Showing posts with label Kesaksian. Show all posts
Showing posts with label Kesaksian. Show all posts

Thursday, December 1, 2011

Kenangan Natal: Dari Mulut Bayi-Bayi

Oleh: John Adisubrata

‘Kata Yesus kepada mereka: “…; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?” (Matius 21:16b)

Awal peristiwa Natal dikisahkan di dalam Injil Lukas seperti ini: ‘Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:8-12)

Apakah Anda pernah mempertanyakan, mengapa malaikat Tuhan diutus untuk menyampaikan berita kelahiran Kristus pertama-tama kepada sekelompok gembala, orang-orang yang pada masa itu dianggap mempunyai kedudukan paling rendah di tangga sosial masyarakat Yahudi? Mengapa Tuhan tidak mengutus dia kepada orang-orang yang terpandang saja, … orang-orang yang berpendidikan dan yang berkedudukan tinggi? Perhatikanlah kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, jika mereka yang dipilih untuk mendengarkan kabar gembira itu untuk pertama kalinya:

Para pemimpin gereja – Mereka akan memeriksa terlebih dahulu catatan-catatan buku doktrin agama sebelum mengadakan rapat darurat bersama badan-badan pengurus denominasi setempat untuk memperdebatkan kemungkinan asli palsunya berita tersebut.

Para kepala eksekutif bisnis (CEO) – Mereka akan memeriksa diary mereka terlebih dahulu untuk menentukan, apakah di tengah-tengah kesibukan kerja, mereka masih mempunyai waktu luang untuk menerima kedatangannya dan mendengarkan berita tersebut?

Para pengusaha – Karena tahu bahwa kabar itu sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelumnya, mereka akan mendahulukan di atas segalanya produksi dan profit penjualan barang-barang souvenir klenak-klenik untuk merayakan dan memperingati hari bersejarah itu.

Para selebriti – Tentu mereka mau memastikan terlebih dahulu, apakah ada orang-orang yang sedang menyorot mereka? Apakah gara-gara berita itu mereka bisa menjadi lebih dikenal dan populer?

Melihat beberapa skenario fiksi di atas yang terbukti sampai sekarang masih relevan dan mungkin sekali terjadi, tidaklah mengherankan Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk menyampaikan berita terpenting dalam sejarah kehidupan umat manusia kepada orang-orang yang tidak mempunyai alasan untuk mencari keuntungannya sendiri, yang tidak mendahulukan reputasi mereka di atas segalanya, dan yang tidak menggunakannya sebagai kesempatan terbaik untuk ‘naik daun’. Tuhan memilih para gembala di padang, oleh karena kesederhanaan hidup, kerendahan hati dan keterbukaan pikiran mereka, dan terutama … oleh karena mereka mempunyai iman yang amat bersahaja, yang serupa dengan iman anak-anak kecil.

Apabila kita memeriksa ketiga Injil yang ditulis oleh Matius, Markus dan Lukas, dikatakan di sana bahwa Yesus mengagumi iman anak-anak kecil, karena kesediaan mereka untuk menerima kebenaran firman Tuhan tanpa argumentasi, tanpa menggunakan logika-logika dunia yang selalu mengharapkan bukti-buktinya terlebih dahulu. Ketika harus menanggapi pertanyaan murid-murid-Nya mengenai siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, Ia menjawab, umat yang mempunyai iman seperti anak-anak kecil itulah! (Matius 18:1-5)

Bahkan alkitab menyatakan, dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Tuhan telah … meletakkan dasar kekuatan (Mazmur 8:3), dan juga … menyediakan puji-pujian (Matius 21:16). Memang sulit sekali untuk mencernakan maksud raja Daud di Mazmur 8 tersebut yang kemudian dikutip oleh Yesus kira-kira 1000 tahun kemudian ketika Ia ditegur oleh para imam kepala dan ahli-ahli Taurat di dalam Bait Allah kota Yerusalem. Apakah benar anak-anak sekecil itu sudah mampu berpikir dan mengekspresikan perasaan mereka? Bukankah tubuh dan jiwa mereka masih belum berkembang? Itulah pendapat manusia pada umumnya. Tetapi menurut firman Tuhan, Allah yang adalah Roh mempunyai pandangan yang berbeda sekali! Mungkin kenangan Natal yang pernah saya alami dan yang akan saya ceriterakan di bawah ini bisa mencerahkan sedikit pernyataan Yesus di Matius 21 tersebut.

Kendatipun tidak mampu membayangkannya secara detil dan akurat, saya ingat akan masa silam di mana saya mendengar dan mengalami Natal untuk pertama kalinya tanpa mengerti makna atau sebab-sebab hari termasyhur itu setiap tahun diperingati dan dirayakan di seluruh dunia.

Semua itu diawali oleh pertemuan kami dengan keluarga yang baru pindah dan menempati rumah sebelah, ketika saya masih berusia kira-kira 4/5 tahunan. Oleh karena mereka mempunyai anak-anak yang berumur sebaya dengan kami, secara instan hubungan kami dengan mereka menjadi erat sekali. Keluarga kami mengenal mereka sebagai orang-orang Kristen yang mendidik anak-anaknya sesuai ajaran-ajaran firman Tuhan, … tegas tetapi penuh kasih sayang. Sekalipun saat itu saya belum mengerti maksudnya, saya ingat bahwa kami sekeluarga menjuluki mereka: ‘orang-orang Kristen yang fanatik’.

Suatu hari di bulan Desember, anak-anak mereka mengajak saya dan kakak saya main drama sekolah minggu untuk perayaan Natal yang akan diadakan di gereja mereka. Dengan restu orang tua kami yang pada waktu itu masih belum memeluk agama apa-apa, kami mulai ikut latihan setiap hari Minggu siang. Di situlah untuk pertama kalinya sebagai anak kecil yang masih lugu sekali, yang belum mengerti apa-apa, apalagi tentang agama, saya mendengar kisah kelahiran Kristus.

Sekalipun tampak hanya samar-samar saja, saya ingat bahwa saya memerankan Balthazar, orang Majus yang ketiga. Bersama-sama, kami dilatih oleh guru sekolah minggu gereja itu untuk melakukan beberapa adegan kecil di mana kami diharuskan menghafal beberapa kalimat pendek berdasarkan ayat-ayat alkitab dan menyanyikan lagu-lagu Natal, seperti: Hai Mari Berhimpundan Malam Kudus. Meskipun ditampilkan secara amatiran sekali, drama itu mengisahkan berita gembira kelahiran Sang Juruselamat persis seperti yang tertulis di dalam alkitab di mana bayi Yesus menjadi pusat penyajiannya, tanpa embel-embel lain yang sudah dilazimkan oleh umum yang sekarang sudah berhasil menyelewengkan kebenaran makna hari bersejarah itu.

Malam itu jelas sekali sesuatu yang supranatural telah terjadi pada diri saya seperti perkataan Yesus sendiri: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian.” Karena saya yang sebelumnya tidak tahu siapakah Tuhan, bayi Yesus, malaikat sorgawi, orang-orang majus, para gembala di padang, Yusuf atau Maria, bahkan raja Herodes dan lain sebagainya, sudah ‘dipilih’ untuk ikut membagikan kabar gembira itu melalui acara drama di mana kami bersama sejumlah besar bala tentara sorga memuji dan menyembah Tuhan: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14)

Sesudah lahir baru saya menyadari, bahwa “firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali lagi kepada-Nya dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Ia kehendaki, dan akan berhasil dengan segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya.” (Yesaya 55:11) Ternyata taburan benih-benih firman yang diam-diam sudah menerobos masuk, tertanam dan bersemi di dalam hati melalui kegiatan Natal tersebut, tidak pernah meninggalkan saya lagi. Itulah bukti kebenaran kasih karunia Tuhan!

Mengenangnya kembali, sering kali saya bersyukur bahwa Ia telah mengirim keluarga kristiani yang begitu saleh untuk menjadi tetangga kami, … keluarga yang sekalipun awalnya kami cap aneh dan fanatik, tetapi berhasil memperkenalkan makna Natal yang sejati kepada saya dan kakak saya pada saat kami berdua masih mempunyai hati serta iman yang murni sekali, … iman bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu. Saya juga mengucap syukur kepada Tuhan, karena ternyata berpuluh-puluh tahun sesudahnya, sesuai rencana-Nya, saya diberi kehormatan untuk menggabungkan diri dan menjadi anggota keluarga besar mereka!

Saya berdoa, agar iman sederhana yang sudah mengawali semua itu tetap saya miliki seumur hidup sampai saat terakhir di mana saya bisa membuktikan kebenarannya. Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
Desember 2012

Thursday, April 8, 2010

Menatap 'Alam Seberang'


Oleh: John Adisubrata

“Samuel tidur sampai pagi; kemudian dibukanya pintu rumah TUHAN. Samuel segan memberitahukan penglihatan itu kepada Eli.” (1 Samuel 3:15)

Penglihatan adalah sebuah karunia adikodrati yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tidak semua orang (kristiani) menerima anugerah luar biasa tersebut, anugerah yang menyebabkan mereka mampu menatap ‘alam seberang’. Alkitab mencatat banyak sekali tokoh-tokoh pilihan Tuhan yang dikaruniai keistimewaan itu, dari Abraham di awal Perjanjian Lama, sampai Yohanes di akhir Perjanjian Baru. Hingga sekarang masih ada banyak orang yang juga memberi kesaksian, bahwa mereka sering, atau paling sedikit pernah mengalami fenomena itu, … biasanya pada saat-saat pertobatan mereka.

Konon kabarnya, anak-anak yang masih kecil sekali mempunyai ‘daya penglihatan’ itu. ‘Kecil’, dalam arti masih bayi sampai kurang lebih umur di mana mereka mulai bisa mengekspresikan perasaan tanpa menggunakan kata-kata. Film The Sixth Sense pernah membahas tema itu dengan menarik sekali, tetapi dengan satu perbedaan, … anak kecil yang memiliki kemampuan supranatural tersebut bukan bayi lagi! Dikisahkan di sana, bahwa ia mampu melihat alam roh di tengah-tengah kesibukannya sehari-hari, bahkan bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah mati. Jelas sekali jalan ceriteranya sangat berlawanan dengan isi firman Tuhan, karena semua itu disajikan murni berdasarkan dongeng-dongeng nenek moyang. Kalau bocah Samuel penglihatan sorgawi pada saat ia dipanggil oleh Tuhan (1 Samuel 3), anak kecil di dalam film tersebut justru mengalami kebalikannya. mendapat

Dahulu saya selalu merasa skeptis sekali, jika mendengar kisah-kisah semacam itu disebarkan dari mulut ke mulut. Seperti kisah yang terjadi pada anak-anak kecil yang diperkirakan sudah melihat ‘sesuatu’ di rumah duka yang tidak terlihat oleh orang-orang dewasa di sekitarnya, ketika diajak pergi melawat sanak keluarga yang sedang berdukacita semalam sebelum upacara penguburan jenazah. Andaikata saja mereka mempunyai kemampuan untuk menceriterakannya!

Tetapi rasa tidak percaya tersebut menjadi berubah, ketika kami sekeluarga mengalaminya sendiri kira-kira 17 tahun yang lalu. Peristiwa itu terjadi pada waktu kami sekeluarga bermaksud untuk pindah rumah. Dengan seorang agen real estate, kami bertemu di depan sebuah rumah yang sedang dipasarkan olehnya. Membawa putra kami yang masih kecil masuk ke rumah itu, kami dikejutkan oleh reaksinya yang tidak wajar. Tepat pada saat kami melangkah melewati pintu masuknya, anak yang biasanya tidak pernah rewel itu berteriak keras, … menangis tak henti-hentinya sampai warna kulit mukanya menjadi merah sekali. Apapun yang kami lakukan untuk menenangkan dirinya tidak bisa menghentikan jeritan dan tangisannya yang menggebu-gebu. Seolah-olah ada ‘sesuatu’ yang sangat asing di dalam rumah itu, yang membuat ia merasa takut sekali. Baru setelah kami pergi dari sana, ia mau berhenti. Sekarang setelah saya lahir baru dan mengetahui kenyataan alam roh yang sebenarnya, saya bisa mengerti dan memahami peristiwa itu. Tentu di luar pengetahuan kami, ia telah melihat ‘alam seberang’, dan menyaksikan roh-roh jahat yang tak terpandang oleh ‘mata’ orang-orang dewasa, menduduki dan menguasai rumah tersebut.

Selain bayi dan anak-anak kecil, orang-orang yang hampir mati juga diperkirakan mempunyai kemampuan untuk melihat alam seberang. Ev Sadhu Sundar Singh, seorang hamba Tuhan dari India, pernah menulis sebuah buku mengenai penglihatannya di alam roh ketika ia sedang berdoa. Di sana ia dikunjungi oleh empat orang kudus yang menjelaskan proses-proses kematian kepadanya. Mereka berkata, bahwa semua orang yang belum menerima Kristus sebagai Juruselamat, akan dijemput dari ranjang kematian oleh roh-roh jahat yang menakutkan. Sedangkan orang-orang beriman akan dijemput oleh para malaikat, orang-orang kudus, atau anggota-anggota keluarga serta sahabat-sahabat mereka yang sudah mati. Bahkan menurut kesaksian Ev Sadhu Sundar Singh, bagi orang-orang yang sudah berhasil mencapai suatu tingkat kedewasaan rohani tertentu, Tuhan Yesus sendiri yang akan datang menjemput untuk menuntun roh mereka masuk ke sorga! Mazmur 116:15 meneguhkan hal itu: Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.” sebagai

Ketika saya membaca kesaksian itu untuk pertama kalinya, saya harus mengakui, bahwa saya tidak menyetujui sebagian besar dari isi buku tersebut. Tetapi … pendirian yang keras itu pun melunak sedikit, ketika saya menyaksikan sendiri pengalaman seorang saudara seiman di hari-hari terakhir masa kehidupannya. Suatu malam ketika saya datang menjenguknya, dalam keadaan sekarat ia berkata, bahwa ia bisa melihat ‘orang-orang’ berdiri tidak jauh di sisi kiri dan kanan tempat tidurnya. Padahal di dalam kamar rumah sakit ICU sekecil itu, tidak ada orang-orang lain selain kami berempat, yaitu dia, bekas isterinya dengan suami yang baru, dan saya sendiri! Pernyataan itulah yang membuat saya mempertimbangkan lagi kisah penglihatan Ev Sadhu Sundar Singh, kendatipun sampai saat ini … terus terang saja, tetap tidak semuanya sesuai dengan pandangan saya.

Saya teringat akan ayat-ayat yang mendukung sebagian dari kesaksiannya, yaitu tentang penglihatan Stefanus sesaat sebelum ia mati dirajam: Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah Para Rasul 7:55) Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir Stefanus berkata: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” (Kisah Para Rasul 7:59b)

Tetapi … selain anak-anak kecil dan orang-orang yang hampir mati, kucing-pun dikabarkan mempunyai kemampuan supranatural seperti itu. Film termasyhur Ghost, pernah menunjukkan adegan di mana kucing milik Molly Jensen (Demi Moore) bisa melihat ‘roh’ Sam Wheat (Patrick Swayzee) yang baru mati terbunuh berkeliaran di dalam rumah mereka. Apakah kesimpulan seperti itu diambil berdasarkan ajaran-ajaran tradisi turun-temurun, … saya kurang yakin. Tetapi memang sedari dahulu di negara-negara di mana penduduknya masih menyembah berhala, keberadaan kucing selalu dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan black magic!

Seperti biasa, … pada awalnya saya juga tidak mempercayai hal itu. Tetapi sebuah artikel karya Dr David Dosa mengenai seekor kucing bernama Oscar, yang ditampilkan di New England Journal of Medicine edisi tanggal 26 Juli 2007, berhasil mengubah pandangan saya tersebut. Dokter yang biasanya hanya menulis artikel-artikel yang bersifat ilmiah, kali ini diluar dugaan para pembacanya, menulis tentang ‘kemampuan’ luar biasa seekor kucing berumur dua tahun, yang tidak bisa dikaji dengan ilmu pengetahuan. Oscar adalah salah satu dari enam ekor kucing yang dipelihara di sebuah rumah orang-orang jompo di kota Providence, Amerika Serikat. Berbeda dengan kucing-kucing lainnya yang biasanya selalu ramah dan mau bergaul dengan semua orang, Oscar lebih suka menyendiri dan hanya mau mendekati orang-orang yang sudah hampir mati saja. Entah ‘apa’ atau ‘siapa’ yang menyebabkannya, tetapi ia selalu tahu waktunya, dan mau datang untuk menemani pada jam-jam terakhir kehidupan mereka. Menurut Dr David Dosa, Oscar selalu berhasil dengan tepat sekali di dalam meramal kematian setiap pasien yang menetap di sana. Sampai saat artikel itu ditulis, lebih dari 25 kasus kematian sudah diprediksi olehnya dengan sangat akurat.

Apabila Oscar naik ke atas ranjang seorang pasien, lalu membaringkan diri dan tidur di sisinya, para pekerja rumah orang-orang jompo tersebut tahu, bahwa itulah waktunya bagi mereka untuk segera menghubungi sanak saudaranya, karena dalam waktu dua sampai empat jam kemudian ia pasti akan meninggal dunia. Setiap hari secara rutin Oscar berjalan mengelilingi seluruh kompleks perumahan itu untuk mencari orang-orang tua yang akan mati, yang perlu ditemani olehnya. Proses kematian biasanya berlangsung berhari-hari lamanya, tetapi bagi Oscar yang terpenting hanya dua sampai empat jam terakhir saja. Bagaimana ia bisa mengetahuinya dengan begitu tepat, tidak ada seorang pun yang mampu untuk menelaah sebab-sebabnya.

Dr Joan Teno dari Brown University, seorang ahli perawat pasien-pasien yang sedang sakit keras, menganalisa tingkah laku Oscar selama mempersiapkan seorang pasien yang ia tahu tidak lama lagi akan meninggal dunia. Melihat sikap Oscar yang acuh sekali dengan pasiennya, ia merasa yakin, bahwa kali ini berita mengenai keahlian Oscar tersebut akan dibuktikan keliru olehnya! Pada waktu itu Oscar sudah memprediksi kematian 12 orang dengan tepat sekali. Jadi itu merupakan kasus yang ke-13 untuknya. Tetapi ternyata dugaan Dr Joan Teno-lah yang keliru, sebab orang tua itu akhirnya baru meninggal hari berikutnya. Seperti biasa, Oscar ditemukan melingkar di sisinya, tidur menemani orang tua itu selama empat jam sebelum saat kematiannya.

Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli penyakit di sana, bahwa ada kemungkinan, seperti umumnya anjing-anjing yang sudah terlatih untuk mencium bau sel-sel kanker di dalam tubuh orang-orang sakit, Oscar juga bisa ‘mencium’ bau kematian, karena ada odor-odor tertentu yang diperkirakan terpancar keluar dari dalam tubuh orang-orang yang mau mati. Kemungkinan memang ada, tetapi saya yakin bukan itu penyebabnya, karena jelas sekali, di dalam hal ini kemampuan penciuman anjing jauh lebih superior dari pada kucing.

Tanpa bisa membuktikannya secara ilmiah, saya yakin, Oscar mempunyai kemampuan untuk menatap ‘alam seberang’, di mana ia menyaksikan di dalam rumah orang-orang jompo itu, bagaimana roh-roh, baik malaikat maupun setan, datang menjemput, menunggu saat kematian orang-orang tua tersebut, untuk ‘merengut’ nyawa mereka, seperti yang sudah diuraikan oleh Ev Sadhu Sundar Singh di dalam bukunya. Oscar hanya ingin menemani untuk menenangkan hati mereka saja pada saat-saat yang kritis itu.

Karena pernah mengalaminya sendiri pada waktu lahir baru, saya yakin, Oscar bisa menatap kenyataan alam roh yang tidak tampak bagi mata orang-orang biasa, tetapi bagi setiap kucing seperti dia, anak-anak yang masih kecil sekali, atau orang-orang yang sudah hampir mati, tampak dengan jelas sekali. Tak terkecualikan, … juga orang-orang beriman yang memang sudah dianugerahi oleh Tuhan karunia penglihatan yang luar biasa tersebut untuk melayani umat dan kerajaan-Nya di dunia. Haleluya!

Terpujilah nama Tuhan untuk selama-lamanya. Amin!

John Adisubrata
April 2010

Friday, August 14, 2009

Hillsong Brisbane


Oleh: John Adisubrata

Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” (Efesus 1:22)

Tak pernah terduga, gereja kami: Garden City Christian Church, di kota Brisbane, Australia, yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun lamanya, dan saat itu melayani kurang lebih 6000 anggota jemaat, bisa menjadi ‘cabang’ sebuah gereja termasyhur: Hillsong Church.

Kenyataannya, pada tanggal 24 Mei 2009, sesudah melalui berbagai prosedur resmi berbulan-bulan lamanya, baik secara hukum maupun penentuan bersama para penatua dan seluruh anggota jemaat resmi yang terdaftar di sana, gereja kami dinyatakan sebagai Gereja Hillsong yang keempat di Australia, Kampus Brisbane. Sampai saat ini Hillsong Church juga mempunyai cabang-cabang gereja di London, England; di Kiev, Ukraine; di Cape Town, South Africa; demikian juga di Stockholm, Sweden; di Paris, France; di kota Berlin, Germany dan di Moscow, Russia.

Kurang-lebih enam bulan sebelumnya, ketika diumumkan bahwa Gembala Sidang kami akan mengundurkan diri dari kedudukannya karena masalah kesehatan, seluruh jemaat yang masih belum mengerti apa-apa, menjadi terpana. Sejauh pengetahuan kami, banyak sekali orang-orang yang mengasihinya, yang berharap agar dia tetap menggembalakan gereja kami. Tentu saja bagi mereka yang tidak terlibat sebagai pengurus, … seperti kami, yang kurang tertarik dengan urusan politik gereja, tidak tahu keadaan yang sebenarnya, apa yang sedang bergejolak di ‘dalam’.

Memang gereja kami mengalami berturut-turut beberapa goncangan di tahun-tahun sebelumnya, di mana hal-hal yang kurang menyenangkan terjadi. Semua itu diawali dengan kepergian seorang Pendeta Muda, yang dipercayai oleh Gembala Sidang kami untuk menggembalakan kaum remaja. Tidak lama sesudah ia diteguhkan, mendadak ia berhasrat untuk keluar dan ‘berdikari’. Tentu saja itu bukan suatu hal yang aneh di mana seorang hamba Tuhan ingin merintis sebuah gereja baru sesuai panggilannya. Tetapi jika hampir seluruh jemaat kaum muda gereja kami ikut dibawa pergi olehnya, motifnya tersebut patut dipertanyakan.

Semenjak saat itu pertumbuhan gereja kami menjadi seolah-olah terhenti, terutama pertumbuhan jemaat generasi mudanya! Entah disebabkan oleh karena pemimpin-pemimpin baru yang menggantikannya, atau … oleh karena ketidak-stabilan politik gereja, gara-gara peristiwa tersebut. Yang pasti, jumlah jemaat yang beribadah di sana setiap Minggu semakin lama semakin menipis. Apakah itu salah satu penyebab kepergian Gembala Sidang gereja kami? Kami tidak tahu!

Seperti umumnya terjadi di mana-mana, perubahan adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan tanpa melalui tentangan-tentangan serta kritik-kritik yang pedas. Segera setelah diumumkan, bahwa kemungkinan besar Hillsong Church akan menjadi gereja ‘induk’ kami, reaksi-reaksi yang terjadi di antara para jemaat sangat menakjubkan. Padahal pengurus-pengurus gereja sudah menjamin, bahwa Pemilihan Umum akan dilakukan bersama terlebih dahulu untuk memastikan keterlibatan seluruh anggota jemaat di dalam menentukannya!

Karena memang berbulan-bulan sebelumnya gereja kami sudah berusaha untuk menemukan seorang Gembala Sidang pengganti yang baru. Tetapi di antara beratus-ratus peminat yang mengajukan diri dari seluruh Australia, ternyata tidak ada seorang kandidat pun yang memenuhi syarat. Akhirnya diumumkan pada suatu hari Minggu di awal tahun 2009, bahwa Ps Brian Houston dari Gereja Hillsong di Sydney, Australia, telah dihubungi oleh para pengurus gereja dengan proposal untuk bergabung dan bernaung di bawah panji gerejanya.

Seketika itu juga jemaat gereja kami memberikan tiga reaksi!

1. Langsung Setuju, karena terpukau oleh nama Hillsong yang termasyhur, nama sebuah gereja yang sudah berhasil mempengaruhi perkembangan musik Praise and Worship di Australia, bahkan di seluruh dunia! Bagi mereka, diasosiasikan dengan nama gereja besar yang amat sukses itu, adalah suatu langkah positif yang pasti akan menguntungkan masa depan gereja kami. Memang di antara kedua gereja ini ada suatu ikatan ‘batin’ yang kuat. Ps Darlene Zschech, salah seorang tokoh terpenting di dunia musik rohani internasional yang kira-kira 20 tahun yang lalu ikut andil di dalam merintis Hillsong Church, pernah melewati masa remajanya di gereja kami, bahkan lahir baru di sana. (Baca: Darlin’ Darlene) Lagi pula setiap minggu gereja kami selalu menggunakan paling sedikit 75% lagu-lagu puji dan sembah karya mereka.

2. Langsung Menolak, karena merasa tidak senang dijadikan seolah-olah ‘francise’ Gereja Hillsong di kota Brisbane. Mereka takut kehilangan identitas yang semula, takut tidak bisa berkembang secara lokal dengan bebas, takut dikontrol oleh pusat, bahkan takut kehilangan kedudukan pelayanan mereka di sana! Ada juga yang langsung menolak karena merasa antipati sekali dengan gereja besar itu, terutama pribadi-pribadi para pemimpinnya! Gosip mulai beredar, baik secara halus, maupun terang-terangan. Bahkan ada yang memulai blog-blog pribadi hanya untuk menyerang Gereja Hillsong dan visi rencana pergabungan tersebut!

3. Langsung Berserah, karena tidak ingin memihak kepada siapa pun juga, selain kepada Tuhan! Hillsong atau bukan, tidak menjadi masalah. Karena mereka merasa yakin, bahwa mereka sudah ditempatkan oleh-Nya di sana. Gereja apa pun adalah Gereja Tuhan, milik-Nya, bukan milik perseorangan atau kelompok-kelompok tertentu saja. Kendatipun harus melalui berbagai tantangan, di setiap masa gereja-Nya akan selalu ada sampai saat kedatangan-Nya kembali. Mereka menyadari, bahwa memang tidak ada gereja di dunia yang sempurna! Sekalipun secara keseluruhan mereka adalah Tubuh Kristus, suatu saat setiap gereja, para pemimpinnya, dan juga jemaat-jemaatnya, pasti harus mempertanggung-jawabkan motif-motif dan tindak-tanduk mereka di hadapan-Nya. Firman Tuhan jelas memperingatkan hal itu! (Wahyu 2-3)

Louie Giglio, salah seorang dari penginjil-penginjil yang paling efektif di dunia masakini, hadir di Hillsong Conference yang diadakan di kota Sydney awal bulan Juli 2009 yang baru lalu. Tema khotbahnya yang berkisar pada ungkapan terkenal: Jesus Loves Us, membahas sedikit tentang masalah itu dengan jitu sekali. Sebagai penutup firman, tanpa menunjukkan rasa kurang hormat kepada Ps Brian Houston, yang adalah tuan rumah konferensi tersebut, Louie Giglio berkata, bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan, bahwa merekalah yang ‘membangun’ atau ‘memulai’ sebuah gereja. Karena Tuhan sudah memulainya 2000 tahun yang lalu. Ia-lah Kepala Gereja (Tubuh Kristus), … bukan para perintis gereja-gereja lokal. Tuhan-lah pemiliknya, termasyhur atau tidak, besar atau kecil. Kita semua, siapapun juga, hanya menjadi bagian dari tubuh-Nya saja, bukan kepala-kepala yang harus dikagumi dan dielu-elukan.

Karena di dalam gereja-Nya hanya ada satu Kepala saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus! Kita harus bersyukur sudah menerima kesempatan untuk menjadi bagian dari tubuh, yang kendatipun tidak sempurna, mempunyai Kepala Yang Tak Tergoyahkan! Rasul Paulus menulis di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose: Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” (Kolose 1:18)

Memang harus diakui, semenjak ‘nama’ gereja kami, Garden City Christian Church, diubah menjadi: Hillsong Church, Brisbane Campus, jemaat baru datang mengalir dari mana-mana. Seketika itu juga jumlah generasi muda gereja kami menjadi naik dengan pesat sekali, meningkat berlipat-lipat ganda. Kendatipun banyak anggota jemaat lama yang ‘mengundurkan diri’, pergi semenjak peralihan ‘kuasa’ tersebut, setiap kebaktian gereja kami malah menjadi penuh sesak sekali. Terutama ibadah di hari Jumat malam yang mengawali perubahan itu selama enam minggu pertama! Bahkan mencari parkir pun sekarang susah! Siapakah yang tidak mau hadir, jika para penginjil dan pemimpin-pemimpin pujian yang terkenal dari Hillsong Church khusus didatangkan dari pusat untuk melengkapi acara ibadah gereja kami secara bergantian?

Sungguh menakjubkan, bagaimana ‘prestasi’ sebuah nama bisa mengubah jumlah jemaat sebuah gereja dalam waktu yang begitu singkat!

Ibadah perdana yang diadakan pada hari Minggu tanggal 24 Mei 2009 jam 8:30 pagi, sangat meriah, penuh sesak seperti suasana pesta. Dimulai dengan puji dan sembah yang dipimpin oleh Ps Reuben Morgan, Worship Pastor Hillsong Church, didukung oleh para pemusiknya yang termahir. Dan diakhiri dengan firman yang dibawakan oleh Ps Brian Houston. Semenjak saat itu setiap minggu secara bergantian Darlene Zschech, Joel Houston, Jad Gillies, Jonathon Douglas, dan lain-lainnya, bahkan gitaris Nigel Hendroff didatangkan dari kota Sydney untuk memeriahkan ibadah gereja kami.

Saya tahu, jumlah jemaat yang besar sebuah gereja, di mana pun saja, bukan menjadi jaminan, bahwa mereka pasti sudah berkenan di hati Tuhan! Oleh karena itu saya berdoa, agar bukan nama Hillsong Church yang menjadi besi sembrani penyebab kehadiran banyak jemaat yang baru di gereja kami, tetapi Nama di atas segala nama, Nama Tuhan Yesus Kristus-lah yang menjadi penyebabnya! Sebab Tuhan melihat sikap hidup umat-Nya terlebih dahulu. Ia menuntut kemurnian hati dan ketaatan jemaat, yang dari awalnya datang ke rumah-Nya hanya untuk bersekutu dengan Dia saja, dan bukan oleh karena ingin menyaksikan hamba-hamba-Nya yang termasyhur di dunia memimpin ibadah di sana!

Semoga kami semua mempunyai kerendahan hati untuk selalu memeriksa motif masing-masing. Haleluya!

John Adisubrata
Agustus 2009

Friday, June 26, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (12)


Kesaksian John Adisubrata

PENUTUP: “BAGAIMANA SEKARANG?”

‘Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.” (Ibrani 10:15-17)

Beberapa tahun yang lalu saya menerima sebuah e-mail dengan message yang tak terlupakan. Seorang bernama TLK yang baru saja membaca kesaksian ini, tetapi versi yang mula-mula, ingin mengetahui, apakah setelah berlalunya waktu bertahun-tahun lamanya, isinya masih tetap relevan dengan kehidupan saya pada waktu itu.

Inilah kalimat pertama yang mengawali e-mail tersebut: “Bagaimana sekarang? Apakah masih hidup … di dalam Kristus?” Jarak antara hidup’ dan ‘di … jauh sekali, dipisahkan oleh berpuluh-puluh titik! Ia ingin mengetahui, apakah pandangan saya tentang Tuhan dan kasih-Nya kepada saya masih sama seperti saat ketika saya menulis kesaksian itu hampir enam tahun sebelumnya? Apakah saya masih tetap mengasihi dan mau melayani Dia seperti yang saya ceriterakan di sana? Pertanyaan-pertanyaannya mempunyai alasan-alasan yang amat sah!

Saya memahami kesangsiannya, karena memang sering kali ketidak-konsistenan hidup seperti yang ia duga itu terbukti dan terjadi di mana-mana. Banyak orang yang mendadak berubah ‘pikiran’ sesudah mengikuti Kristus bertahun-tahun lamanya. Baik oleh karena kecewa, atau … merasa dikecewakan! Sesuatu yang tampak lumrah sekali terjadi di akhir zaman ini!

Terus terang saja, seperti mereka, saya juga tidak immune dari hal-hal seperti itu! Tetapi kendatipun demikian saya selalu memegang erat-erat janji-janji firman Tuhan, pada saat-saat genting di mana saya membutuhkan kekuatan-Nya. Firman yang tidak berubah sampai selama-lamanya, yang memberi jaminan teguh kepada kita, jika kita benar-benar bersandar kepada-Nya!

Saya percaya sekali akan ayat yang mempunyai arti amat penting ini: Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8:36) Demikian juga ayat yang ditulis oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi: “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1:6) Dan ayat yang ditulis olehnya khusus untuk memberikan kepastian kepada jemaat di Tesalonika: Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” (1 Tesalonika 5:24)

Tetapi kendatipun demikian, saya juga tidak mau mengabaikan firman Tuhan yang menganjurkan kepada kita untuk selalu berjaga-jaga, agar jangan sampai kita terpedaya lagi oleh Iblis, dengan kembali melakukan dosa-dosa yang sama, bahkan ... dosa-dosa yang lebih jahat lagi! (Matius 7:15-23, 25:1-13; Lukas 11:24-26; Wahyu 2-3)

Tentu saja jawaban saya kepada TLK adalah: “Ya, saya masih tetap hidup di dalam Kristus, dan tetap melayani di bidang-bidang yang sudah dipercayakan kepada saya!” Karena memang itulah kenyataan yang sebenarnya.

Selama tahun-tahun yang sudah berlalu dengan pesat ini saya belajar, bahwa:

1. Tuhan selalu memprakarsai persekutuan yang intim dengan umat-Nya. Melalui kuasa Roh Kudus, Ia-lah yang mengetuk pintu hati nurani kita, membisiki dan menasehati, bahkan kadang-kadang memperingati untuk menyadarkan kita dari tindakan-tindakan yang keliru, bahkan tindakan-tindakan dosa. Tetapi biasanya selalu kita acuhkan, karena tidak/belum mengenali suara-Nya. Meskipun demikian, kesabaran-Nya tidak terbatas! Keputusan terakhir selalu ada di tangan kita. Apakah kita mau meresponi gagasan-Nya, … Ia tidak akan memaksakannya! (Yohanes 15:16)

2. Sampai saat ini Tuhan masih terus berbicara, baik melalui firman-Nya maupun langsung di dalam lubuk hati nurani saya. Membimbing, agar saya semakin hari semakin dekat dengan Dia, dan lebih bersandar kepada-Nya. (Ulangan 30:14) Tidak jarang suara-Nya yang lembut itu memberikan perintah-perintah secara spontan, yang sekarang selalu saya tanggapi dengan hati gentar!

3. Kesetiaan setiap orang tua yang bertekun di dalam doa bagi keselamatan hidup anak-anak mereka, demikian juga istri-istri bagi suami-suami mereka, atau kebalikannya, kendatipun harus melalui jangka waktu yang sering kali tak terduga, PASTI akan dikabulkan oleh-Nya! (Matius 21:22) Sudah terbukti melalui kesaksian-kesaksian orang percaya sepanjang masa, bahwa doa-doa mereka mempunyai kuasa yang besar untuk menentukan, bahkan mengubah suasana.

4. Jika kita sudah pernah mengakui-Nya sebagai Tuhan, tetapi meninggalkan-Nya, Ia PASTI akan memberikan kesempatan yang kedua kepada kita! (Lukas 15:11-32) Cara-cara-Nya memanggil setiap orang selalu unik dan berbeda-beda, disesuaikan dengan bakat, bidang atau minat masing-masing. Biasanya kita akan dipakai oleh Tuhan untuk melayani di ladang-Nya menggunakan kombinasi dari ketiga kategori tersebut.

5. Sering kali Tuhan memanggil umat-Nya melalui peristiwa-peristiwa adikodrati bagi mereka yang memiliki iman seperti Tomas, seorang rasul yang menolak mempercayai kebangkitan Kristus. Tanpa bukti-bukti yang nyata, ia tidak bisa menerima kebenaran itu. (Yohanes 20:24-29) Saya harus mengakui dengan terus terang, bahwa sekarang saya sudah takluk sekali akan kuasa-Nya yang dahsyat. Saya sudah tidak berani menyangsikan atau mempertanyakannya lagi!

6. Di hadapan Tuhan tidak ada kuasa-kuasa kegelapan yang bisa bertahan. (Lukas 8:28) Dosa-dosa kita, yang sebenarnya diakibatkan oleh karena kehadiran roh-roh jahat yang menguasai tubuh dan jiwa, serta membelenggu hidup kita, … semua itu akan diusir oleh-Nya! Diri kita akan dibersihkan seluruhnya terlebih dahulu sebelum Ia berkenan memenuhinya!

7. Tiba suatu saat setiap orang yang mengasihi Tuhan mengalami penolakan-penolakan atau ejekan-ejekan, ketika berusaha untuk memuliakan nama-Nya melalui sikap hidup atau pelayanan-pelayanan mereka. (Ibrani 11:36) Tidak jarang hal-hal seperti itu berasal dari kalangan sendiri. (Yohanes 9:28) Ketika saya mengalaminya, Tuhan mengingatkan sikap saya sendiri terhadap umat pilihan-Nya dahulu sebelum saya lahir baru, agar saya bisa memahami tindakan-tindakan mereka. Karena meskipun Ia sudah menyelamatkan hidup saya, hukum tabur-tuai masih tetap berlaku!

8. Roh Kudus bisa mengubah hidup setiap orang, tanpa perkecualian. Kasus yang paling sulit pun tidak menjadi masalah bagi Tuhan. (Kisah Para Rasul 9:1-19a) Jika Ia bisa mengubah hidup saya, saya percaya sekali, semua orang juga bisa mengalaminya. Haleluya!

Mudah sekali untuk diprediksi, bahwa semenjak saat itu saya melayani Tuhan di bidang musik, walaupun hanya secara amatiran saja. Di samping itu bakat saya di bidang menulis, yang sudah lama sekali saya tinggalkan semenjak terjun ke dunia kerja, dibangkitkan kembali oleh-Nya. Kendatipun sering kali merasa tidak mampu, saya menerima tugas-tugas yang Tuhan percayakan dengan sungguh-sungguh. Saya berjanji kepada-Nya, bahwa selain menggunakan bakat-bakat tersebut hanya bagi kemuliaan nama-Nya saja, saya juga memakainya sebagai alat untuk menghimbau kedamaian, kesatuan dan kesejahteraan tubuh Kristus!

Terus terang saja, saya merasa kontribusi yang saya berikan di ladang Tuhan tidak berarti sama sekali. Tetapi Tuhan selalu mengingatkan dengan membawa saya kembali ke hari yang amat penting di gereja Indonesia itu, di mana Ia memanggil saya menggunakan dua buah lagu hasil karya hamba-hamba-Nya yang setia, yang menciptakannya lebih dari 100 tahun yang lalu! Siapakah yang menduga, bahwa lagu-lagu tersebut bisa menyentuh hati Bapa di sorga, sehingga layak untuk dinyanyikan oleh malaikat-malaikat-Nya?

Saya yakin, baik Albert Hag Malotte, pencipta lagu The Lord’s Prayer, maupun John Newton, penggubah lagu: Amazing Grace, tidak akan pernah menduga, bahwa sampai sekarang hasil pelayanan mereka itu bisa membuat impact yang begitu besar di dunia. Bahkan di sorga! Saya adalah saksi mereka, karena saya mendengar dengan jelas sekali kedua lagu tersebut didendangkan dengan indahnya oleh para malaikat sorgawi pada siang hari itu.

Tuhan juga mengajarkan, bahwa pelayanan bukan harus selalu bersifat masal. Ia hanya menuntut kesetiaan kita untuk melakukannya. Ia ingin agar kita mengerjakannya untuk kemuliaan nama-Nya saja, dan bukan dengan agenda-agenda tersembunyi yang mendahulukan kepentingan-kepentingan diri kita sendiri! Selanjutnya, … serahkan kepada Tuhan saja. Karena satu orang berdosa yang bisa diselamatkan oleh karena ketekunan kita melayani di ladang-Nya, akan membuat para malaikat di sorga bersukaria! Seperti yang dinyatakan oleh Yesus sendiri: Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lukas 15:10)

Sekarang setelah lebih dari 12 tahun berlalu saya harus mengakui, bahwa saya masih tetap berjuang seperti yang dilukiskan oleh rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi: Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:12-14)

Karena saya tetap mempunyai keinginan seperti dulu, yaitu untuk maju terus di dalam iman dan akhirnya memenangkan pertandingan yang tidak mudah ini, agar jika waktu saya ‘tiba’, saya juga bisa menulis seperti dia: Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7)

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya. Haleluya!

John Adisubrata
April 1997
Diolah kembali: Juni 2009

Friday, June 19, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (11)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEDELAPAN: CIPTAAN YANG BARU

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)

Keajaiban ini membuat semua keajaiban yang telah saya alami sebelumnya tampak tidak berarti sama sekali, karena puncak dari panggilan Tuhan kepada setiap umat yang dikasihi-Nya digenapi di sini: suatu ciptaan yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri saya sesudah peristiwa itu berlalu, amat sukar untuk dicernakan dengan pengertian saya sendiri, bahkan … pengertian orang-orang di sekitar saya.

Kendatipun ada yang pada awalnya menolak untuk mempercayai ketulenan kejadian itu, mentertawakan, mengejek, bahkan mengolok-olokkannya, mereka tidak bisa membantah kenyataan, bahwa … peristiwa itu berhasil mengubah sikap hidup saya! Kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak berkenan di hati-Nya, dicabut oleh Tuhan secara instan, diganti dengan kerinduan-kerinduan baru yang sesuai dengan firman-Nya. Sedangkan karakter-karakter yang mendukakan hati-Nya, yang sebenarnya sudah lama mendarah daging di dalam diri saya, diubah secara bertahap. Saya akui, proses perubahan tersebut masih terus berjalan sampai sekarang!

Segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah saya perhatikan, sebab tampak ‘biasa-biasa’ saja, tiba-tiba menjadi berarti sekali bagi saya. Semua ciptaan Tuhan, dari rumput-rumput yang berwarna hijau, bunga-bunga yang beraneka ragam, sampai burung-burung yang berkicauan di udara, semuanya menimbulkan sukacita di dalam hati, karena semenjak saat itu saya menjadi mampu untuk melihat dan mengagumi kebesaran kuasa-Nya. Mengucap syukur untuk hal-hal yang paling kecil pun menjadi suatu kebiasaan yang rutin, karena sekarang saya bisa menghargai berkat-berkat tersebut.

Kasih karunia yang Tuhan anugerahkan kepada saya dengan cuma-cuma, membuat saya semakin jatuh cinta kepada-Nya. Bahwa Ia mengasihi dan mau menyelamatkan hidup saya, adalah suatu hal yang sukar sekali untuk bisa dipahami. Seperti umumnya terjadi pada orang-orang yang mengalami fenomena serupa itu, Ia juga langsung menjadi pusat kehidupan saya, nomor satu dan di atas segala-galanya! Istri dan anak saya bisa segera menikmati benefitnya, karena keharmonisan hidup kami sekeluarga menjadi semakin bertambah maksimal.

Semenjak saat itu, jika saya mendengar nama Yesus disebut, atau membaca lagi kisah tentang penyaliban-Nya, entah mengapa, … lubuk hati saya menjadi tergetar secara ajaib sekali. Tiba-tiba penderitaan yang dilalui oleh-Nya di bukit Golgota lebih dari 2000 tahun yang lalu menjadi relevan sekali bagi saya. Seolah-olah semua itu harus diderita oleh-Nya hanya untuk menyelamatkan diri saya!

Karena semenjak hari Minggu tanggal 30 Maret 1997, kira-kira jam 2.30 siang, seperti televisi yang baru pertama kali dipasang menggunakan sebuah antenna agar bisa menangkap gelombang-gelombang acara TV dengan jelas, Roh Kudus telah membantu memberikan kemampuan kepada saya untuk memahami kehendak Bapa di sorga.

Isi firman Tuhan yang dahulu tampak sukar untuk dimengerti, mendadak menjadi seperti aliran sungai kehidupan yang berarti sekali bagi saya. Saya menjadi lapar dan haus akan firman-Nya! Pengertian isi kitab Wahyu yang sebelumnya tidak pernah menarik perhatian saya, dibukakan oleh-Nya secara ajaib sekali. Seolah-olah Tuhan hendak memperingatkan, bahwa saat kedatangan-Nya kembali untuk menjemput umat yang dikasihi oleh-Nya sudah dekat sekali!

Kalau sebelumnya saya selalu mempunyai pandangan yang amat toleran tentang setiap agama di dunia, karena mereka memang sama baiknya, pendirian itu sekarang menjadi berubah. Tanpa ingin mengurangi rasa hormat kepada agama-agama lainnya, saya harus mengakui dengan jujur, bahwa mulai saat itu saya bisa melihat, bahwa Tuhan Yesus berbeda sekali dengan tokoh-tokoh pendiri agama-agama tersebut. Apabila mereka hendak menunjukkan jalan kebenaran kepada para pengikutnya, mereka berkata: “Itulah jalan yang harus engkau ikuti, …” Mereka selalu menunjuk ke arah yang lain, bukan diri mereka sendiri.

Tetapi ketika Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6), Ia menunjuk diri-Nya sendiri. Sebab memang benar, hanya Yesus-lah satu-satunya Jalan, Kebenaran dan Hidup!

Salah satu perubahan lain yang juga tampak nyata sekali setelah peristiwa itu terjadi, adalah ketabahan saya untuk memproklamirkan kepada umum, bahwa saya adalah seorang pengikut Kristus yang mencintai-Nya dengan sungguh-sungguh. Berbeda sekali dengan dulu saat saya mengaku beragama Kristen, tetapi merasa jengkel terhadap pengikut-pengikut-Nya yang ‘fanatik’, yang tanpa merasa ragu atau malu memuliakan nama-Nya di depan umum!

Seakan-akan memiliki api yang berkobar-kobar di dalam hati, saya merasa terdorong untuk selalu menjadi saksi-Nya, untuk menceriterakan kebesaran kasih karunia Tuhan dan kebenaran firman-Nya kepada orang-orang yang belum mengenal Dia. Nabi Yesaya menulis: “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.” (Yesaya 43:21)

Selain itu, sebagai pengganti hobby saya di bidang musik pop dan rock, Roh Kudus memberikan jenis-jenis musik yang jauh lebih indah, yang sekarang bisa saya mengerti makna dan tujuannya. Lagu-lagu praise and worship untuk memuliakan, memuji dan menyembah Tuhan! Irama lagu-lagu tersebut berkumandang di dalam hati saya, pada saat saya memerlukannya, untuk menguatkan iman dan membangkitkan sukacita. Karena melalui hal itu saya tahu, Dia akan selalu menyertai saya di mana pun saya berada.

Kaset-kaset yang dibeli oleh istri saya di malam KKR tersebut menjadi salah satu dari koleksi lagu-lagu rohani yang paling saya gemari. Itulah hobby saya yang terakhir! Lagu Penyembah yang Benar, karya Franky Sihombing, menjadi salah satu dari lagu-lagu rohani kesayangan saya, yang selalu mengingatkan pentingnya hari pertobatan saya itu.

Kasih karunia Tuhan sungguh luar biasa! Kendatipun pada mulanya saya membangkang untuk pergi menghadap Dia ketika acara altar call di gereja Indonesia tersebut, bahkan menolak untuk menyerahkan diri saya kepada-Nya, Ia … Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, bersedia untuk datang menghampiri, menjamah dan mengubah sikap hidup saya, bahkan memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi salah seorang dari saksi-saksi-Nya yang hidup di akhir zaman. Sungguh suatu kehormatan yang luar biasa!

Saya tidak pernah menyadari sebelumnya, bahwa Alkitab penuh dengan kejadian-kejadian serupa yang membuktikan kasih karunia-Nya yang luar biasa itu. Di antaranya, ... yang paling nyata, ialah teladan-teladan yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus sepanjang masa pelayanan-Nya yang singkat di dunia, di mana Ia justru pergi menghampiri orang-orang yang tidak layak, yang tidak berharga, memanggil dan menjadikan mereka pengikut-pengikut-Nya yang setia.

Saya bersyukur dan berterima kasih sekali atas kesempatan yang indah itu, yang sudah dianugerahkan kepada saya. Saya tahu, apa pun yang akan saya lakukan untuk-Nya mulai saat itu, tidak akan pernah bisa membalas berkat kasih karunia tersebut.

Sekarang saya menyadari, bahwa di dalam hidup ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Saya yakin, para artis VOG maupun The True Worshippers tidak akan pernah mengetahui kisah pertobatan saya ini, yang bisa terjadi hanya oleh karena pelayanan mereka di kota Brisbane malam itu. Kecuali ... jika mereka mendapat kesempatan untuk membaca kesaksian ini. Saya berterima kasih sekali atas kesediaan mereka datang ke kota kami, sehingga oleh karenanya saya bisa dipertemukan kembali dengan Pencipta saya, Allah Bapa di sorga.

Dan saya juga menyadari, bahwa hal-hal yang sama mungkin akan terjadi di dalam pelayanan saya sendiri. Tanpa saya ketahui, ada tindakan-tindakan saya yang bisa mempengaruhi kehidupan orang-orang lain. Saya memohon kepada Tuhan, agar pengaruh-pengaruh itu selalu bersifat positif, yang memuliakan nama-Nya, seperti yang sudah berhasil dilakukan oleh kedua grup pemusik dari Indonesia tersebut di dalam kehidupan saya.

Mungkin kalimat berikut ini akan menimbulkan kesan ‘selfish’ di pihak saya. Oleh karena itu sebelumnya saya memohon maaf. Tetapi saya merasa yakin sekali, bahwa hari Minggu itu, tanggal 30 Maret 1997, adalah hari yang telah diadakan oleh Tuhan khusus untuk saya.

Terpujilah nama Tuhan sampai selama-lamanya! Haleluya!

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (12)
Kesaksian John Adisubrata

PENUTUP: “BAGAIMANA SEKARANG?”