Showing posts with label Dr James Dobson. Show all posts
Showing posts with label Dr James Dobson. Show all posts

Saturday, December 6, 2008

D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf (4)


Oleh: John Adisubrata

KUASA D.O.A.

"yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:22-24)

Masa akhir hidup Ted yang harus dilalui selama bertahun-tahun sebagai seorang narapidana bernama buruk, yang amat dibenci oleh masyarakat, ternyata merupakan suatu jangka waktu berharga yangkhusus diberikan oleh Tuhan kepadanya di dalam sel penjara. Di sana ia mendapatkan kesempatan yang 'singkat' untuk merenungkan kembali serta mengevaluasi semua perbuatan-perbuatan keji yang pernah ia lakukan.

Banyak penjahat bernama buruk lainnya, yang mungkin perbuatan kriminil mereka, jika dibandingkan, tidak 'sehebat' kejahatan yang pernah dikerjakan oleh Ted Bundy. Tetapi mereka tidak mendapatkan kesempatan berharga seperti yang dialami olehnya di dalam penjara. Mereka tidak menyesali tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan. Mereka tidak peduli dengan keadaan mereka, bahkan keinginan untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat yang lain, tetap berkobar-kobar di dalam pikiran dan hati mereka.

Mengapa bukan hal-hal seperti itu yang dialami oleh Ted Bundy di sana? Apakah karena Tuhan gemar membeda-bedakan umat ciptaan-Nya? Atau, ... apakah karena ada 'sesuatu' yang terjadi di sorga, yang mendorong dan menyebabkan Tuhan berkenan akan keselamatan hidup Ted? Sehingga Ia mempersiapkan semuanya untuk kebaikan 'masa depan' hidupnya, jauh sebelum Ted dijatuhi hukuman mati oleh para penegak hukum negara tersebut?

Keterlibatan pengacara Kristen, John Tanner, dalam proses pengadilan kasus Ted Bundy bukan merupakan suatu hal yang terjadi secara kebetulan, karena Tuhanlah yang mengirimkan hamba-Nya tersebut ke sana! Jalinan persahabatan dengannya selama bertahun-tahun yang pada akhirnya membuahkan pertobatan Ted, juga bukan merupakan hasil upaya pribadi John Tanner dan isterinya, melainkan hasil pekerjaan Roh Kudus yang sudah mampu menyadarkan diri Ted dari semua dosa-dosanya.

Kejadian-kejadian tersebut telah mengawali proses pertobatannya, yang berakhir dengan pengakuan, penyesalan dan kesediaannya untuk menerima Kristus sebagai Juruselamatnya.

Keinginan Ted untuk meninggalkan suatu 'warisan' sebelum kematiannya guna memperingati dan menolong orang-orang lain yang mungkin sedang berada dalam situasi dosa yang sama, yaitu melalui jalan sesat mematikan yang pernah ditempuh olehnya selama bertahun-tahun, telah memungkinkan tim 'Focus on the Family' untuk datang menemuinya di dalam sel penjara. Semua itu dapat dilaksanakan, juga hanya oleh karena koneksi yang dimiliki oleh John Tanner, si pengacara kristiani yang mengenal Dr James Dobson secara pribadi.

Bagaikan raja Daud yang bertobat di depan nabi Natan, mengakui dan menyesali dosa-dosa perzinahan dan pembunuhan yang telah dilakukan olehnya, yang dicatat dalam keseluruhan ayat-ayat termasyhur Mazmur 51, Ted ingin melakukan hal yang sama melalui pelayanan Dr James Dobson.

Raja Daud menulis di situ: "Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu." (Mazmur 51:15)

Peristiwa-peristiwa indah yang dialami oleh Ted tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Semua itu dapat dilaksanakan, oleh karena ada orang-orang kudus yang sedang memperjuangkan keselamatannya melalui doa-doa syafaat yang mereka panjatkan kepada Tuhan.

Sebelum wawancara singkat tersebut berakhir, Ted Bundy sempat mengikrarkan imannya sekali lagi kepada Dr James Dobson, tentang kekuatan yang sudah diterima olehnya melalui hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus Kristus.

Meskipun demikian ia tidak berhasrat untuk berpura-pura di depan umum dengan mengatakan, bahwa ia sama sekali tidak mempunyai rasa kuatir. Ia mengakui dengan terus terang, bahwa pada saat-saat yang amat genting, di mana ia harus berjalan seorang diri dalam lembah kekelaman, sering kali ia merasa tidak mempunyai kekuatan untuk melewatinya.

Perasaan-perasaan seperti itu selalu menghantui dirinya sepanjang tahun-tahun terakhir, di mana ia harus menunggu keputusan pengadilan mengenai 'nasib' hidupnya.

Raja Daud menulis salah satu Mazmur yang paling termasyhur mengenainya: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4)

Jelas perjalanan Ted tersebut bukan merupakan suatu hal yang menyenangkan baginya, karena sering kali ia merasa sepi, sendiri dan tak berdaya, terutama di saat-saat terakhir menjelang hari kematiannya. Tetapi ia selalu mengingatkan dirinya sendiri, bahwa pada suatu saat semua orang, bersedia ataupun tidak, pasti akan mengalami perjalanan yang akan dilaluinya tersebut. Suatu kelaziman hukum alam yang tidak akan dapat dihindari oleh siapa pun juga!

Keselamatan hidup yang diterima oleh Ted Bundy, si 'pembunuh serial berdarah dingin', sebagai hadiah kasih karunia Tuhan sebelum kematiannya, akan selalu merupakan suatu teka-teki aneh yang tak terpecahkan, suatu misteri yang tidak akan pernah dapat dicernakan oleh akal pikiran manusia biasa seperti kita, bagaikan kisah salah seorang penjahat yang disalibkan di sisi Tuhan Yesus Kristus, di atas bukit Golgota.

Pada menit-menit terakhir sebelum kematiannya, penjahat tersebutbertobat dengan mengakui Yesus sebagai 'Raja'-nya. Suatu pengakuan tulus yang mengakibatkan dia menerima hadiah karunia keselamatan hidup dari Tuhan.

'Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:42-43)

Adakah seorang di antara kita yang berani 'memprotes', jika Tuhan Yesus menyatakan tawaran-Nya ini di depan kita kepada Ted Bundy, atau orang-orang lain yang sudah pernah melakukan kejahatan yang cukup serius terhadap kita? Dan ... oleh karena itu menganggap, bahwa dengan menawarkannya kepada mereka, Tuhan telah bertindak 'tidak adil'.

Beranikah kita 'melecehkan' pertobatan seseorang di hadapan Tuhan, karena menganggap bahwa 'musuh' kita tersebut sama sekali tidak layak untuk melakukannya?

Apakah kita juga mempunyai keberanian untuk mengutarakan kejengkelan hati kita di hadapan hadirat Tuhan yang kudus, dengan menggerutu seperti orang-orang (Kristen) yang berterus-terang di depan Dr James Dobson, mencurigai dan memprotes pertobatan Ted, dan ... alhasil, ... juga keselamatan hidup yang sudah dikaruniakan kepadanya?

Tuhan Yesus datang ke dunia dengan tujuan untuk menyelamatkan SEMUA orang yang berdosa, yang bersedia menerima Dia sebagai Juruselamat mereka. Di mata-Nya, harga keselamatan hidup Ted Bundy, atau mereka yang sudah 'melukai hak-hak asasi' kita, sama seperti harga keselamatan hidup orang-orang berdosa lainnya.

Jangan lupa, ... kita juga termasuk di dalam kelompok orang-orang berdosa tersebut! Karena dosa segenap umat manusia, Ia rela mati disalibkan untuk menanggung semuanya.

Berjaga-jagalah selalu dengan sikap 'naruli' kita, agar jangan sekali-kali kita harus ditegur secara pribadi oleh Tuhan Yesus sendiri, seperti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang terus-menerus berusaha mencobai Dia. Mereka menganggap tingkat 'kesucian' diri mereka begitu tinggi, sehingga merasa berhak untuk menghakimi wanita yang tertangkap basah sedang melakukan dosa perzinahan di suatu siang hari bolong.

‘Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7)

Apakah ada salah seorang di antara kita yang berani melemparkan batu yang pertama? Silahkan!

Syalom,

John Adisubrata
April 2005

D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf (3)


Oleh: John Adisubrata

PATUTKAH IA DISELAMATKAN?

‘Ada suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang layak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar. Aku berkata: "Inipun sia-sia!" (Pengkhotbah 8:14)

Bukankah kita juga harus mengakui dengan jujur, bahwa seringkali kita menunjukkan sikap yang serupa seperti sikap nabi Yunus terhadap bangsa Niniwe, ketika suatu kasus kejahatan sedang menimpa diri kita atau keluarga kita. Kendatipun kasus tersebut mungkin tidak sebanding dengan kasus kejahatan Ted Bundy yang sudah menggemparkan dunia. Mereka yang menyebabkannya langsung kita 'cap' dan kita masukkan ke dalam 'black list' orang-orang yang tidak kita sukai!

Apabila seseorang telah melakukan suatu kejahatan cukup serius terhadap kita atau keluarga kita, yang tampak terlampau berat untuk menerima pengampunan dari kita, apalagi amnesti dari Tuhan, biasanya kita akan merasa kesal sekali, jika kesempatan untuk bisa menyaksikan orang tersebut menderita, setimpal penderitaan kita gara-gara kejahatannya, menjadi musnah! Pikiran manusia akan selalu menuntut pembalasan atas perbuatan-perbuatan jahat 'musuh-musuh' kita, lebih berat lebih memuaskan! Terasa kurang 'sreg', jikalau mereka bisa terbebas dari dosa-dosa atau hukuman, hanya gara-gara pertobatan mereka.

Pikiran kita yang sangat terbatas, tidak mungkin dapat menyelami pikiran dan rancangan Allah bagi keselamatan hidup segenap umat manusia. Rencana kita tidak akan pernah sama dengan rencana-Nya, apalagi jika rencana tersebut merupakan salah satu dari rancangan-rancangan 'jahat' pikiran kita bagi orang-orang lain yang tidak kita sukai, apa pun motivasi atau penyebabnya.

Alkitab mencatat, bahwa Tuhan selalu mengampuni semua dosa, tidak ada perkecualiannya. Jika kita mau datang menghadap kepada-Nya, dan mengakui dosa-dosa kita dengan segenap hati, Ia berjanji akan mengampuni semuanya serta menyucikan kita.

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)

Peristiwa perempuan yang dikenal oleh seluruh penduduk kota sebagai seorang berdosa, tetapi mempunyai ketabahan untuk datang menghadap Yesus, pada waktu Ia sedang duduk makan di rumah seorang Farisi, bernama Simon, sudah membuktikan kebenaran firman tersebut. Perempuan itu membasahi kaki-kaki Tuhan Yesus dengan cucuran air matanya, lalu menyeka mereka dengan rambutnya.

Tetapi tindakan selanjutnya, di mana ia menciumi kedua kaki Yesus serta meminyaki mereka dengan minyak wangi yang mahal berasal dari dalam buli-buli pualam, telah membuat pribadi wanita berdosa itu menjadi termasyhur sekali, seperti yang 'dinubuatkan' oleh Tuhan Yesus sendiri kepada Simon, di hadapan para tamunya. (Matius 26:13; Markus 14:9; Yohanes 12:7) Bahkan peristiwa yang amat mengesankan tersebut sudah diabadikan di dalam keempat Injil Perjanjian Baru.

Yesus juga mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Simon! Ketika Ia mengamati, bahwa orang Farisi tersebut memperlihatkan sikap tidak senang, karena Ia membiarkan perempuan berdosa itu melakukan semua tindakannya secara bebas, Yesus segera menegur Simon dengan suatu kisah yang sederhana!

Di depan para tamu yang hadir di rumahnya, Ia menceriterakan sebuah perumpamaan tentang dua orang yang meminjam uang. Yang seorang berhutang banyak, dan yang lain hanya sedikit. Karena mereka tidak sanggup untuk melunasinya, si pemilik uang membebaskan hutang mereka berdua. Yesus bertanya kepada orang Farisi itu: "Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" (Lukas 7:42b)

Kita semua tentu sudah mengetahui dengan fasih jawaban Simon terhadap pertanyaan Tuhan Yesus, karena jawabannya memang terdengar logis sekali. Apakah kita tidak akan memberi jawaban yang serupa, jika pertanyaan Yesus tersebut ditujukan kepada kita?

Yesus mengakhiri kisahnya dengan mengatakan: "Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah berbuat banyak kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit pula ia berbuat kasih." (Lukas 7:47)

Jikalau kita mempelajari awal riwayat hidup Ted Bundy sesuai dengan uraiannya kepada Dr James Dobson, kita akan mengetahui, bahwa ia sebenarnya berasal dari sebuah keluarga Kristen, yang menurut pengakuannya sendiri, adalah keluarga baik-baik dan 'normal', yang setiap hari Minggu pergi beribadah ke gereja.

Ted menekankan, bahwa sedari kecil ia bukan seorang anak 'luar biasa'yang patut dijadikan teladan anak-anak lainnya, karena jelas ia bukan malaikat. Ted hanya seorang anak biasa-biasa saja bagaikan anak-anak lain sebayanya, yang dididik dalam sebuah keluarga Kristen yang stabil, dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Ted bukan berasal dari suatu keluarga yang hancur berantakan, seperti yang sudah diduga, disebar-luaskan, dan 'disahkan' oleh masyarakat dunia.

Seperti umumnya terjadi pada keluarga-keluarga biasa lainnya, kedua orang tuanya juga mengasihi dan selalu berusaha melindungi kehidupan kelima anak mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia yang dapat menyesatkan dan merusak masa depan mereka.

Kendatipun kedua orang tuanya harus menanggung rasa malu yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata lagi, karena mempunyai seorang anak yang dijuluki 'monster' oleh masyarakat dunia, apakah mereka sebagai orang-orang percaya, akan berhenti mengasihi dia? Apakah mereka akan berhenti berdoa untuk keselamatan hidupnya?

Apakah jemaat gereja lokal mereka, dan juga orang-orang Kristen yang mengenal keluarga tersebut, tidak ikut berdoa untuk anak Tuhan yang sangat hilang ini?

Roh Allah selalu bekerja dengan penuh keajaiban, yang terlalu misterius untuk dapat dimengerti begitu saja oleh keterbatasan pikiran kita.

Di sinilah KUASA DOA orang-orang kudus untuk pertobatan Ted Bundy dibuktikan oleh Tuhan sendiri!

"Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal." (Roma 6:22)

(Bersambung)

D.O.A.:
NYARIS TIADA MAAF (4)

KUASA D.O.A.

D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf (2)


Oleh: John Adisubrata

PERTOBATAN YANG ‘MENJIJIKKAN'

‘Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah." (Yunus 4:4)

Tampak tulus sekali, ketika ia mengutarakan kekuatirannya atas pengaruh-pengaruh kekerasan dan pemberontakan yang ditawarkan oleh film-film asal Hollywood. Ia yakin sekali berdasarkan pengalamannya sendiri, bahwa pengaruh mereka dengan mudah dapat merusak citra diri para remaja di dunia.

Menurut Ted, kombinasi dari pengaruh buku-buku serta majalah-majalah porno, minuman-minuman alkohol, dan 'violence' yang dilebih-lebihkan dalam film-film tersebut, yang disaksikan olehnya di masa remajanya, adalah penyebab utama ketagihannya akan nafsu-nafsu berahi yang tidak normal, nafsu-nafsu seksual yang hanya dapat dipuaskan melalui tindakan-tindakan kekerasan yang harus dilakukan olehnya pada para korban perbuatan kriminilnya.

Ia mengatakan, bahwa SEMUA penjarawan yang dikenal olehnya di sana sebagai pembunuh-pembunuh (serial) yang kejam dan tidak berperikemanusiaan, sangat terlibat dengan segala hal yang berhubungan dengan 'hardcore' pornografi di masa muda/remaja mereka. Bahkan sepanjang hidup mereka!

Patut sekali untuk diperhatikan, bahwa pada saat percakapannya dengan Dr James Dobson direkam awal tahun 1989, internet yang menawarkan situs-situs pornografi masakini masih belum ada!

"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." (Mazmur 119:9)

Pria muda tampan yang baru berumur 40 tahun lebih sedikit ini tampak amat cerdas, tenang, 'normal', bahkan menarik sekali, sehingga begitu mudah baginya untuk dapat menyusup masuk ke daerah kita, dan hidup bebas sebagai salah seorang tetangga kita, tanpa menimbulkan prasangka apa pun mengenai latar belakang kehidupannya yang sejati.

Lebih dari 10 tahun lamanya Ted Bundy berhasil mengelabui mata kedua orang tuanya, bahkan keempat saudara kandungnya, keluarga dan sahabat-sahabat karibnya, dengan menutup rapat rahasia hidupnya yang sangat mengerikan tersebut. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang menduga, bahwa ia sebenarnya adalah pembunuh serial ternama, yang sudah dirasuk setan pornografi, dan yang sedang dicari dan dikejar-kejar oleh FBI!

Salah satu momen mengharukan yang dipercakapkan oleh Dr James Dobson dan Ted Bundy di tengah-tengah wawancara mengesankan tersebut, adalah uraiannya tentang pengalaman indah pertobatan hidupnya.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar." (Mazmur 51:3)

John Tanner, seorang pengacara kristiani terkenal, sahabat karib Dr James Dobson, berhasil mendapatkan kepercayaan Ted pada masa proses pengadilannya yang berlangsung sangat lama. Bahkan ia dan isterinya, Marcia Tanner, berhasil menjalin persahabatan yang akrab dengannya. Melalui kesetiaan pelayanan kedua hamba Tuhan tersebut di dalam sel penjaranya selama bertahun-tahun, akhirnya mereka dapat melunakkan hati Ted, dan memenangkan jiwanya.

Di dalam surat kedua rasul Paulus kepada murid kesayangannya, Timotius, ia menasehati: "dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya." (2 Timotius 2:25-26)

Ted Bundy, si 'pembunuh serial berdarah dingin' ternyata bersedia untuk bertobat! Suatu berita yang sangat menggemparkan masyarakat dunia!

Beberapa kali ia berusaha menelan ludah sambil menahan derasnya cucuran airmatanya, pada saat ia mengungkapkan penyesalan hatinya di depan kamera atas perbuatan-perbuatan tak berperikemanusiaan yang pernah ia lakukan, sebelum Ted bertemu muka dengan Tuhan Yesus dan memutuskan diri untuk menjadi pengikut Kristus.

"Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7)

Ted mengakui dengan jujur, bahwa meskipun sebenarnya ia masih belum mau mati, hukuman yang harus ditimpakan kepadanya adalah setimpal dengan perbuatan-perbuatannya yang kejam. Tanpa ragu-ragu ia menyatakan, bahwa ia layak menerima hukuman terberat itu, sebab masyarakat dunia memang harus dilindungi dari orang-orang jahat seperti dia. Tetapi menurut Ted, meskipun dirinya dihukum mati, ia tidak akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sudah diperbuat olehnya. Jelas para korbannya tidak akan dapat dibangkitkan lagi.

Tetapi melalui percakapannya dengan Dr James Dobson tersebut, ia mengharapkan agar kesadaran umum mengenai akibat-akibat pengaruh pornografi, lembut ataupun keras, yang begitu mudah untuk didapatkan dan dibeli secara bebas di mana-mana, bisa ditingkatkan lagi. Agar peraturan-peraturan hukum mengenai masalah pornografi yang sudah tersebar luas tersebut, baik di negaranya maupun negara-negara barat yang lain, bisa direvisi dan diubah guna melindungi kesejahteraan hidup masyarakat dari orang-orang seperti dia, yang begitu mudah terpengaruh oleh kejahatan media ini.

Ted tidak bermaksud untuk menyama-ratakan semua kasus, bahwa setiap orang yang kecanduan pornografi pasti akan menjadi seorang penculik, pemerkosa atau pembunuh seperti dia. Tetapi kenyataannya adalah seperti yang sudah dijelaskan oleh Ted sebelumnya: Semua narapidana yang ia ketahui di penjara sebagai pembunuh-pembunuh (serial) yang kejam dan tidak berperikemanusiaan, sangat terlibat dengan segala hal yang berhubungan dengan 'hardcore' pornografi di masa muda/remaja mereka!

Ted Bundy menyadari kesulitannya untuk bisa mendapatkan pengampunan dari orang-orang, terutama dari keluarga korban-korbannya, mengingat perbuatan-perbuatan kejinya yang sudah menghebohkan masyarakat dunia. Ia mengakui kenyataan, bahwa 'nasi sudah terlanjur menjadi bubur'! Mengikrarkan imannya Ted berkata, bahwa pengampunan atas dosa-dosanya hanya bisa didapatkan olehnya dari Tuhan saja.

Raja Daud melukiskan penyesalan dan pertobatannya: "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19)

Dapat disimpulkan melalui hasil wawancara yang diabadikan tersebut, bahwa keotentikan pengakuannya pasti terjamin sekali.

Pertama: Karena Ted Bundy sudah lahir baru.

Kedua: Karena jawaban-jawabannya atas semua pertanyaan Dr James Dobson terdengar spontan dan bernada jujur, penuh emosi-emosi penyesalan yang transparan sekali.

Dan ketiga, yang terpenting: Siapakah di antara orang-orang yang sudah percaya, yang dalam waktu amat singkat (hanya beberapa jam kemudian) harus bertemu muka dengan Penciptanya, masih berani berdusta di depan umum?

Di awal dan akhir rekaman video yang berjudul ‘Pornography: Addictive, Progressive and Deadly' dari kumpulan seri ajaran firman Tuhan untuk muda-mudi ‘Life on the Edge - Video #7', Dr James Dobson mengatakan, bahwa orang-orang menganggap pertobatan hidup Ted Bundy adalah suatu tindakan yang amat 'offensive' (menjijikkan). Dan oleh karena itu, pengampunan dosa yang diterima olehnya, adalah suatu bukti 'ketidak-adilan' Tuhan. Bahkan banyak orang meragukan dengan sinis kemurnian pertobatan Ted, serta ... motivasinya!

Menurut Dr James Dobson, banyak orang, bahkan orang-orang Kristen sendiri, berterus-terang mengutarakan kejengkelan hati mereka atas pertobatan Ted: "Enak saja, perbuatan jahatnya telah menghancurkan kehidupan berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus keluarga yang tidak bersalah. Kok gampang sekali bertobat, agar bisa diampuni danmasuk sorga! Bagaimana dengan korban-korbannya?"

Secara manusiawi, mungkin kita bisa mengerti, menyetujui dan membenarkan sikap ketidak-puasan mereka atas pertobatan Ted, seperti yang sudah pernah dilakukan oleh nabi Yunus atas pertobatan bangsaNiniwe.

Pada waktu nabi Yunus melihat, bahwa Tuhan mengampuni bangsa tersebut, ia menjadi marah sekali! (Yunus 4:1) Di luar rencana Tuhan, nabi Yunus telah mengambil keputusannya sendiri untuk menghakimi, bahwa bangsa itu tidak sepatutnya menerima karunia pengampunan dari Tuhan. Jadi ketika ia melihat, bahwa Tuhan justru tidak melakukan kehendaknya, ia menjadi amat sewot! Padahal ironis sekali, ... nabi Yunus sendiri baru saja diampuni. Ia diberi kesempatan yang kedua oleh Tuhan!

"Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat." (Yunus 2:10)

(Bersambung)

D.O.A.:
NYARIS TIADA MAAF (3)

PATUTKAH IA DISELAMATKAN?

D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf (1)


Oleh: John Adisubrata

BENAK PORNO SEORANG PEMBUNUH

"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23)

Pada tanggal 24 Januari 1989, tepat jam 7.16 pagi, Ted Bundy, seorang 'serial killer' yang paling termasyhur, dan yang pada waktu itu menjadi topik perbincangan media dunia di mana-mana, harus menjalani hukuman mati di atas kursi listrik salah satu penjara yang dijaga sangat ketat di Amerika Serikat. Ia dikenal oleh masyarakat umum sampai sekarang sebagai salah seorang dari pembunuh-pembunuh serial yang terkejam dan paling berbahaya di dunia.

Berita-berita mengenai penangkapan serta proses pengadilan kasusnya yang menghebohkan tersebut, menguasai halaman utama surat-surat kabar, majalah-majalah, dan melanda siaran-siaran berita di seluruh dunia dasawarsa itu, baik melalui radio maupun televisi. Ia dijuluki oleh massa sebagai seorang 'pembunuh serial berdarah dingin' yang sudah merampas hak-hak asasi manusia secara kejam sekali, yaitu dengan menculik, memperkosa, dan akhirnya membantai korban-korbannya guna menghapus semua jejak kejahatannya.

Sampai penangkapannya oleh polisi lalu lintas menjelang akhir dasawarsa ke-70, Ted Bundy berhasil menyembunyikan rahasia hidupnya yang sangat mengerikan tersebut lebih dari 10 tahun lamanya. Ketika ia sedang berada dalam perjalanan untuk membuang mayat korbannya yang terakhir, ia ditangkap oleh polisi, hanya karena mengendarai mobilnya di tengah malam buta dengan kecepatan yang melampaui batas-batas peraturan yang sudah ditetapkan.

Mempergunakan karismanya, dibantu oleh muslihat-muslihat licin yang sudah diperhitungkan dengan cermat, Ted selalu berhasil memikat dan mengelabui mangsa-mangsanya. Mereka tidak pernah menyangka, bahwa di hadapan pemuda sopan yang tampak begitu 'normal', kehidupan para wanita muda tersebut sedang diancam oleh mara bahaya keji yang tak terlukiskan.

Korban-korban Ted Bundy berjumlah 28 orang. Mereka semua adalah perempuan-perempuan dari berbagai tingkat sosial dan umur, mulai dari gadis-gadis remaja sampai wanita-wanita yang sudah dewasa.

Bahkan salah seorang dari korban-korbannya yang terakhir, adalah Kimberley Leach, seorang gadis yang baru menginjak usia 12 tahun. Gadis cilik itu disambar olehnya dari sebuah taman tempat permainan anak-anak di tengah kota, dilarikan dan diperkosa berulang-ulang kali sebelum dibunuh secara sadis sekali. Perbuatan keji tersebut dilakukan oleh Ted Bundy hanya untuk memenuhi dambaan pemuasan nafsu seksualnya, yang sudah berubah menjadi sangat tidak normal!

Publikasi mengenai riwayat hidup penjahat yang bernama buruk ini melanda media massa, baik melalui buku-buku biografi, maupun situs-situs internet. Tulisan-tulisan tersebut menceriterakan segala kemungkinan mengenai jati diri Ted, asal-usul keluarganya, bahkan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan ia 'menjelma' menjadi seorang pembunuh tersadis dalam sejarah kriminologi di negaranya.

Bahkan ada seorang penulis yang mengkaryakan artikel khayalan cukup lucu, yang menghubungkan riwayat hidupnya dengan penggenapan nubuatan firman Allah atas bangsa Israel. Ada-ada saja!

Artikel-artikel yang beraneka-ragam tersebut sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan masyarakat mengenai realitas riwayat hidup Ted Bundy yang sesungguhnya. Tentu saja hanya Tuhan dan Ted yang mengetahui kebenaran detil kehidupannya yang sejati!

Sehari sebelum menjalani hukuman mati di atas kursi listrik penjara, dengan sengaja Ted Bundy memohon agar Dr James Dobson, pelopor acara kristiani 'Focus on the Family', datang menemui dan mewawancarainya dalam sel penjara, untuk meluruskan spekulasi-spekulasi yang sudah dikaryakan oleh media dunia mengenai dirinya.

Ia menerima begitu banyak tawaran wawancara lainnya dari berpuluh-puluh wartawan ternama di seluruh dunia, yang ingin menjenguk benak pikiran Ted menjelang jam-jam terakhir masa hidupnya. Tetapi ia menolak, dan bersikeras menghendaki hanya kedatangan tokoh kristiani ini dengan timnya, meskipun untuk memenuhi permintaannya tersebut, mereka harus datang dari tempat yang berjarak jauh sekali, menempuh perjalanan udara yang memakan waktu berjam-jam lamanya.

Ted Bundy menginginkan, agar Dr James Dobson merekam wawancara yang terakhir, sebelum ia menjalani hukuman mati keesokan harinya. Agar melalui rekaman video tersebut Ted mempunyai kesempatan penghabisan untuk mengutarakan penyesalan hatinya kepada keluarga para korbannya. Dan juga sekaligus meninggalkan 'warisan' yang diabadikan, agar sesudah 'kepergiannya', video wawancara tersebut bisa dipergunakan untuk menolong memperingati orang-orang lain, melalui pengalaman-pengalaman yang sudah pernah dilalui olehnya.

Suatu wawancara yang pasti dengan sejujurnya menggambarkan profil diri, keluarga dan asal-usul perbuatan-perbuatan jahat Ted Bundy, yang direkam secara profesional sekali untuk menciptakan suatu 'record' wawancara paling otentik guna membungkamkan mereka yang gemar menulis artikel-artikel khayalan mengenai dirinya.

Melalui wawancara singkat tersebut, ia ingin memperingati para keluarga, untuk selalu berjaga-jaga akan pengaruh-pengaruh pornografi dalam kehidupan generasi muda mereka, baik yang bersifat lembut maupun keras, yang ditawarkan oleh dunia bebas kepada mereka, melalui majalah-majalah bergambar maupun buku-buku bacaan.

Sebab Ted mengakui dengan terus terang, bahwa semua tindakan sadis yang dilakukan olehnya sepanjang hidup mudanya, hanya diawali oleh sebuah majalah porno, yang ditemukannya dalam sebuah keranjang sampah tetangga, pada waktu ia baru berumur kira-kira 12 tahun. Tindakan amat sembrono, yang dilakukan oleh tetangganya mengakibatkan Iblis menyuluh api 'kecanduan' Ted akan segala hal yang berhubungan dengan pornografi.

Secara sembunyi-sembunyi pemuda yang masih muda belia itu telah berubah menjadi seorang penggemar setia majalah-majalah dan buku-buku yang mengandung racun-racun pornografi bersifat 'hardcore', dalam usia amat dini!

Bahkan kecanduannya tersebut menjadi lebih meningkat lagi, ketika ia melihat untuk pertama kalinya gambar-gambar dalam buku-buku porno, yang menunjukkan hubungan-hubungan seksuil disertai tindakan-tindakan kejam yang diperagakan oleh para 'pemeran' di dalamnya.

Dan pada akhirnya, ... pengaruh jahat buku-buku 'haram' tersebut mengakibatkan ketidak-puasan Ted Bundy akan hubungan-hubungan seks yang bersifat natural, karena Iblis, bapak segala dusta, telah mempengaruhinya dengan merubah makna seksuil ciptaan Tuhan yang sebenarnya. Tipuan Iblis sudah meracuni jalan pikirannya yang waras, karena ia sedang mempersiapkan Ted Bundy untuk mengikuti perjalanan bersamanya menuju ke neraka!

"Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri." (Amsal 5:22)

(Bersambung)

D.O.A.:
NYARIS TIADA MAAF (2)

PERTOBATAN YANG 'MENJIJIKKAN'