Friday, March 5, 2010

Mendengar Suara Tuhan (5)


Oleh: John Adisubrata

SUARA SIAPA?

‘Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang, padahal mereka bersandar kepada TUHAN dengan berkata: “Bukankah TUHAN ada di tengah-tengah kita! Tidak akan datang malapetaka menimpa kita!” (Mikha 3:11)

Seperti saya, tentu anda pernah mendengar melalui acara-acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang diadakan di kota anda, ‘humor’ yang sering kali dilontarkan dari atas altar gereja kepada jemaat oleh para hamba Tuhan sebelum kantong-kantong kolekte diedarkan: “Apabila anda mendengar dua suara di hati anda yang menganjurkan dua jumlah uang yang akan anda persembahkan saat ini, yang lebih tinggi … pasti berasal dari Tuhan, sedangkan yang sedikit jumlahnya … berasal dari Iblis. Oleh karena itu berikanlah yang Tuhan kehendaki!”

Seandainya saja ternyata anda belum pernah mengalaminya, … seperti saya ketika mendengarnya untuk pertama kali, tentu anda juga tersenyum membacanya. Sungguh sebuah ‘humor’ yang oleh karena begitu relevannya, mudah sekali untuk dihayati setiap orang, … termasuk mereka yang menganjurkannya dari atas mimbar!

Siapakah yang tidak pernah mendengar ‘perdebatan’ suara-suara seperti itu berkecamuk di dalam hati atau pikiran mereka ketika sedang mempertimbangkan besar kecilnya jumlah uang yang akan mereka ‘berikan’ kepada (gereja) Tuhan? Saya pernah mengalaminya!

Tetapi, sekalipun seolah-olah disampaikan di sana hanya dalam bentuk bercanda saja, apakah pernyataan seperti itu patut diutarakan oleh mereka? Apakah benar Tuhan mementingkan jumlah uang yang kita berikan, lebih dari pada sikap kita … kala mempersembahkannya?

Saya teringat akan teguran Tuhan Yesus kepada beberapa orang Farisi yang mengejek dan menyamakan kuasa-Nya untuk menyembuhkan seorang yang bisu dengan kuasa si penghulu setan, Beelzebul: “ … Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” (Matius 12:34b) Memang, setiap perkataan yang kita ucapkan akan selalu memperlihatkan apa yang sebenarnya ‘menguasai’ pikiran dan hati kita, atau … paling sedikit menunjukkan prioritas hidup kita.

Perhatikanlah, orang-orang yang menyukai uang atau harta benda duniawi (mereka), jika mereka memberi kesaksian tentang mendengar suara Roh Kudus. Kesaksian mereka selalu berkisar dengan tema-tema berkat, kekayaan, kemakmuran, sejumlah besar uang (jutaandollar, milyaran rupiah) dan lain sebagainya. Ketika berkhotbah di atas bukit, Yesus juga memperingati para pengikut-Nya tentang ketamakan hati manusia: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21) Maksud-Nya, … apa yang sudah mengagumkan hati kita, itulah yang menjadi pusat perhatian kita, bahkan akan selalu menjadi bahan percakapan kita!

Belum lama ini di salah satu program TV hamba Tuhan yang sangat termasyhur di dunia, saya menyaksikan nubuatan seorang tamu penginjil/nabi yang khusus ditugaskan olehnya untuk membantu mengumpulkan dana (uang) bagi biaya pengeluarannya. Ia berkata: “Baru saja aku mendengar Tuhan berkata kepadaku, bahwa dalam waktu 30 menit mendatang ini ada 3000 pemirsa yang digerakkan hatinya untuk menyumbangkan uang sebesar US$ 3000,-. Jika mereka taat, Tuhan akan memberkati 100 kali lipat jumlah uang yang mereka persembahkan. Oleh karena itu, jika anda yang saya maksudkan, di mana pun anda berada, jangan mengulur-ulur waktu lagi. Segera isi buku cheque anda dan kirimkan saat ini juga. Ingatlah, waktunya sangat mendesak! Jika 30 menit ini telah berlalu, kesempatan anda untuk menerima berkat dari Tuhan pun akan berakhir.”

Saya menyadari, bahwa setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda di dalam menanggapi pernyataan-pernyataan seperti itu. Banyak orang, baik yang Kristen maupun bukan, yang selalu mencurigainya, karena dari awalnya mereka sudah menolak untuk mempercayainya. Tetapi di lain pihak saya juga mengenal orang-orang yang langsung menyetujuinya, kendatipun mereka sebenarnya tidak bersedia untuk dijadikan salah satu dari ke-3000 orang tersebut!

Selain saya sendiri selalu berusaha untuk menjadi lebih jeli di dalam menanggapi nubuatan-nubuatan seperti itu, saya juga berpendapat, bahwa setiap orang berhak untuk mengekspresikan pandangan-pandangan mereka sesuai iman masing-masing. Demikian juga setiap orang kristiani yang merasa dibebani untuk bernubuat, berhak untuk melakukannya, jika itu adalah kehendak mereka!

Karena memang tidak jarang nubuatan-nubuatan yang tampak tidak berarti bagi seseorang, bisa mempunyai makna yang besar bagi orang-orang lain yang sedang memerlukannya. Bahkan nubuatan-nubuatan yang tampak jelas bagi orang-orang tertentu, bahwa itu diucapkan ‘di luarpengetahuan’ Tuhan, bisa diubah oleh-Nya dari sesuatu yang pada mulanya hanya dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, menjadi berkat yang berkelimpahan bagi umat Tuhan yang lain.

Oleh karena itu, motif-motif yang keliru pun bukan merupakan alasan bagi kita untuk mengecam mereka! Biarlah Tuhan saja yang menentukan akibatnya, … bukan kita, karena kelak jika saatnya telah tiba, setiap orang pasti harus mempertanggung-jawabkan segala tindak tanduk mereka di hadapan-Nya! Saya teringat akan nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika: Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” (1 Tesalonika 5:19-21)

Sebagai orang percaya kita tahu, bahwa nubuatan (yang sejati) selalu berasal dari (diilhami oleh) Roh Kudus. Jika bukan, … dengan mudah kita bisa menguji dan membuktikannya!

Pertama: Apabila kita mengenal isi firman Tuhan, … sekalipun belum sempurna, tetapi oleh karena rajin mempelajarinya setiap hari di saat-saat teduh bersama Dia, kita akan mampu melihat kejanggalan-kejanggalannya seketika itu juga, jika nubuatan-nubuatan tersebut ternyata tidak selaras dengan kehendak-Nya. Banyaknya isi firman Tuhan yang terukir di dalam hati kita sangat tergantung dengan level kehausan kita akan firman-Nya. Itulah yang membuat kita menjadi jauh lebih peka akan suara Roh Kudus! Jika anda masih tetap merasa kurang yakin akan keotentikan nubuatan-nubuatan seperti itu, … saya anjurkan untuk selalu kembali kepada otoritas yang paling tinggi, yaitu alkitab! Karena tidak ada ‘suara’ Tuhan yang lebih konkrit dari pada ayat-ayat hidup yang tertulis di sana!

Kedua: Selain itu Roh Kudus yang ada di dalam hati kita tidak berbeda dengan Roh Kudus yang sudah mengilhami nabi atau hamba Tuhan tersebut. Oleh karena itu, jika nubuatan itu benar-benar berasal dari Tuhan, Roh Kudus pasti akan memberikan konfirmasi di dalam hati kita! Seluruh isi alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ditulis oleh orang-orang yang secara khusus sudah diilhami oleh Roh Kudus untuk melaksanakannya. Tulisan-tulisan mereka saling meneguhkan. Keempat Injil mengenai kehidupan Kristus, kendatipun ditulis oleh 4 pribadi dalam waktu yang berlainan, berisi laporan detil kesaksian-kesaksian yang serupa tapi tak sama, yang saling melengkapi!

Rasul Petrus menulis: “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:20-21)

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Matius 7:15)

(Bersambung)

MENDENGAR SUARA TUHAN (6)

SUARA ROH KUDUS

No comments: