Kesaksian Ian McCormack
Oleh: John Adisubrata
KEBENARAN FIRMAN TUHAN
“Akulah pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemui padang rumput.” (Yohanes 10:9)
Malam pertama ketika saya masih beristirahat di dalam kamar, tiba-tiba saya terjaga dari tidur di tengah malam buta dengan keringat-keringat dingin yang bercucuran membasahi seluruh tubuh saya.
Duduk di tepi tempat tidur dengan hati gundah saya berseru kepada-Nya: “Tuhan, … mengapa hatiku merasa gelisah sekali? Katakanlah apa yang harus kulakukan sekarang?”
Saat itu juga Ia memerintahkan: “Ian, sekarang sudah tiba waktunya bagimu untuk membaca dan mempelajari isi Alkitab.”
Setelah meminjam dari ayah saya, malam itu saya mulai membacanya. Ternyata dalam waktu enam minggu, saya berhasil mempelajari segenap isi firman Tuhan dari halaman yang pertama sampai halaman yang terakhir.
Selama itu saya tidak pernah mau berpisah darinya. Ke manapun saya pergi, buku itu selalu berada di dalam genggaman tangan saya.
Ibu saya menjadi kuatir melihat tingkah laku saya, karena semenjak menetap di rumah lagi, saya gemar sekali menyendiri. Pada suatu hari ia menegur saya: “Ian, apakah engkau akan terus menghindari ajakan-ajakan sahabat-sahabatmu untuk pergi ke luar bersama mereka di malam minggu?”
Jawaban yang saya berikan membuat air matanya mengalir turun membasahi pipi-pipinya: “Mama, yang terpenting bagiku sekarang adalah kebenaran firman Tuhan. Aku ingin mengetahui, siapakah Dia yang sudah menciptakan alam semesta ini? Aku ingin mengenal dan menelusuri segala rencana-rencana-Nya, karena aku sudah berjanji kepada Tuhan, bahwa mulai saat pertemuanku dengan-Nya itu, aku akan hidup sesuai dengan kehendak-kehendak-Nya.”
Saya tahu, jawaban saya bukan hanya mengharukan hatinya saja, tetapi sudah membuat ia merasa bahagia sekali. Melalui pertobatan dan perubahan sikap hidup saya, ia mendapat kepastian, bahwa paling sedikit, permohonan doa yang dipanjatkan olehnya bertahun-tahun lamanya bagi kami sekeluarga, sebagian sudah dijawab dan dipenuhi oleh Tuhan.
Ketika membaca ayat-ayat pertama yang mengawali Kitab Kejadian, saya menjadi tertegun sekali: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, …” (Kejadian 1:1-2a)
Hati saya tersentak, karena teringat akan tempat gelap menakutkan yang pertama-tama saya ‘kunjungi’ pada detik-detik kematian saya. Saya melihat dan merasakan kepekatan atmosfir mengerikan yang menguasai daerah itu. Suatu tempat gelap gulita yang dingin sekali, yang terpisah total dari segala sumber-sumber cahaya yang saya ketahui, ... tempat yang saya ketahui dengan pasti, dihuni oleh roh-roh yang amat jahat! Nyaris sekali saya dihukum di sana, di tengah-tengah mereka, terasingkan dari kasih karunia Tuhan untuk selama-lamanya!
“… dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, …” (Kejadian 1:2b-4a)
Kembali saya bisa memahami pengertian ayat-ayat tersebut. Sinar terang itu bukan hanya baik saja, tetapi baik sekali! Bahkan berdasarkan kejadian-kejadian yang saya alami sendiri, … sinar itu luar biasa baiknya!
“… lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.” (Kejadian 1:4b)
Saya juga segera bisa memahami makna ayat tersebut! Terang itu sama sekali terpisah dari gelap! Saya telah melihat, bahkan mengalaminya sendiri! Dan kedua tempat yang amat kontras tersebut dihubungkan oleh sebuah terowongan sinar yang amat panjang. Melalui lorong itulah saya sudah bertemu dengan Tuhan, Sumber Cahaya Yang Mahadahsyat, Pencipta segenap alam semesta ini!
Ketika saya membaca keempat Injil Perjanjian Baru, saya segera mengenali ciri-ciri karakter Tuhan Yesus Kristus melalui ajaran-ajaran-Nya yang diabadikan di sana. Ajaran yang selalu berpusat pada KASIH.
Begitu juga keajaiban-keajaiban yang sudah Ia lakukan selama masa-masa pelayanan-Nya yang singkat di dunia. Saya bisa menghayatinya, karena banyak sekali tindakan-tindakan-Nya yang penuh kasih, yang dikisahkan di sana, pernah saya alami sendiri pada malam bersejarah tersebut. Rasul Yohanes mencatat di dalam Injil pernyataan Tuhan Yesus kepada para pengikut-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12)
Membaca tentang pengampunan dosa dan kasih karunia yang Tuhan berikan secara cuma-cuma kepada semua umat yang dari semula sudah dipilih oleh-Nya, air mata saya mengalir bercucuran tak terkendalikan lagi.
Lebih dari 14 tahun lamanya saya tidak pernah menangis seperti itu. Tangisan yang berlangsung lama sekali, yang meluapkan ke luar segala masalah, persoalan, penderitaan, kekecewaan, kepahitan dan lain sebagainya, yang tanpa saya ketahui … semenjak dahulu selalu terpendam dan tersembunyi di dalam hati saya.
Seakan-akan melalui kuasa Roh Kudus, Tuhan sedang membebaskan diri saya dari belenggu-belenggu ikatan dosa yang tidak pernah saya sadari sebelumnya.
Rasul Paulus menulis di Roma 10 ayat ke-13: “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”
Ayat itu mengingatkan saya akan penglihatan yang terjadi di dalam ambulans, di mana melalui pertolongan Tuhan sendiri saya menerima kesempatan yang pertama untuk bisa berdoa dan memanggil nama-Nya. Hanya oleh karena berkat kasih karunia Tuhan yang tidak terbatas saja, saya berhasil menerima kesempatan yang ajaib dan luar biasa tersebut!
Selain itu saya juga bisa menghayati perasaan rasul Yohanes! Ketika membaca kitab Wahyu, saya yakin, pertemuannya dengan Tuhan Yesus Kristus yang digambarkan olehnya di sana, meskipun tidak sama persis, sangat identik dengan pertemuan yang saya alami pada saat kematian saya.
Rasul Yohanes melukiskannya: “Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api.” (Wahyu 1:13-14)
Begitu juga pengertian ayat-ayat yang ditulis olehnya: “Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.” (Wahyu 22:1-2)
Gambaran kesejahteraan dan keindahan sebuah planet baru yang tertera di dalam kitab tersebut adalah detil-detil panorama planet yang sama, yang telah saya saksikan di balik lubang besar terbuka yang saya ketahui dengan pasti, adalah tempat yang disediakan oleh Tuhan bagi mereka yang mengasihi-Nya!
Suatu tempat yang abadi, di mana pada suatu saat saya dan semua umat Tuhan lainnya, yang sudah ditebus dan diselamatkan oleh-Nya, akan hidup bersama-sama diliputi oleh kedamaian dan sukacita di bawah naungan kasih Tuhan yang tiada batasnya.
Saya yakin sekali, pengalaman yang saya uraikan di dalam buku ini adalah bukti kenyataan kasih karunia dan janji-janji Allah yang harus saya bagikan kepada setiap orang. Dialah yang mengutus saya untuk memberitakannya ke seluruh dunia, ... mengenai keberadaan-Nya, bahkan keberadaan sorga dan neraka!
Allah mengasihi kita semua, dan Ia ingin agar semua orang tidak binasa, melainkan beroleh kehidupan yang kekal.
Dan saya juga yakin sekali, dalam waktu dekat saya akan berjumpa lagi dengan-Nya, muka dengan muka! Hanya kali ini ... saya akan selalu menikmati kasih-Nya, dan juga kehidupan abadi yang sudah diperlihatkan oleh-Nya kepada saya.
Jadi ... bukan hanya mendapat kesempatan untuk menatap KEABADIAN itu SEKILAS saja!
Haleluya! Amin!
(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)
SEKILAS DARI KEABADIAN (35)
Kesaksian Ian McCormack
PENUTUP: NUBUATAN DIGENAPI
No comments:
Post a Comment