Oleh: John Adisubrata
BERKAT-BERKAT DUNIAWI
“Berkat TUHAN-lah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22)
Suatu malam di hari Jum’at kurang-lebih dua/tiga tahun yang lalu, setelah membahas bersama isi firman Tuhan, sebagai penutup acara sel, pemimpin kami menantang beberapa pengunjung yang sudah sering datang, tetapi masih belum menjadi pengikut Kristus untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat mereka.
Seperti biasa, dengan dukungan doa, dan juga dukungan moril para anggota sel yang hadir lainnya, ia berusaha untuk meyakinkan ketiga orang tersebut.
Sebenarnya itu bukan kesempatan yang pertama. Pernah sekali beberapa minggu sebelumnya, saat ditantang, seorang di antaranya nyaris diselamatkan. Sayang sekali, oleh karena masih merasa gentar untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang lama, ia menolak tawaran tersebut. Padahal dengan jujur ia mengakui, bahwa saat itu ada ‘sesuatu’ yang terjadi di dalam dirinya, yang menyebabkan isi hatinya bergejolak secara mengherankan. Tentu saja karena pernah mengalaminya sendiri, kami menyadari, bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus!
Berbeda dengan kegagalan-kegagalan seperti itu, yang biasanya selalu disebabkan oleh karena persepsi masyarakat yang keliru, yaitu bahwa orang-orang kristiani hidupnya terkekang dan tidak bebas, malam itu gara-gara sebuah pertanyaan yang diajukan oleh pemimpin sel kami, saat ditantang salah seorang di antara mereka merasa tersinggung sekali dan menjadi marah.
Di antara beberapa pernyataan mengenai Kristus dan apa yang telah dilakukan oleh-Nya untuk umat yang mau percaya kepada-Nya, ia menambahkan sebuah pertanyaan: “Apakah kalian tidak ingin menjadi orang-orang yang hidupnya diberkati?”
Kami yakin pertanyaan itu cukup beralasan dan diajukan tanpa maksud untuk menyinggung perasaan siapa pun juga. Tetapi oleh karena kata ‘berkat’ mempunyai arti yang berbeda-beda bagi telinga setiap orang yang mendengarnya, baik orang-orang Kristen maupun bukan, langsung saja wanita yang sudah sering hadir di sana bersama suaminya oleh karena undangan sahabat-sahabat mereka yang adalah anggota-anggota sel kami, menjawab dengan nada kurang senang sekali: “Siapa bilang aku tidak diberkati? Hidupku sangat diberkati!”
Kata berkat memang mempunyai makna yang sangat luas, terutama jika diartikan di dalam bahasa Inggris sesuai penggunaannya, seperti: bless, blessed atau blessing. Di antara berberapa arti-arti yang lain, Dictionary.com menjelaskan kata ‘blessing’ seperti ini: “A favor or gift bestowed by God, thereby bringing happiness.” Terjemahan bebasnya adalah: “Kemurahan atau hadiah yang dilimpahkan oleh Tuhan, yang membawa kebahagiaan.”
Berkat mempunyai hubungan yang erat sekali dengan kasih Tuhan, kasih karunia-Nya, serta kemurahan hati-Nya. Karena sebenarnya berkat selalu berasal dari sorga! Menurut firman Tuhan, hikmat-lah yang mengawalinya! Tanpa hikmat, pengetahuan akan keberadaan Tuhan serta firman-Nya tidak ada pada kita. Tanpa pengetahuan itu, kita tidak akan merasa takut terhadap kebesaran dan kuasa-Nya. Tanpa rasa takut itu, kita akan merasa enggan untuk mempelajari firman-Nya. Akibatnya, kita tidak tahu tujuan hidup kita di dunia, sehingga kita tidak mampu untuk melihat dan menikmati ‘berkat-berkat’ yang membawa kebahagiaan, yang dicurahkan oleh-Nya kepada kita.
Raja Salomo membahas hal tersebut dengan jelas sekali melalui berpuluh-puluh ayat di dalam kitab Amsal dengan memulainya menggunakan ayat yang amat penting ini: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Amsal 1:7)
Sedangkan menurut pandangan umum (masyarakat pada umumnya), berkat selalu dikaitkan dengan harta kekayaan manusia. Semakin berada keadaan seseorang, semakin besar berkat yang dipunyainya. Tentu saja kekayaan juga termasuk di dalam anugerah-anugerah berkat yang Tuhan berikan kepada umat kristiani, tetapi itu hanya sebagian kecil saja di antara banyak sekali berkat-berkat lainnya.
Suami wanita itu, seorang yang amat berbakat di bidang seni musik, adalah penyebab utama mengapa ia ikut hadir di sana hampir setiap hari Jum’at malam. Ia ingin membantu selgrup kami dengan bermain instrumen mengiringi kami saat puji dan sembah. Sekalipun mereka adalah (mantan) orang-orang beragama Budha yang kami simpulkan sekarang sudah menjadi simpatisan-simpatisan kelogisan pandangan hidup ‘agama’ populer masakini, The New Age Movement, tampak sekali bahwa mereka mempunyai pandangan yang amat luas mengenai kepercayaan-kepercayaan lainnya di dunia, termasuk ajaran-ajaran Kristus.
Jelas sekali malam itu, sebagai seorang intelektuil yang tidak kekurangan apa-apa, yang hidup sehat dan berkeluarga harmonis, arti kata berkat langsung diasosiasikan olehnya dengan kondisi kehidupannya sendiri. Ia adalah seorang wanita yang sangat mengandalkan kecerdikan otak dan pendidikannya yang tinggi, … yang merasa bangga sekali akan hal itu. Dugaan saya, ia menjadi tersinggung, oleh karena merasa hidupnya jauh lebih ‘beruntung’ dibandingkan dengan kehidupan pemimpin sel kami yang tidak lama sebelumnya mengalami beberapa musibah secara berturut-turut, baik di bidang bisnis maupun kesehatan anggota keluarganya.
Saya kurang ingat akan detil kelanjutan diskusi yang terjadi, di mana mau tak mau kami semua akhirnya juga ikut terlibat di dalamnya. Tetapi yang pasti, suasana malam tersebut menjadi sangat tidak enak. Sampai pertemuan itu berakhir ia tetap berpendapat, bahwa ia tidak perlu menjadi pengikut Kristus untuk ‘mengejar’ berkat, sebab ia sudah lama mempunyainya! Tentu saja oleh karena arti kata itu dipandang dari dua sudut yang berbeda sekali.
Tetapi saya bisa memahami pendapatnya, karena memang tidak jarang orang-orang kristiani sendiri pun menyalah-gunakan makna kata tersebut! Gerakan ‘Prosperity Gospel’ (Injil Kemakmuran) di tahun 70-an adalah penyebab utama tersebarnya pengertian (baru) yang keliru, yang amat menjurus pada pandangan-pandangan duniawi masyarakat umum.
Mereka memberitakan, bahwa orang-orang Kristen mempunyai kepastian untuk selalu hidup diberkati, ... hidup tanpa masalah, penuh kedamaian, bebas penyakit, dan terutama, … kaya-raya! Semua itu adalah hak orang-orang percaya! Sehingga menurut mereka, jika ada orang-orang kristiani lainnya yang hidupnya tidak memancarkan kesuksesan-kesuksesan seperti itu, kebenaran iman mereka patut diragukan. Apalagi jika kesehatan tubuh mereka sedang terganggu! Yang terserang penyakit fatal biasanya dituduh … masih hidup di dalam dosa. Siapakah yang tidak pernah bertemu atau bersekutu dengan orang-orang ‘super kristiani’ semacam itu?
Patokan-patokan pandangan mereka selalu berdasarkan contoh-contoh kemakmuran hidup tokoh-tokoh alkitab pilihan Tuhan yang dilukiskan di dalam Perjanjian Lama, seperti Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf, begitu juga generasi-generasi mereka yang berikutnya. Kitab Kejadian menyatakan: “Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.” (Kejadian 13:2)
Tak terlupakan, Ayub, tokoh yang dikenal sebagai “… orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.” (Ayub 1:3c) Bahkan kekayaan raja Salomo di zaman dahulu, yang jelas bukan kekayaan biasa-biasa saja, dijadikan standar oleh mereka untuk kita, … umat (pilihan) Tuhan masakini! Kitab 1 Raja-Raja melukiskan kemakmuran hidupnya seperti ini: “Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat.” (1 Raja-Raja 10:23)
Tetapi tokoh-tokoh lainnya yang tidak memenuhi syarat-syarat itu jarang sekali disebut oleh mereka. Apalagi yang hidupnya selalu diliputi oleh penderitaan, seperti yang dialami oleh Yeremia, Hosea, Stefanus (Kisah Para Rasul 6-7) dan lain sebagainya.
Tidaklah mengherankan jika sebagai akibatnya, terpengaruh oleh ajaran-ajaran seperti itu banyak orang pergi ke gereja bukan untuk beribadah, agar bisa bersama umat kristiani lainnya mengasihi, memuji dan menyembah Tuhan dengan sepenuh hati, tetapi karena terdorong oleh motivasi-motivasi egois, yaitu untuk mengejar kesuksesan hidup dan harta kekayaan yang semuanya bersifat sementara serta duniawi sekali!
“Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal.” (Kejadian 24:1)
(Bersambung)
HIDUP YANG ‘DIBERKATI’ (2)
INJIL KEMAKMURAN
No comments:
Post a Comment