Oleh: John Adisubrata
NOL-NOL YANG KOSONG
‘Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1Samuel 16:7)
Ev Reinhard Bonnke, seorang penginjil kenamaan berasal dari Jerman, pernah membahas dengan jelas sekali fenomena mengenai cara-cara Tuhan memanggil dan memilih para pengikut-Nya. Sampai sekarang cara-cara-Nya masih tetap menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di antara orang-orang percaya, yang juga menyadari panggilan-panggilan yang serupa.
Ia mengisahkan pengalamannya ketika ia berdoa pada suatu malam untuk memohon pengertian mengenai proses pemilihan para rasul yang dilukiskan di dalam Injil Lukas 5:1-11. Di tengah-tengah persekutuannya dengan Tuhan, tiba-tiba ia menerima sebuah penglihatan, di mana Roh Kudus seolah-olah membawanya pergi ke atas bukit di mana Yesus sedang berdoa untuk menentukan pengikut-pengikut yang akan dijadikan rasul-rasul-Nya.
Ia mendengar Yesus berkata: “Bapa, sebentar lagi Aku akan memilih ke-12 rasul-Ku. Janganlah membiarkan Aku memilih mereka seperti dunia ini menentukan orang-orang yang akan mereka pilih. Janganlah membiarkan Aku merencanakan keberhasilan tugas yang sudah Kauberikan kepada-Ku seperti raja-raja dunia ini merancangkan kesuksesan-kesuksesan mereka. Janganlah kehendak-Ku Bapa, tetapi … biarlah kehendak-Mu saja yang terjadi.”
Itulah kalimat-kalimat yang mengawali doa Tuhan Yesus yang berlangsung selama 12 jam di atas bukit tersebut, sebelum Ia turun kembali keesokan harinya untuk menghampiri para pengikut-Nya, lalu memilih secara random 12 orang biasa dari tengah-tengah mereka.
Melalui peristiwa itu, Ia ingin memberi contoh kepada kita, bahwa dari dahulu sampai sekarang bukan orang-orang yang merasa diri mereka pintar, penting, kaya atau terkenal, yang dicari oleh-Nya. Tetapi justru orang-orang yang tidak terpandang, tidak berarti dan tidak berharga di mata masyarakat, yang diberi kesempatan pertama untuk meresponi panggilan-Nya. Karena bagi Tuhan orang-orang seperti itulah yang justru paling berharga! Bertentangan dengan pandangan umum, di mata-Nya mereka semua mempunyai potensi-potensi yang tinggi sekali!
Jadi, … apabila rasul-rasul yang tidak sempurna seperti mereka bisa dipercayai oleh Tuhan untuk memberitakan Injil-Nya, maka Anda dan saya yang mempunyai latar belakang yang tidak berbeda dengan mereka, juga bisa menerima kesempatan yang mulia tersebut.
Reinhard Bonnke sempat mengisahkan sebuah peristiwa yang terjadi ketika ia masih berumur sembilan tahun, tidak lama setelah ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Sebagai seorang anak yang memang sedari kecil sudah ditentukan oleh Tuhan untuk melayani di ladang-Nya, ia menyadari kepekaan telinganya akan suara Roh Kudus. Pada suatu hari ia mendengar dengan jelas Tuhan berfirman kepadanya, bahwa kelak jika ia telah menginjak usia dewasa, Tuhan akan mengutusnya pergi untuk mengabarkan Injil di benua Afrika.
Menangis tersedu-sedu penuh keharuan ia berlari-lari menemui ayahnya, seorang hamba Tuhan yang berasal dari sebuah keluarga yang sudah beberapa generasi sebelumnya turun-temurun menggembalakan sebuah gereja kecil di salah satu kota terpencil di pedalaman negaranya. Sambil memeluk pinggul ayahnya erat-erat, tersengguk-sengguk ia berkata: “Papa, Tuhan baru saja berbicara kepadaku!”
Penuh ketidak-sabaran ayahnya mendesak Reinhard untuk segera menceriterakan pesan Tuhan tersebut kepadanya. Tetapi ketika anaknya baru saja selesai berkata-kata, ia langsung menolak untuk mempercayainya. Dengan tegas ia menegur: “Tetapi Reinhard, aku sudah menentukan kakak laki-lakimu untuk menjadi penerus gereja kita. Ialah yang akan mengambil-alih kedudukanku, … bukan engkau!”
Reinhard Bonnke tahu, bahwa ayahnya selalu mengutamakan kakaknya lebih dari dia. Dan semua itu disebabkan oleh karena kepandaian kakaknya di sekolah, terutama di bidang matematika. Ayahnya mengabaikan suatu kenyataan terpenting: … rumus-rumus matematika belum pernah menyelamatkan hidup manusia! Tetapi kebenaran Injil Tuhan Yesus Kristus masih terus bekerja di mana-mana sampai saat ini untuk memberi harapan kepada semua orang yang sudah tidak mempunyai harapan lagi!
Mungkin sekali kita bukan pilihan ayah-ayah kita, bahkan ditolak oleh teman-teman atau orang-orang di sekitar kita! Tetapi seperti yang telah dibahas sebelumnya, … Tuhan mempunyai logika yang amat berbeda dengan logika manusia! Sudah terbukti melalui sejarah kekristenan sepanjang masa, bahwa Ia selalu memilih orang-orang yang tidak terpandang dan yang tidak dihargai oleh masyarakat sebagai pengikut-pengikut yang mewakili pekerjaan-Nya di dunia. Justru kelemahan orang-orang seperti itu akan menyebabkan kekuatan-Nya tampak nyata sekali di mata umum.
Sebab Yesus tidak memilih oleh karena SIAPA kita, tetapi oleh karena APA YANG BISA IA LAKUKAN melalui kita!
Di Jerman ada sebuah istilah terkenal yang sering kali dipergunakan oleh orang-orang untuk mengejek kegagalan seseorang, atau menggambarkan ketidak-berhargaannya di mata mereka. Orang seperti itu biasanya dicaci dengan sinis oleh anggota-anggota keluarga atau teman-temannya: “Du bist ein Null!”
Jika diterjemahkan secara bebas, istilah itu berbunyi: “Engkau adalah sebuah Nol!” Ejekan tersebut ditujukan khusus kepada orang-orang yang dicap bodoh, malas, miskin, mempunyai paras yang tidak memadai standar umum, mahasiswa-mahasiswa yang tidak pernah diwisuda, atau penganggur-penganggur yang abadi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, … orang-orang yang sudah dari awalnya dihakimi oleh umum sebagai pecundang-pecundang di segala bidang! Mereka dijuluki: Nol-nol yang kosong!
Reinhard Bonnke mengakui, bahwa pada saat ia dipanggil untuk memulai pelayanannya di ladang Tuhan, ia hanya sebuah angka nol yang kosong belaka, seorang yang tidak mempunyai nilai apa-apa. Tetapi suatu hal yang indah sekali terjadi pada saat ia menanggapi panggilan Tuhan. Sebagai seorang tak berharga yang mengaku, bahwa Yesus adalah Tuhan yang menduduki takhta tertinggi di dalam hidupnya (Nomor Satu), ia menerima hikmat Roh Kudus untuk memahami logika sorgawi yang sebelumnya tampak sulit sekali untuk dimengerti olehnya.
Ketika Tuhan Yesus (Satu), memanggil dia yang tidak bernilai apa-apa (Nol), Reinhard Bonnke segera memberi tanggapan serta datang menghadap kepada-Nya. Pada saat ia berdiri di samping Tuhan, ia yang sebenarnya tidak berharga sama sekali, tiba-tiba bersama dengan Dia membentuk sebuah nilai yang amat sempurna! Berdua … mereka menjadi 10!
‘Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Korintus 12:9a)
(Bersambung)
SOMETHING BEAUTIFUL (4)
APAKAH YANG ADA DI TANGANMU ITU?
No comments:
Post a Comment