari orang-orang yang sangat berada sampai yang miskin sekali. Kecuali salah seorang murid-Nya, alkitab mencatat, bahwa mereka selalu meneladani tingkah laku-Nya. Hanya murid itu saja yang berani mengkhianati dengan menjual Dia, terdorong oleh rasa tamak akan keping-keping uang perak. (Matius 26:14-16)

Belajar melalui sejarah yang tertulis di dalam firman Tuhan, terutama melihat konsekuensi tragis yang harus ditanggung oleh murid tersebut (Kisah Para Rasul 1:16-20), tentu kita tidak ingin diasosiasikan dengan perbuatan-perbuatannya! Lagi pula, … terus terang saja, siapakah yang mau disetarakan dengan pribadi Yudas Iskariot, dan dijuluki sebagai ‘orang-orang Kristen yang serakah masakini’?

Sampai sekarang kami masih terus menerima surat-surat permohonan sumbangan dari salah seorang televangelist termasyhur di dunia yang pernah kami dukung pelayanannya, ... kurang lebih 8 tahun lamanya.

Berbeda sekali dengan keberhasilan pelayanan Bunda Theresa di kota Kalkuta, India yang amat sederhana dan prihatin untuk orang-orang miskin berpenyakit kusta yang sudah diabaikan negara itu, masyarakat dunia mengenal dia sebagai seorang penginjil antarbangsa yang sukses, yang hidup mewah penuh kelimpahan.

Penyajian acara-acara televisinya sangat modern, dibuat di dalam studio-studio yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang canggih sekali. Bangunan besar di mana kegiatan-kegiatan itu direkam dan dirakit, dibeli olehnya menggunakan dana sumbangan uang berjuta-juta dolar, yang dikumpulkan dari para partners-nya dan juga penggemar-penggemar pelayanannya yang tersebar di seluruh dunia. Proses yang sama juga berhasil dilakukan ketika ia berniat untuk membeli sebuah pesawat udara pribadi untuk meningkatkan taraf pelayanan nasionalnya di Amerika.

Karena sering mengikuti acara-acaranya, saya tahu, bahwa Kristus dan kuasa Roh Kudus selalu menjadi pusat setiap pelayanannya. Tetapi selain itu mau tak mau saya juga bisa menarik kesimpulan, bahwa … ajaran-ajarannya selalu berkisar pada berkat (kekayaan) dan kemakmuran hidup umat Tuhan, terutama partners dan para pemirsa kristiani lainnya yang bersedia membantu dia di bidang keuangan untuk mendukung pelayanannya yang bersifat internasional tersebut.

Karena sudah terlanjur tertera di dalam database mereka, sekalipun kami telah mengundurkan diri bertahun-tahun lamanya, sampai sekarang kami masih terus dihubungi secara rutin. Seperti biasa, surat-suratnya selalu berisi janji-janji berkat (kekayaan) yang akan dicurahkan atas kami, jika kami mau membantu dia dan timnya menutupi defisit keuangan mereka yang terjadi hampir setiap akhir tahun pembukuan.

Menurut dia, kami akan diberkati dan menjadi bebas dari akibat keterpurukan ekonomi dunia (Global Financial Crisis), jika kami bersedia membantu pekerjaan Tuhan melalui pelayanannya itu. Sering kali menggunakan ayat yang sudah dibahas di atas sebelumnya, Lukas 6:38, ia menjanjikan, bahwa semakin besar jumlah uang sumbangan kami untuk pelayanannya, semakin besar (berlipat-lipat ganda) janji-janji berkat (material) yang akan dicurahkan oleh Tuhan atas kami. Ironisnya, pada mulanya ia sendiri mengalami defisit keuangan gara-gara musibah tersebut, yang sudah mengakibatkan banyak sekali pendukung-pendukung pelayanannya kehilangan mata pencaharian mereka.

Saya ingat sekali akan pernyataannya sendiri, bahwa apabila kami meragukan ajaran yang ia berikan, kami dianjurkan untuk membandingkannya dengan isi firman Tuhan. Dan jika ternyata maknanya berbeda, kami harus percaya pada alkitab, … bukan dia. Sungguh suatu pernyataan yang patut sekali dikagumi!

Beberapa tahun yang lalu, tidak lama sesudah GFC, di antara kiriman-kiriman korespondensinya yang datang secara teratur, kami menerima sepucuk surat yang isinya cukup mengejutkan! Karena desperate sekali, di situ ia menganjurkan menggunakan alasan-alasan yang amat ‘menggelikan’, agar para partners-nya memberikan perpuluhan hak gereja lokal mereka kepada dia dan pelayanannya. Terpana saat membacanya, tahu bahwa hal itu sama sekali tidak alkitabiah, kami langsung mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan kami dengan pelayanannya.

Kami menyadari, bahwa masih ada banyak sekali pelayanan hamba-hamba Tuhan lainnya di dunia, yang hidup secara sederhana, tetapi selalu mendahulukan kepentingan orang-orang yang mereka layani. Yang tidak menggunakan dana sumbangan orang-orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi terlebih dahulu, atau untuk menutupi ongkos-ongkos pelayanan yang tidak perlu sama sekali.

Membandingkan pelayanan Kristus dengan pelayanan hamba Tuhan tersebut sekarang, kami bisa langsung menyaksikan kekontrasannya. Karena itu mudah sekali bagi kami untuk menarik kesimpulan, … ajaran siapakah yang harus kami ikuti!

Pelayanan-pelayanan sederhana tapi berarti sekali, yang mempunyai pengaruh sebesar pelayanan Bunda Teresa semasa hidupnya, … itulah yang seharusnya didukung dan ditanggung bersama oleh orang-orang Kristen, agar kabar keselamatan dan juga kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, bisa diberitakan ke seluruh penjuru bumi.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20)

(Bersambung)

HIDUP YANG ‘DIBERKATI’ (4)

BERKAT-BERKAT SORGAWI

Friday, October 28, 2011

Hidup yang ‘Diberkati’ (2)


Oleh: John Adisubrata

INJIL KEMAKMURAN

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)

Ipar saya pernah menceriterakan percakapannya dengan seorang teman di tahun 80-an, yang ingin mempengaruhi dia untuk menggabungkan diri dengan sebuah gereja besar baru di kotanya. Berapi-api ia menceriterakan, bahwa semenjak ia menjadi anggota gereja itu, hidupnya menjadi sangat diberkati. Menurut dia, ‘iman’-nya yang besar menyebabkan semua yang diinginkan olehnya selalu dikabulkan oleh Tuhan. Ia berkata penuh keyakinan: “Enak ikut gereja itu, hidup kita akan selalu diberkati. Apakah engkau tahu, jika kita menumpangkan tangan di atas sebuah mobil Mercedes baru yang mewah di dalam nama Yesus, lalu percaya bahwa dengan iman kita akan memilikinya, Tuhan pasti mengabulkannya. Coba periksa, buktinya ada di dalam alkitab.”

Saya setuju sekali dengan tanggapan jitu kakak ipar saya pada waktu itu: “Kok seperti tidak ada bedanya dengan pergi melawat ke gunung Kawi* saja.”

Tentu yang dimaksudkan oleh temannya adalah ayat-ayat yang diucapkan oleh Kristus, yang tercatat di dalam keempat Injil Perjanjian Baru, seperti yang diceriterakan kembali oleh Matius: “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Matius 21:22) Atau ayat yang ditulis oleh Markus di dalam Injilnya: ‘Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! (Markus 9:23)

Dan yang paling sering dipakai sebagai landasan argumentasi mengapa orang-orang kristiani seperti dia menyetujui ajaran Injil Kemakmuran: ‘Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” (Matius 9:29)

Apakah benar ayat-ayat tersebut mempunyai makna seperti yang ditafsirkan olehnya? Apakah seluruh keinginan orang-orang percaya yang diucapkan (diperintahkan!) dengan iman di dalam nama Yesus, juga pasti akan dikabulkan oleh Tuhan, seperti … harta kekayaan, kesehatan tubuh, kesembuhan dari penyakit, kebahagiaan hidup, dan lain-lainnya? Apakah benar, semua itu pasti akan terjadi sesuai dengan iman kita?

Pengertian kata berkat berdasarkan iman semacam itu memang sudah beredar di mana-mana, dan sudah di-‘iman’-i oleh para pengikut aliran-aliran ‘kristiani’ tertentu sebagai kebenaran yang mutlak. Kekayaan materiil atau kesuksesan finansiil, baik keluarga maupun bisnis, adalah tema-tema utama ajaran-ajaran gembala-gembala mereka. Penuh keyakinan mereka percaya, bahwa dengan iman berkat-berkat tersebut bisa dicapai oleh semua orang-orang Kristen, apabila mereka taat pada firman Tuhan.

Terus terang saja, siapakah yang tidak ingin menjadi kaya raya dan diberkati? Saya yakin semua orang mau, ... termasuk saya! Tetapi ajaran-ajaran seperti itu seolah-olah memantau orang-orang percaya agar mereka menjadi tamak dan materialistis, yang memandang agama Kristen sebagai sumber bisnis yang bisa menguntungkan diri sendiri. Bahkan Tuhan diperlakukan seperti ‘jin dalam botol’ yang baik hati, yang mau menuruti segala ‘permintaan’ (perintah-perintah!) mereka. Seakan-akan sebagai ganti ketaatan, kesetiaan dan perbuatan-perbuatan baik yang sudah mereka lakukan, Tuhan bisa dimanipulasi dengan seenaknya.

Mereka memandang Roh Kudus sebagai kuasa yang dapat diperalat setiap waktu oleh orang-orang percaya. Padahal apabila kita menyelidikinya dengan lebih cermat lagi, alkitab sebenarnya mengajarkan kebalikannya: Roh Kudus-lah yang memampukan umat-Nya, sehingga mereka bisa melaksanakan kehendak-kehendak Tuhan.

Sekalipun tidak semua, banyak dari televangelists (penginjil-penginjil melalui televisi) yang termasyhur di dunia bertanggung jawab atas kepesatan meluasnya pengertian yang tidak alkitabiah tersebut. Kebanyakan mereka adalah penginjil-penginjil yang berasal dari Amerika Serikat. Saya sering menyaksikan mereka di TV memaksakan pandangan mereka menggunakan pengertian iman yang dicomot ke luar secara sembarangan sekali dari dalam alkitab.

Biasanya motto iman mereka bisa diterjemahkan seperti ini: percaya kepada iman, atau: percaya, karena beriman pada iman! Sekalipun mereka berkata, bahwa mereka adalah hamba-hamba Kristus, jelas motto yang tidak alkitabiah itu menunjukkan, bahwa mereka mengandalkan iman yang percaya pada ‘keampuhan’ iman kristiani mereka sendiri. Dan bukan bersandar 100% pada kebesaran Tuhan dan kebenaran firman-Nya!

Salah satu contoh mengenai ayat-ayat yang paling dikenal orang-orang kristiani, yang sering secara sembarangan dicomot begitu saja dan dipakai di luar pengertian message yang sebenarnya, adalah ayat yang dicatat di dalam Injil Lukas: Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)

Sering kali saya mendengar ayat tersebut dipergunakan oleh hamba-hamba Tuhan pada saat-saat kolekte atau pengumpulan dana di gereja-gereja (atau melalui acara-acara TV kristiani), sebagai cara untuk memberi semangat atau menantang iman anggota jemaat (atau para pemirsa di rumah) agar mereka meningkatkan jumlah uang persembahan, bahkan ... perpuluhan mereka. Tidak jarang terdengar seolah-olah memantau ketamakan hati manusia, karena menjanjikan berkat berlipat-lipat ganda yang akan dikaruniakan oleh Tuhan sebagai ‘upah’ atas ‘ketaatan’ mereka terhadap firman-Nya!

Padahal ketika Tuhan Yesus mengajarkannya, Ia bukan membahas hal ‘memberi’, melainkan hal ‘menghakimi’ (Lukas 6:37-42). Perhatikanlah ayat 37 yang mengawalinya: “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.” Dari ayat 37 sampai 42, Ia sebenarnya memperbincangkan tingkah laku umat manusia yang selalu condong untuk membabi buta menghakimi orang-orang lain tanpa bisa melihat kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa mereka sendiri.

Ia memperingatkan, bahwa ukuran yang mereka pergunakan untuk menghakimi sesamanya akan diukurkan kembali kepada mereka, bahkan akan ditambahkan secara berlimpah-limpah.

Jadi pada waktu itu Yesus bukan berbicara mengenai ‘berkat’ (harta kekayaan) yang akan kita terima, jika kita memberikan persembahan atau sumbangan kepada hamba-hamba Tuhan serta pelayanan-pelayanan mereka, melainkan ‘pembalasan’ (besar) yang pasti akan terjadi di luar pengharapan kita, jika kita masih berani menghakimi sesama kita!

Saya yakin, semua orang kristiani yang sudah lahir baru pernah mendengar Lukas 6:38, dan juga ayat-ayat lainnya yang sering dicomot ke luar begitu saja dari makna konteks yang sebenarnya, dipergunakan oleh hamba-hamba Tuhan di gereja atau melalui acara-acara TV kristiani sebagai ayat penghimbau untuk mengumpulkan uang kolekte, atau sumbangan dana guna mendukung program-program mereka di bidang pembangunan, misi, Pekabaran Injil dan lain sebagainya.

Sekalipun tidak jarang ada ayat-ayat tertentu yang dipakai oleh Tuhan sebagai ‘firman’ (rhema) untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada kita secara pribadi, makna firman tersebut pasti tidak akan bertentangan dengan dasar ajaran-ajaran-Nya yang lain. Tidak mungkin Yesus merestui sikap orang-orang yang ingin mendukung pekerjaan Tuhan, tetapi belum apa-apa sudah menuntut pahala-pahala mereka berdasarkan keserakahan dan egoisme, hanya oleh karena mereka ingin menjadi kaya, atau lebih gawat lagi: … mau memperkaya diri sendiri! Karena terbukti melalui ayat-ayat alkitab lainnya jelas dinyatakan, bahwa Ia menentang dan membenci ketamakan hati manusia.

‘Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Lukas 12:15)

* Gunung Kawi dikenal di Jawa Timur sebagai sebuah gunung keramat, yang didiami oleh roh-roh yang ‘bermurah hati’. Biasanya orang-orang yang menginginkan kekayaan dan kesuksesan hidup pergi melawat ke sana dengan harapan bisa mendapatkan ‘berkat’ itu dari mereka.

(Bersambung)

HIDUP YANG ‘DIBERKATI’ (3)

MAKMUR ‘MELAYANI’

Friday, October 21, 2011

Hidup yang ‘Diberkati’ (1)


Oleh: John Adisubrata

BERKAT-BERKAT DUNIAWI

Berkat TUHAN-lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22)

Suatu malam di hari Jum’at kurang-lebih dua/tiga tahun yang lalu, setelah membahas bersama isi firman Tuhan, sebagai penutup acara sel, pemimpin kami menantang beberapa pengunjung yang sudah sering datang, tetapi masih belum menjadi pengikut Kristus untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka.

Seperti biasa, dengan dukungan doa, dan juga dukungan moril para anggota sel yang hadir lainnya, ia berusaha untuk meyakinkan ketiga orang tersebut.

Sebenarnya itu bukan kesempatan yang pertama. Pernah sekali beberapa minggu sebelumnya, saat ditantang, seorang di antaranya nyaris diselamatkan. Sayang sekali, oleh karena masih merasa gentar untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang lama, ia menolak tawaran tersebut. Padahal dengan jujur ia mengakui, bahwa saat itu ada ‘sesuatu’ yang terjadi di dalam dirinya, yang menyebabkan isi hatinya bergejolak secara mengherankan. Tentu saja karena pernah mengalaminya sendiri, kami menyadari, bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus!

Berbeda dengan kegagalan-kegagalan seperti itu, yang biasanya selalu disebabkan oleh karena persepsi masyarakat yang keliru, yaitu bahwa orang-orang kristiani hidupnya terkekang dan tidak bebas, malam itu gara-gara sebuah pertanyaan yang diajukan oleh pemimpin sel kami, saat ditantang salah seorang di antara mereka merasa tersinggung sekali dan menjadi marah.

Di antara beberapa pernyataan mengenai Kristus dan apa yang telah dilakukan oleh-Nya untuk umat yang mau percaya kepada-Nya, ia menambahkan sebuah pertanyaan: “Apakah kalian tidak ingin menjadi orang-orang yang hidupnya diberkati?”

Kami yakin pertanyaan itu cukup beralasan dan diajukan tanpa maksud untuk menyinggung perasaan siapa pun juga. Tetapi oleh karena kata ‘berkat’ mempunyai arti yang berbeda-beda bagi telinga setiap orang yang mendengarnya, baik orang-orang Kristen maupun bukan, langsung saja wanita yang sudah sering hadir di sana bersama suaminya oleh karena undangan sahabat-sahabat mereka yang adalah anggota-anggota sel kami, menjawab dengan nada kurang senang sekali: “Siapa bilang aku tidak diberkati? Hidupku sangat diberkati!”

Kata berkat memang mempunyai makna yang sangat luas, terutama jika diartikan di dalam bahasa Inggris sesuai penggunaannya, seperti: bless, blessed atau blessing. Di antara berberapa arti-arti yang lain, Dictionary.com menjelaskan kata ‘blessing’ seperti ini: “A favor or gift bestowed by God, thereby bringing happiness.” Terjemahan bebasnya adalah: Kemurahan atau hadiah yang dilimpahkan oleh Tuhan, yang membawa kebahagiaan.”

Berkat mempunyai hubungan yang erat sekali dengan kasih Tuhan, kasih karunia-Nya, serta kemurahan hati-Nya. Karena sebenarnya berkat selalu berasal dari sorga! Menurut firman Tuhan, hikmat-lah yang mengawalinya! Tanpa hikmat, pengetahuan akan keberadaan Tuhan serta firman-Nya tidak ada pada kita. Tanpa pengetahuan itu, kita tidak akan merasa takut terhadap kebesaran dan kuasa-Nya. Tanpa rasa takut itu, kita akan merasa enggan untuk mempelajari firman-Nya. Akibatnya, kita tidak tahu tujuan hidup kita di dunia, sehingga kita tidak mampu untuk melihat dan menikmati ‘berkat-berkat’ yang membawa kebahagiaan, yang dicurahkan oleh-Nya kepada kita.

Raja Salomo membahas hal tersebut dengan jelas sekali melalui berpuluh-puluh ayat di dalam kitab Amsal dengan memulainya menggunakan ayat yang amat penting ini: Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Amsal 1:7)

Sedangkan menurut pandangan umum (masyarakat pada umumnya), berkat selalu dikaitkan dengan harta kekayaan manusia. Semakin berada keadaan seseorang, semakin besar berkat yang dipunyainya. Tentu saja kekayaan juga termasuk di dalam anugerah-anugerah berkat yang Tuhan berikan kepada umat kristiani, tetapi itu hanya sebagian kecil saja di antara banyak sekali berkat-berkat lainnya.

Suami wanita itu, seorang yang amat berbakat di bidang seni musik, adalah penyebab utama mengapa ia ikut hadir di sana hampir setiap hari Jum’at malam. Ia ingin membantu selgrup kami dengan bermain instrumen mengiringi kami saat puji dan sembah. Sekalipun mereka adalah (mantan) orang-orang beragama Budha yang kami simpulkan sekarang sudah menjadi simpatisan-simpatisan kelogisan pandangan hidup ‘agama’ populer masakini, The New Age Movement, tampak sekali bahwa mereka mempunyai pandangan yang amat luas mengenai kepercayaan-kepercayaan lainnya di dunia, termasuk ajaran-ajaran Kristus.

Jelas sekali malam itu, sebagai seorang intelektuil yang tidak kekurangan apa-apa, yang hidup sehat dan berkeluarga harmonis, arti kata berkat langsung diasosiasikan olehnya dengan kondisi kehidupannya sendiri. Ia adalah seorang wanita yang sangat mengandalkan kecerdikan otak dan pendidikannya yang tinggi, … yang merasa bangga sekali akan hal itu. Dugaan saya, ia menjadi tersinggung, oleh karena merasa hidupnya jauh lebih ‘beruntung’ dibandingkan dengan kehidupan pemimpin sel kami yang tidak lama sebelumnya mengalami beberapa musibah secara berturut-turut, baik di bidang bisnis maupun kesehatan anggota keluarganya.

Saya kurang ingat akan detil kelanjutan diskusi yang terjadi, di mana mau tak mau kami semua akhirnya juga ikut terlibat di dalamnya. Tetapi yang pasti, suasana malam tersebut menjadi sangat tidak enak. Sampai pertemuan itu berakhir ia tetap berpendapat, bahwa ia tidak perlu menjadi pengikut Kristus untuk ‘mengejar’ berkat, sebab ia sudah lama mempunyainya! Tentu saja oleh karena arti kata itu dipandang dari dua sudut yang berbeda sekali.

Tetapi saya bisa memahami pendapatnya, karena memang tidak jarang orang-orang kristiani sendiri pun menyalah-gunakan makna kata tersebut! Gerakan Prosperity Gospel (Injil Kemakmuran) di tahun 70-an adalah penyebab utama tersebarnya pengertian (baru) yang keliru, yang amat menjurus pada pandangan-pandangan duniawi masyarakat umum.

Mereka memberitakan, bahwa orang-orang Kristen mempunyai kepastian untuk selalu hidup diberkati, ... hidup tanpa masalah, penuh kedamaian, bebas penyakit, dan terutama, … kaya-raya! Semua itu adalah hak orang-orang percaya! Sehingga menurut mereka, jika ada orang-orang kristiani lainnya yang hidupnya tidak memancarkan kesuksesan-kesuksesan seperti itu, kebenaran iman mereka patut diragukan. Apalagi jika kesehatan tubuh mereka sedang terganggu! Yang terserang penyakit fatal biasanya dituduh … masih hidup di dalam dosa. Siapakah yang tidak pernah bertemu atau bersekutu dengan orang-orang ‘super kristiani’ semacam itu?

Patokan-patokan pandangan mereka selalu berdasarkan contoh-contoh kemakmuran hidup tokoh-tokoh alkitab pilihan Tuhan yang dilukiskan di dalam Perjanjian Lama, seperti Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf, begitu juga generasi-generasi mereka yang berikutnya. Kitab Kejadian menyatakan: “Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.” (Kejadian 13:2)

Tak terlupakan, Ayub, tokoh yang dikenal sebagai “… orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.” (Ayub 1:3c) Bahkan kekayaan raja Salomo di zaman dahulu, yang jelas bukan kekayaan biasa-biasa saja, dijadikan standar oleh mereka untuk kita, … umat (pilihan) Tuhan masakini! Kitab 1 Raja-Raja melukiskan kemakmuran hidupnya seperti ini: “Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat.” (1 Raja-Raja 10:23)

Tetapi tokoh-tokoh lainnya yang tidak memenuhi syarat-syarat itu jarang sekali disebut oleh mereka. Apalagi yang hidupnya selalu diliputi oleh penderitaan, seperti yang dialami oleh Yeremia, Hosea, Stefanus (Kisah Para Rasul 6-7) dan lain sebagainya.

Tidaklah mengherankan jika sebagai akibatnya, terpengaruh oleh ajaran-ajaran seperti itu banyak orang pergi ke gereja bukan untuk beribadah, agar bisa bersama umat kristiani lainnya mengasihi, memuji dan menyembah Tuhan dengan sepenuh hati, tetapi karena terdorong oleh motivasi-motivasi egois, yaitu untuk mengejar kesuksesan hidup dan harta kekayaan yang semuanya bersifat sementara serta duniawi sekali!

“Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal.” (Kejadian 24:1)

(Bersambung)

HIDUP YANG ‘DIBERKATI’ (2)

INJIL KEMAKMURAN