Showing posts with label Natal. Show all posts
Showing posts with label Natal. Show all posts

Thursday, December 1, 2011

Kenangan Natal: Dari Mulut Bayi-Bayi

Oleh: John Adisubrata

‘Kata Yesus kepada mereka: “…; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?” (Matius 21:16b)

Awal peristiwa Natal dikisahkan di dalam Injil Lukas seperti ini: ‘Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:8-12)

Apakah Anda pernah mempertanyakan, mengapa malaikat Tuhan diutus untuk menyampaikan berita kelahiran Kristus pertama-tama kepada sekelompok gembala, orang-orang yang pada masa itu dianggap mempunyai kedudukan paling rendah di tangga sosial masyarakat Yahudi? Mengapa Tuhan tidak mengutus dia kepada orang-orang yang terpandang saja, … orang-orang yang berpendidikan dan yang berkedudukan tinggi? Perhatikanlah kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, jika mereka yang dipilih untuk mendengarkan kabar gembira itu untuk pertama kalinya:

Para pemimpin gereja – Mereka akan memeriksa terlebih dahulu catatan-catatan buku doktrin agama sebelum mengadakan rapat darurat bersama badan-badan pengurus denominasi setempat untuk memperdebatkan kemungkinan asli palsunya berita tersebut.

Para kepala eksekutif bisnis (CEO) – Mereka akan memeriksa diary mereka terlebih dahulu untuk menentukan, apakah di tengah-tengah kesibukan kerja, mereka masih mempunyai waktu luang untuk menerima kedatangannya dan mendengarkan berita tersebut?

Para pengusaha – Karena tahu bahwa kabar itu sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelumnya, mereka akan mendahulukan di atas segalanya produksi dan profit penjualan barang-barang souvenir klenak-klenik untuk merayakan dan memperingati hari bersejarah itu.

Para selebriti – Tentu mereka mau memastikan terlebih dahulu, apakah ada orang-orang yang sedang menyorot mereka? Apakah gara-gara berita itu mereka bisa menjadi lebih dikenal dan populer?

Melihat beberapa skenario fiksi di atas yang terbukti sampai sekarang masih relevan dan mungkin sekali terjadi, tidaklah mengherankan Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menyampaikan berita terpenting dalam sejarah kehidupan umat manusia kepada orang-orang yang tidak mempunyai alasan untuk mencari keuntungannya sendiri, yang tidak mendahulukan reputasi mereka di atas segalanya, dan yang tidak menggunakannya sebagai kesempatan terbaik untuk ‘naik daun’. Tuhan memilih para gembala di padang, oleh karena kesederhanaan hidup, kerendahan hati dan keterbukaan pikiran mereka, dan terutama … oleh karena mereka mempunyai iman yang amat bersahaja, yang serupa dengan iman anak-anak kecil.

Apabila kita memeriksa ketiga Injil yang ditulis oleh Matius, Markus dan Lukas, dikatakan di sana bahwa Yesus mengagumi iman anak-anak kecil, karena kesediaan mereka untuk menerima kebenaran firman Tuhan tanpa argumentasi, tanpa menggunakan logika-logika dunia yang selalu mengharapkan bukti-buktinya terlebih dahulu. Ketika harus menanggapi pertanyaan murid-murid-Nya mengenai siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, Ia menjawab, umat yang mempunyai iman seperti anak-anak kecil itulah! (Matius 18:1-5)

Bahkan alkitab menyatakan, dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Tuhan telah … meletakkan dasar kekuatan (Mazmur 8:3), dan juga … menyediakan puji-pujian (Matius 21:16). Memang sulit sekali untuk mencernakan maksud raja Daud di Mazmur 8 tersebut yang kemudian dikutip oleh Yesus kira-kira 1000 tahun kemudian ketika Ia ditegur oleh para imam kepala dan ahli-ahli Taurat di dalam Bait Allah kota Yerusalem. Apakah benar anak-anak sekecil itu sudah mampu berpikir dan mengekspresikan perasaan mereka? Bukankah tubuh dan jiwa mereka masih belum berkembang? Itulah pendapat manusia pada umumnya. Tetapi menurut firman Tuhan, Allah yang adalah Roh mempunyai pandangan yang berbeda sekali! Mungkin kenangan Natal yang pernah saya alami dan yang akan saya ceriterakan di bawah ini bisa mencerahkan sedikit pernyataan Yesus di Matius 21 tersebut.

Kendatipun tidak mampu membayangkannya secara detil dan akurat, saya ingat akan masa silam di mana saya mendengar dan mengalami Natal untuk pertama kalinya tanpa mengerti makna atau sebab-sebab hari termasyhur itu setiap tahun diperingati dan dirayakan di seluruh dunia.

Semua itu diawali oleh pertemuan kami dengan keluarga yang baru pindah dan menempati rumah sebelah, ketika saya masih berusia kira-kira 4/5 tahunan. Oleh karena mereka mempunyai anak-anak yang berumur sebaya dengan kami, secara instan hubungan kami dengan mereka menjadi erat sekali. Keluarga kami mengenal mereka sebagai orang-orang Kristen yang mendidik anak-anaknya sesuai ajaran-ajaran firman Tuhan, … tegas tetapi penuh kasih sayang. Sekalipun saat itu saya belum mengerti maksudnya, saya ingat bahwa kami sekeluarga menjuluki mereka: ‘orang-orang Kristen yang fanatik’.

Suatu hari di bulan Desember, anak-anak mereka mengajak saya dan kakak saya main drama sekolah minggu untuk perayaan Natal yang akan diadakan di gereja mereka. Dengan restu orang tua kami yang pada waktu itu masih belum memeluk agama apa-apa, kami mulai ikut latihan setiap hari Minggu siang. Di situlah untuk pertama kalinya sebagai anak kecil yang masih lugu sekali, yang belum mengerti apa-apa, apalagi tentang agama, saya mendengar kisah kelahiran Kristus.

Sekalipun tampak hanya samar-samar saja, saya ingat bahwa saya memerankan Balthazar, orang Majus yang ketiga. Bersama-sama, kami dilatih oleh guru sekolah minggu gereja itu untuk melakukan beberapa adegan kecil di mana kami diharuskan menghafal beberapa kalimat pendek berdasarkan ayat-ayat alkitab dan menyanyikan lagu-lagu Natal, seperti: Hai Mari Berhimpundan Malam Kudus. Meskipun ditampilkan secara amatiran sekali, drama itu mengisahkan berita gembira kelahiran Sang Juruselamat persis seperti yang tertulis di dalam alkitab di mana bayi Yesus menjadi pusat penyajiannya, tanpa embel-embel lain yang sudah dilazimkan oleh umum yang sekarang sudah berhasil menyelewengkan kebenaran makna hari bersejarah itu.

Malam itu jelas sekali sesuatu yang supranatural telah terjadi pada diri saya seperti perkataan Yesus sendiri: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian.” Karena saya yang sebelumnya tidak tahu siapakah Tuhan, bayi Yesus, malaikat sorgawi, orang-orang majus, para gembala di padang, Yusuf atau Maria, bahkan raja Herodes dan lain sebagainya, sudah ‘dipilih’ untuk ikut membagikan kabar gembira itu melalui acara drama di mana kami bersama sejumlah besar bala tentara sorga memuji dan menyembah Tuhan: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14)

Sesudah lahir baru saya menyadari, bahwa “firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali lagi kepada-Nya dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Ia kehendaki, dan akan berhasil dengan segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya.” (Yesaya 55:11) Ternyata taburan benih-benih firman yang diam-diam sudah menerobos masuk, tertanam dan bersemi di dalam hati melalui kegiatan Natal tersebut, tidak pernah meninggalkan saya lagi. Itulah bukti kebenaran kasih karunia Tuhan!

Mengenangnya kembali, sering kali saya bersyukur bahwa Ia telah mengirim keluarga kristiani yang begitu saleh untuk menjadi tetangga kami, … keluarga yang sekalipun awalnya kami cap aneh dan fanatik, tetapi berhasil memperkenalkan makna Natal yang sejati kepada saya dan kakak saya pada saat kami berdua masih mempunyai hati serta iman yang murni sekali, … iman bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu. Saya juga mengucap syukur kepada Tuhan, karena ternyata berpuluh-puluh tahun sesudahnya, sesuai rencana-Nya, saya diberi kehormatan untuk menggabungkan diri dan menjadi anggota keluarga besar mereka!

Saya berdoa, agar iman sederhana yang sudah mengawali semua itu tetap saya miliki seumur hidup sampai saat terakhir di mana saya bisa membuktikan kebenarannya. Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
Desember 2012

Sunday, December 19, 2010

Kristus - Pusat Perayaan Natal


Oleh: John Adisubrata

“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. ...” (Matius 2:11a)

Di akhir zaman ini makna Natal sangat membingungkan mereka yang ikut merayakannya, baik orang-orang Kristen maupun tidak. Kebiasaan-kebiasaan yang dihalalkan masyarakat oleh karena tradisi turun-temurun, baik di dalam maupun di luar gereja, sudah menyelewengkan pengertian makna yang sebenarnya. Sebagai orang-orang beriman tentu kita sependapat, bahwa masa perayaan Natal adalah masa yang diadakan untuk memperingati kelahiran Kristus di kota Bethlehem 2000 tahun yang lalu. Kendatipun tanggal yang ditentukan bukan tanggal kelahiran Yesus yang sesungguhnya, kebanyakan orang kristiani mengakui, bahwa itu hanya merupakan sebuah simbol saja yang mewakili hari tersebut.

Natal adalah saat terpenting yang mengawali penggenapan seluruh rancangan Allah untuk menyelamatkan hidup umat manusia. Tanpa kehadiran Kristus di dunia, rencana tersebut tidak akan pernah terlaksana!

Karena itu, Yesus-lah yang harus menjadi fokus utama mengapa kita merayakannya. Bukan tokoh fiksi Santa Claus, untuk menggembirakan hati anak-anak kecil. Bukan sekedar saling memberi kado, untuk mengesankan hati sesama atau sanak saudara. Bukan sekali setahun merasa wajib (atau terpaksa) untuk pergi beribadah ke gereja. Bukan juga mengadakan pesta makan malam sekeluarga, untuk mengkompensasi waktu-waktu yang hilang gara-gara kesibukan masing-masing sepanjang tahun. Bukan mementingkan pergi bertamasya saat liburan (Natal dan Tahun Baru), untuk memanjakan diri sendiri setelah bekerja keras di tahun itu.

Perhatikanlah kisah hidup Tuhan Yesus Kristus yang penuh dengan makna menakjubkan, yang dicatat di dalam firman Tuhan, mulai dari hari di mana kita setiap tahun memperingati dan merayakannya untuk mengucapkan rasa syukur dan terimakasih atas kesediaan-Nya untuk meninggalkan segala kemuliaan sorgawi, hanya untuk menyelamatkan hidup kita saja!

Ia dilahirkan dalam lingkungan yang paling sederhana, namun langit cerah di malam itu dikumandangi oleh lagu-lagu pujian para malaikat sorgawi. (Lukas 2:14) Tempatnya hanya kandang ternak biasa saja, namun sebuah bintang yang bersinar cemerlang di atasnya membawa tiga bangsawan kaya dari negara-negara Timur untuk datang menyembah Dia. (Matius 2:11)

Proses kelahiran-Nya bertentangan dengan hukum alam (Yohanes 1:1-18), begitu pula cara kematian-Nya (Lukas 23:33-49). Namun di samping kebangkitan-Nya (Matius 28:1-10), tidak pernah ada keajaiban-keajaiban lain yang lebih dahsyat dari pada kedua peristiwa itu. Ajaran-ajaran yang Ia berikan pada masa pelayanan-Nya yang singkat di dunia juga dipenuhi oleh mujizat-mujizat yang menakjubkan. Tidak pernah Ia mengusahakan ladang atau industri perikanan, namun Ia mampu menjamu dan mengenyangkan perut lebih dari 5000 orang dengan roti dan ikan yang berkelimpahan. (Markus 6:30-44)

Permadani-permadani tebal yang empuk dan mewah tidak pernah menjadi alas di mana Ia berdiri, namun permukaan air danau yang lembut disertai ombak-ombak sebesar gunung pernah mengalasi jejak-jejak kedua kaki-Nya. (Yohanes 6:19)

Cara penyaliban-Nya dicatat sejarah sebagai hukuman mati yang terkejam sepanjang masa (Yohanes 19), karena bagi Tuhan tidak ada hukuman lain, sebagai korban yang sepadan, yang bisa menebus dosa-dosa umat manusia. Pada saat kematian-Nya hanya sekelompok kecil saja orang-orang yang berdukacita, namun langit kelam yang dipenuhi oleh gulungan-gulungan awan hitam mencurahkan hujan lebat ke atas bumi, ... melukiskan kepedihan hati-Nya. (Lukas 23:44-45)

Orang-orang yang menyalibkan Dia tidak gemetar (Markus 15:16-20a), namun bumi di mana mereka berdiri digoncangkan oleh gempa dahsyat yang menyebabkan tabir Bait Suci terbelah menjadi dua. (Matius 27:51)

Dosa tidak pernah menjamah diri-Nya (Lukas 4:1-13), sehingga tanah yang menjadi merah oleh karena curahan darah-Nya tidak bisa menuntut tubuh-Nya. (Markus 16:6)

Lebih dari tiga tahun lamanya Ia mengabarkan Injil di antara bangsa-Nya. Tidak pernah Ia menulis buku. Tidak pernah Ia mendirikan sebuah organisasi. Tidak pernah Ia membangun markas-markas besar untuk para pengikut-Nya. Namun ... 2000 tahun kemudian, selain tahun kelahiran-Nya dipergunakan sebagai poros untuk mengukur waktu, nama-Nya tetap dicatat sebagai tokoh terpenting di dalam sejarah kehidupan manusia. Bahkan dengan berlalunya waktu jumlah para pengikut-Nya juga terus meningkat berlipat-lipat ganda, tersebar di seluruh penjuru bumi.

Ajaran-ajaran dan kisah hidup-Nya merupakan tema menarik yang tak henti-hentinya dijadikan bahan percakapan, artikel, renungan dan khotbah orang-orang/hamba-hamba Tuhan. Sampai saat ini Ia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai satu-satunya Penebus dosa umat manusia yang turun dari sorga. (Yohanes 14:6, Kolose 1:14) Tidak ada pelopor/pendiri agama-agama lainnya yang berani memberikan pernyataan seperti itu.

Biarlah kita selalu mengingat, bahwa Kristus-lah pusat perayaan Natal tahun ini, dan bukan kegiatan-kegiatan lain yang tampak menarik, yang dengan mudah bisa memindahkan fokus dari tujuan kita yang sebenarnya itu, yaitu untuk menggabungkan diri dengan ketiga orang Majus tersebut, ... pergi mencari-Nya, “... lalu sujud menyembah Dia.” (Matius 2:11)! Haleluya!

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya! Amin.

John Adisubrata
Desember 2010

Saturday, November 28, 2009

Makna Natal yang Sejati


Oleh: John Adisubrata

Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.” (Yohanes 1:9-10)

Ketika Yesus dilahirkan di Betlehem lebih dari 2000 tahun yang lalu, peristiwa itu hanya disaksikan oleh orang-orang awam saja. Kedatangan Raja di atas segala raja, Sang Raja Damai yang sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelumnya, bahkan difirmankan oleh TUHAN sendiri (Kejadian 3:15), tidak digenapi dengan penuh kemegahan di hadapan penguasa-penguasa dunia, orang-orang terkenal, atau para bangsawan lainnya.

Melainkan sebaliknya, Ia lahir di dalam sebuah kandang hewan peliharaan, dibungkus dengan sehelai lampin dan dibaringkan di dalam sebuah palungan kayu yang tidak beharga, karena pada saat itu tidak tersedia satu pun kamar yang kosong di rumah-rumah penginapan bagi ibu-Nya, Maria, serta Yusuf, suaminya. (Lukas 2:7)

Kisah kelahiran-Nya yang tampak tidak berarti dan sangat sederhana itu ternyata bisa bertahan mengarungi waktu, … selalu relevan bagi kehidupan umat manusia sepanjang masa. Setiap tahun setiap generasi di seluruh dunia, secara langsung atau tidak, mendengar, mengenang dan memperingati kejadian bersejarah tersebut, yang terbukti sampai sekarang masih tetap berkuasa untuk mengubah sikap hidup mereka.

Selain mengirim ketiga orang majus dari Timur (Matius 2:1-12), Tuhan hanya memakai orang-orang biasa saja sebagai saksi-saksi kelahiran Anak-Nya yang tunggal itu. Alkitab mengatakan, bahwa gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang dipilih oleh-Nya untuk menjadi saksi-saksi pertama kelahiran Kristus. Bukan para ahli Taurat, orang-orang Farisi atau orang-orang terpelajar lainnya!

Malam itu mereka melihat dan mendengar pujian yang dinyanyikan oleh sejumlah besar bala tentara sorga: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14)

Padahal pada abad yang pertama, status para penggembala domba di Israel tergolong amat rendah. Kesaksian-kesaksian mereka tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi di sistim pengadilan mereka. Kendatipun demikian, Tuhan memilih dan menjadikan mereka saksi-saksi yang sah untuk memberitakan kedatangan Tuhan Yesus di dunia. Injil Lukas mencatatnya seperti ini: “Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.” (Lukas 2:18)

Sampai saat ini Tuhan masih tetap memilih orang-orang biasa sebagai saksi-saksi-Nya untuk memperingati dan memberitakan kabar gembira mengenai kelahiran seorang Juruselamat yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Ia terus menggunakan orang-orang awam seperti kita untuk menyampaikannya kepada orang-orang yang sangat memerlukannya.

Ya, … Tuhan mau dan bisa memakai kita! Oleh karena itu kita tidak perlu mempertanyakan tujuan-Nya memanggil dengan meragukan kelayakan diri kita sendiri: “Apakah Tuhan bisa memakai seorang yang tidak berarti seperti aku, yang tidak memiliki kepandaian apa-apa? Apakah aku mampu melakukannya?”

Jika Allah Bapa di sorga mau menggunakan para gembala di padang sebagai saksi-saksi yang mutlak atas kelahiran Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, tentu Ia juga berkenan memakai kita. Yang dituntut oleh-Nya hanya sikap hati yang taat, yang mau memberitakan peristiwa tersebut kepada orang-orang lain seperti apa adanya, seperti yang tertulis di dalam firman Tuhan. Tanpa menambahkan ‘embel-embel’ lain yang sudah dilazimkan oleh umum, dan yang sekarang ternyata berhasil menyelewengkan kebenaran makna hari bersejarah itu.

Yesus-lah inti perayaan hari Natal yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Dia-lah penyebab hari tersebut dirayakan sebagai suatu peringatan akan kedatangan Allah yang telah bersedia merendahkan diri-Nya sendiri, … menjelma menjadi manusia, agar kita, anak-anak manusia, bisa disebut sebagai anak-anak Allah. (Galatia 3:26)

Setiap orang mempunyai arena-arena sendiri yang bisa dipakai sebagai alat untuk membagikan kebenaran firman Tuhan mengenai peristiwa itu. Baik secara perseorangan, lokal, nasional, maupun internasional. Semua itu mempunyai harga yang sama, karena bukan besarnya jumlah pendengar/pembaca/pemirsa yang berkenan di hati-Nya, melainkan motif-motif pelayanan mereka yang bersedia melakukannya.

Marilah kita, melalui setiap media yang sudah disediakan oleh Tuhan untuk kita, bersama-sama memproklamirkan tanpa kompromi kisah kelahiran Sang Penebus. Menggunakan setiap kesempatan yang tersedia melalui arena masing-masing, marilah kita menjadi saksi-saksi-Nya yang mau membagikan kebenaran makna kisah Natal seperti apa adanya, … seperti yang sudah dilakukan oleh para penggembala domba di Betlehem pada saat kelahiran Tuhan kita, Yesus Kristus!

Agar … dunia mengerti kebenaran ayat ini: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
Desember 2007
Diolah kembali: November 2009