Kesaksian Ian McCormack
Oleh: John Adisubrata
PULANG KEMBALI
‘Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah keluar!” (Yohanes 11:43)
Setelah menutup kedua mata saya sejenak, perlahan-lahan saya mengintip melalui mata kanan saya untuk melihat apa yang akan saya saksikan di sana.
Ternyata saya ‘terjaga’ di atas ranjang di dalam ruangan yang sama di Victoria Hospital dengan mata kanan yang terasa perih. Cairan keringat asin yang tadi menggenangi rongganya masih meninggalkan bekas-bekasnya.
Ketika itu saya belum mengetahui, bahwa para dokter dan perawat-perawat rumah sakit itu sedang mempersiapkan tubuh saya untuk dipindahkan ke ruang jenazah mereka.
Dengan mata kanan yang sekarang sudah terbuka lebar, saya melihat dokter muda keturunan India tersebut berdiri di depan saya. Ia sedang mengangkat kaki kanan saya dengan tangan kirinya. Menggunakan sebilah pisau bedah di tangan kanannya, ia menusuk-nusuk kulit telapak kaki saya.
Dokter muda itu masih belum menyadari, bahwa Tuhan baru saja mengembalikan nafas hidup ke dalam tubuh saya. Oleh karena itu ia menjadi terkejut sekali, ketika melihat mata kanan saya tiba-tiba terbuka lebar.
Kulit wajahnya yang hitam langsung berubah menjadi pucat. Ia tersentak ketakutan, karena mengira, tusukan pisau bedahnya telah mengenai salah satu urat syaraf di telapak kaki kanan saya yang menyebabkan mata kanan saya tiba-tiba terbuka, bahkan … terbelalak lebar, seolah-olah hendak melompat keluar dari dalam rongga matanya!
Mematung ia memandang wajah saya, … juga dengan mata terbelalak! Kaki saya semakin dicengkeram erat-erat olehnya, sedangkan pisau bedah di tangan kanannya terlepas jatuh ke atas ubin lantai, menimbulkan suara berdentingan yang amat nyaring!
Setelah meletakkan kaki kanan saya di atas tempat tidur lagi, ia membungkukkan badannya untuk mendekati wajah saya. Mata kanan saya diamat-amati olehnya dengan cermat. Tentu suatu situasi yang tampak amat menggelikan bagi orang-orang lain yang sedang mengawasi tingkah-tingkah laku kami berdua pada saat itu! Karena tanpa menyadari keadaan yang sebenarnya, penuh kecurigaan ia dan saya saling mengamat-amati keadaan masing-masing dengan mata-mata yang melotot!
Keajaiban yang baru terjadi itu membuat hati saya menjadi semakin merasa bingung. Keragu-raguan mulai memenuhi benak pikiran saya lagi. Seandainya saja roh saya yang melayang turun dari sorga, menerobosi awan-awan, menembus atap rumah sakit, dan akhirnya … masuk kembali ke dalam tubuh saya, tentu saya akan lebih bisa memahaminya.
Tetapi … pada waktu itu saya tidak mengetahui, bahwa firman Tuhan mempunyai kuasa yang amat mutlak. Segala sesuatu yang difirmankan oleh-Nya pasti terjadi!
Kebingungan pikiran saya mulai melantur lagi: “Apakah aku benar-benar sudah mati, dan … bertemu dengan Tuhan?”
Masih tetap meragukan semua itu saya berpikir: “Kejadian yang manakah yang sebenarnya kualami? Apakah aku baru saja terjaga dari tidur yang lelap? Mungkinkah aku tadi hanya bermimpi saja? Atau, … apakah justru saat ini aku sedang bermimpi?”
Belum juga selesai mempertanyakannya, saya mendengar suara-Nya sekali lagi untuk memberikan kepastian kepada saya: “Ian, Aku baru saja mengembalikan nafas hidup ke dalam tubuhmu.”
Pada waktu itu seluruh tubuh saya masih terasa kaku sekali, terutama kedua kaki dan tangan-tangan saya yang tidak berdaya lagi untuk mengerjakan kehendak-kehendak saya. Bahkan ketika saya berusaha untuk memalingkan kepala saya ke samping kiri, otot-otot leher saya juga tidak mampu untuk melakukannya.
Memberanikan diri, saya memohon pertolongan-Nya: “Tuhan, aku ingin mengawasi keadaan di sekeliling ruangan ini. Aku ingin sekali memalingkan wajahku, karena sudah cukup lama aku memandang wajah dokter muda di depanku ini. Tolonglah aku Tuhan, … berikanlah kekuatan pada leherku.”
Seketika itu juga, pada saat saya berusaha sekali lagi untuk memalingkannya, penuh keajaiban Ia memberikan kekuatan yang baru pada otot-otot di dalam leher saya. Sambil membuka kelopak mata kiri saya, saya berhasil menoleh ke samping kiri!
Melihat wajah saya yang tiba-tiba terpaling ke arah mereka, kali ini bukan hanya dokter muda itu saja yang terhenyak mundur ke belakang dengan paras ketakutan, tetapi juga beberapa dokter lainnya dan para perawat yang sedang berdiri di ambang pintu mengawasi saya dari jauh dengan mata-mata yang terbelalak.
Bahkan seorang perawat wanita yang berdiri paling depan, yang menjadi terkejut sekali, berteriak keras sambil melompat mundur ke belakang, hampir saja jatuh pingsan! Reaksinya yang spontan itu mengakibatkan beberapa orang lain yang juga berdiri di ambang pintu di belakangnya ikut terdesak mundur. Mereka terhenyak jatuh seorang di atas yang lain di depan pintu kamar saya!
“Apakah yang sedang terjadi?” Kembali saya bertanya-tanya di dalam hati: “Mengapa mereka semua mengamat-amati diriku seakan-akan aku baru saja bangkit kembali dari kematian?” Ketidak-percayaan akan kuasa Tuhan mulai menguasai benak pikiran saya lagi!
Mata saya mengawasi sudut ruang di sebelah kiri dengan harapan untuk bisa melihat seorang dokter lain yang baru menggunakan sebuah mesin ‘Defibrilator’ untuk merangsang ritme jantung saya.
Saya ingin memastikan, bahwa di sana ada seseorang yang kedua tangannya sedang menggenggam alat medis tersebut, karena ia baru saja menggunakannya untuk menyetrum dada saya, dengan tujuan untuk ‘membangkitkan’ saya kembali dari ‘coma’ (mati suri).
Tetapi setelah mengawasi daerah di sekeliling saya dengan lebih seksama lagi, ternyata saya tidak bisa melihat seorang pun yang sedang berdiri di samping kiri saya!
“Jadi, … bagaimana aku bisa menjadi sadar dan bernafas lagi? Yang pasti … bukan mereka yang menyebabkannya!” Pikiran saya dibanjiri lagi oleh pertanyaan-pertanyaan penuh kebimbangan: “Apakah aku benar-benar telah bertemu dengan Tuhan? Bukankah sering kali dengan sarkastik sekali aku mencemoohkan, bahwa jika aku bisa melihat Dia, barulah aku mau percaya. Jadi sekarang, ... setelah aku menemui-Nya, apakah yang harus kulakukan?”
Di tengah-tengah segala keragu-raguan dan ketidak-percayaan tersebut, saya mendengar Ia berkata lagi penuh kesabaran: “Ian, jika engkau mengijinkan Aku bekerja di dalam hidupmu, engkau akan menjalankan kehidupan yang kudus bagi-Ku!”
(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)
SEKILAS DARI KEABADIAN (31)
Kesaksian Ian McCormack
KARUNIA KESEMBUHAN INSTAN
No comments:
Post a Comment