Saturday, May 30, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (8)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KELIMA: THE LORD’S PRAYER

‘Karena itu berdoalah demikian: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin]” (Matius 6:9-13)

Ketika Ev Jeffrey Rachmat meminta agar artis Viona Likumahua, anggota grup VOG, menyanyikan lagu penyembahan: The Lord’s Prayer, sebelum ia memulai khotbahnya, terjadilah hal yang amat mengherankan pada diri saya!

Saya merasa ada ‘sesuatu’ yang bermuara dari dalam diri saya mulai membuih ke luar secara luar biasa. Suara Viona yang indah dan lantang tersebut, yang volumenya juga terbantu oleh kesempurnaan peralatan musik mereka, tiba-tiba saja menyebabkan sebuah gejolak yang sangat asing terjadi di dalam diri saya! Tubuh saya terasa aneh, kondisinya tidak bisa diprediksi sama sekali. Terkadang suhunya naik dengan pesat, membuat tubuh saya terasa panas sekali, tetapi tidak lama kemudian menurun lagi dengan drastis, sehingga tiba-tiba saja saya merasa kedinginan. Seakan-akan tubuh saya sedang meriang oleh serangan flu, tetapi … bukan! Suatu hal yang tidak bisa saya terangkan menggunakan kata-kata!

Kelantangan suara Viona yang terdengar jelas melalui peralatan musik mereka yang canggih itu, tiba-tiba saja terganti oleh alunan suara amat jernih yang bukan berasal dari dalam ruang gereja tersebut, tetapi datang dari suatu tempat yang berjarak jauh, … jauh sekali, entah … berapa jauhnya. Suara itu mengatasi, bahkan mengambil alih seluruh keindahan dan kenyaringan alunan suara Viona, suara yang terdengar jauh lebih sempurna lagi dari pada suara-suara indah para artis yang sedari tadi saya dengar dikumandangkan keluar melalui speakers besar dan modern yang mereka pakai di dalam gereja itu.

Seakan-akan pada saat itu saya sedang mendengarkan keindahan alunan paduan suara dari entah … beberapa ribu malaikat sorgawi, yang menyanyikan lagu gubahan Albert Hag Malotte, lagu yang keseluruhannya khusus diciptakan menggunakan ayat-ayat firman Tuhan sebagai syairnya. Sebuah lagu berdasarkan pola doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya.

Kejernihan dan kesempurnaan suara ganda para malaikat tersebut tidak bisa saya uraikan dengan kata-kata yang ada di dalam perbendaharaan kata yang saya miliki, di dalam bahasa apa pun yang saya ketahui, atau yang pernah saya pelajari. Saya merasa hati saya sangat terharu, seolah-olah saya sedang ‘diangkat’ ke luar oleh malaikat-malaikat itu dari dalam ruang gereja tersebut ke suatu ‘alam’ yang lain. Saya merasa seperti ada sesuatu yang mau memenuhi diri saya, … atau mungkin sekali, … hati saya!

Tetapi, seperti yang sudah berkali-kali saya tulis sebelumnya, … tentu saja pada waktu itu saya masih belum mengerti!

Sejenak pikiran manusiawi saya mengingatkan: “Aku harus lebih berhati-hati, … jangan sampai terjadi apa-apa, yang bisa membuat aku melakukan hal-hal yang memalukan. Nanti orang-orang mengira aku sudah berubah menjadi orang gila!”

Pikiran itu mendorong saya untuk segera memerangi sensasi yang sedang saya alami tersebut. Saya berhasrat untuk bangkit berdiri, dan secepatnya meninggalkan ruangan itu dengan alasan mencari anak saya yang sedang bermain dengan teman-teman sebayanya di ruang sebelah. Tetapi ketika saya masih menoleh ke arah kiri ruangan, mempelajari jalan yang tercepat untuk bisa menemuinya tanpa mengganggu acara ibadah di sana, suatu hal ajaib yang lain terjadi!

Sebelum saya berhasil beranjak pergi, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang tersangkut di dalam tenggorokan, yang menyebabkan saya menjadi batuk kurang-lebih lima kali. Hal itu mengakibatkan sensasi yang sedang saya alami tersebut berhenti secara total, … hilang lenyap tak berbekas!

Kendatipun hati saya merasa lega sekali, karena semua itu telah berlalu, saya masih termanggu-manggu di tempat, berusaha untuk mencernakan di dalam hati makna dan tujuan kejadian yang baru saja saya alami tadi. Saya belum menyadari keseriusan peristiwa itu, apalagi mengetahui hal-hal ajaib lainnya, yang masih akan terjadi pada diri saya tidak lama sesudahnya!

Tak terasa … sejam berlalu dengan cepat sekali!

Setelah Ev Jeffrey Rachmat selesai berkhotbah, ia menantang para jemaat yang bersedia menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan untuk maju ke depan altar. Bagi saya altar call adalah suatu hal yang baru, yang belum pernah saya saksikan sebelumnya. Oleh karena tidak mengerti arti yang sebenarnya, saya hanya bisa mengomentarinya dengan sinis di dalam hati: “Apa-apaan sih ini?”

Tetapi saya merasa heran sekali ketika menyaksikan sejumlah orang yang bersedia untuk maju. Di depan mereka didoakan oleh Ev Jeffrey Rachmat dan beberapa hamba Tuhan yang lain. Saya melihat banyak orang yang ‘berjatuhan’ di depan altar tanpa mengerti sebab-sebabnya. Terus terang saja, saya merasa curiga sekali. Saya benar-benar meragukan semua yang sedang terjadi di sana. “Ah, jangan-jangan mereka hanya berpura-pura saja!” Pikir saya penuh ketidak-percayaan.

Tetapi di tengah-tengah kecurigaan dan rasa tidak percaya itu, kembali saya mendengar suara lembut yang sama di dalam hati nurani saya yang menantang dan menganjurkan, agar saya juga mau maju ke depan altar untuk membuktikan kebenarannya. Tentu saja saya menolaknya dengan tegas!

Istri saya, yang berdiri di sebelah kanan saya, tidak mengetahui segala sesuatu yang pada saat itu sedang terjadi di dalam diri saya semenjak kami berada di sana. Terutama pergumulan luar biasa yang sedang bergejolak di dalam hati saya. Oleh karena merasa malu, saya tidak mempunyai hasrat sama sekali untuk memberitahukan peristiwa itu kepadanya.

Tanpa sepengetahuan saya, semenjak tadi ia sudah meneteskan air matanya dengan diam-diam. Karena memang, … hadirat Tuhan yang luar biasa, yang sedang memenuhi ruang gereja itu, juga sudah memenuhi hatinya.

Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu.” (Yohanes 16:9)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (9)
Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEENAM: AMAZING GRACE

No comments: