Friday, June 5, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (9)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEENAM: AMAZING GRACE

“… dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, …” (Efesus 2:6)

Di antara para artis yang datang dari Indonesia tersebut terdapat seorang penyanyi tamu yang bernama Tylio Lobman, seorang pemuda yang ketika itu baru berumur 21 tahun. Di tengah acara altar call siang hari itu ia menyanyikan lagu Amazing Grace, sebuah lagu yang sedari dahulu sudah saya kenal dengan fasih sekali.

Sebenarnya Tylio lahir di Suriname, sebuah negara mungil di Amerika Selatan bagian utara. Tetapi sekarang ia bermukim di negeri Belanda. Semalam suara pemuda berkulit hitam ini sudah menarik perhatian saya. Tehnik suaranya sangat mengingatkan akan tehnik suara penyanyi sekuler kawakan yang termasyhur di dunia, Stevie Wonder, salah seorang penyanyi kesayangan saya. Menurut Ev Jeffrey Rachmat, Tylio yang masih berusia amat muda itu telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Suatu istilah baru lainnya yang juga belum bisa saya cernakan malam tersebut!

Sedikit yang diketahui oleh Tylio, bahwa pada siang hari itu, kurang-lebih jam 2.30-an, Roh Kudus sedang mencurahkan special anointing kepadanya! Karena Tuhan akan memakai dia secara ajaib sekali, melalui bakat yang Ia karuniakan kepadanya, untuk memanggil saya pulang kembali, anak-Nya yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya tersesat di jalan!

Ia mendendangkan lagu Amazing Grace sambil berjalan kian-kemari di atas altar gereja. Berulang-ulang kali ia menyanyikan bait-bait syair yang sama sambil melangkah turun ke arah para jemaat yang masih berdiri di depan altar. Di sana ia ikut serta mendoakan mereka secara random bersama hamba-hamba Tuhan yang lain. Lalu perlahan-lahan Tylio mulai berjalan di antara orang-orang yang sedang rebah di atas lantai gereja ke arah para jemaat di tempat-tempat duduk mereka.

Pertama-tama Tylio berjalan di lorong sebelah kiri ruangan, di antara tembok dan deretan bangku-bangku yang paling kiri. Tidak lama sesudahnya saya melihat ia berjalan di antara deretan bangku-bangku yang sebelah kiri tersebut dan bangku-bangku yang terletak di tengah ruangan. Setelah meninggalkan lorong yang kedua ia mendatangi lorong ketiga, lorong yang terbentuk oleh deretan bangku-bangku di tengah dengan deretan bangku-bangku sebelah kanan ruangan di mana saya berada.

Sambil menyanyikan syair lagu tersebut berulang-ulang kali, Tylio berjalan mondar-mandir di dekat kami! Sungguh mengherankan, seolah-olah diperintahkan oleh seseorang, yang sekarang saya ketahui adalah Roh Kudus, ia berhenti tepat di sebelah kiri bangku tempat duduk di mana saya sedang berdiri di depannya.

Sejenak Tylio berdiri di samping saya, sambil menoleh dan menatap wajah kami berdua! Di luar dugaan saya, ia datang menghampiri kami. Menggunakan telapak tangan kirinya ia meraih kening istri saya, yang sekilas saya lihat melalui ujung mata, masih tetap memejamkan kedua matanya. Semua yang ia lakukan, saya perhatikan dengan seksama, sebab untuk bisa meraih kepala istri saya, lengan tangannya harus lewat di depan saya.

Pada waktu itu saya tidak mengerti, mengapa ia menjamah kening istri saya? Saya tidak menyadari, bahwa tindakan yang disebut ‘tumpang tangan’ itu adalah suatu kebiasaan yang sudah dipraktekkan semenjak dahulu kala oleh hamba-hamba Tuhan dari berbagai zaman, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, untuk memberkati atau mendoakan umat-Nya.

Saya terus mendengar Tylio menyanyikan lagu Amazing Grace di depan saya sambil tetap menjamah kening kepala istri saya. Saya ulangi sekali lagi, … oleh karena istri saya berdiri di sebelah kanan saya, untuk bisa melakukannya, Tylio harus lewat di depan saya, sebab saya berdiri tepat di sisi lorong tersebut.

Sambil mundur ke belakang sedikit, agar ia tidak menyentuh tubuh saya, saya memperhatikan Tylio yang sedang menyanyi di depan saya. Oleh karena jarak yang begitu dekat, suaranya yang asli, yang langsung keluar dari mulutnya sendiri, bisa saya dengar dengan jelas sekali, di samping suaranya yang amat keras, yang berkumandang melalui pancaran loudspeakers gereja. Harus dimaklumi, bahwa semua itu bisa terdengar dalam waktu yang bersamaan, sebab ia berdiri kurang-lebih 10 sentimeter di depan saya!

Tiba-tiba sensasi yang saya alami ketika Viona Likumahua menyanyikan lagu The Lord’s Prayer kira-kira sejam sebelumnya mulai terjadi lagi!

Pada saat Tylio mengulangi, entah … untuk keberapa kalinya, syair lagu ini:

Amazing Grace, how sweet the sound, (Kasih karunia yang menakjubkan, sungguh manis terdengar)

that saved a wretch like me, (yang telah menyelamatkan seorang celaka seperti aku)

I once was lost, but now I’m found, (pernah sekali ‘ku tersesat, tetapi sekarang telah ditemukan)

was blind but now I see, (pernah buta tapi sekarang ‘ku melihat)

mendadak alunan suaranya yang terdengar keras sekali, baik melalui speakers gereja maupun yang keluar dari mulutnya sendiri, … mulai mengabur! Suara Tylio yang bagus dan lantang tersebut tiba-tiba diatasi dan diambil-alih oleh alunan suara ganda yang terdengar jauh lebih sempurna lagi, berkumandang amat jernih, indah tak terlukiskan, tetapi bukan berasal dari dalam ruang gereja itu. Alunan suara tersebut datang dari suatu tempat yang berjarak jauh, … jauh sekali, entah … berapa jauhnya.

Seolah-olah keindahan alunan suara Tylio terganti oleh kesempurnaan alunan paduan suara dari entah … berapa ribu malaikat Tuhan yang sedang mengalunkan syair lagu itu dari suatu ‘alam’ yang berbeda sekali dengan alam nyata di mana saya berada. Dari suatu ‘alam’ yang dipenuhi oleh ketenangan, kesejukan, kehangatan dan kedamaian sorgawi yang sukar sekali untuk dilukiskan dengan kata-kata! Sekarang saya mengerti, itulah yang dimaksudkan oleh rasul Paulus di 2 Korintus 12:1-10 sebagai ‘alam roh’, suatu alam lain yang tidak kelihatan secara kasat mata, tetapi benar-benar ada!

Lagu Amazing Grace sering saya nyanyikan sendiri, dulu ketika saya masih aktif bermain musik bersama rekan-rekan saya yang seminat. Bahkan saya hafal sekali syairnya, terutama kedua bait pertama lagu tersebut. Saya memiliki beberapa CDs, kaset-kaset, dan piringan-piringan hitam dari artis-artis sekuler yang merekam lagu terkenal itu di dalam album-album mereka, di antara lagu-lagu baru ciptaan mereka sendiri.

Tetapi aneh sekali, … syair lagu Amazing Grace yang sebelumnya tidak pernah meninggalkan kesan apa pun kepada saya, tiba-tiba saja saat itu memberi arti yang amat dalam di hati saya, pada hari Minggu tanggal 30 Maret 1997, kurang-lebih jam 2.30 siang!

Di luar dugaan saya, setiap kata di dalam alunan irama lagu tersebut terdengar bukan keluar dari mulut Tylio lagi, tetapi entah bagaimana, … seolah-olah berubah menjadi sabda seorang Raja yang mempunyai otoritas amat mutlak atas kehidupan saya. Setiap kalimat tiba-tiba mempunyai arti yang amat relevan dengan kehidupan saya, yang dapat dengan jitu sekali mengenai sasarannya di dalam hati, mengingatkan setiap kekeliruan sikap hidup saya selama itu, … dengan menuding dosa-dosa yang telah saya lakukan, yang sudah tidak terhitung lagi banyaknya!

Laksana sebilah pedang panjang bermata dua yang amat tajam, syair lagu tersebut langsung menikam dada, … menembus hati saya, dan … menghancurkan seluruh kepribadian saya.

“… supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.” (Efesus 2:7)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (10)
Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KETUJUH: URAPAN-NYA DICURAHKAN

1 comment:

Unknown said...

Amin..
God bless..