Tuesday, May 26, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (7)


Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KEEMPAT: HADIRAT YANG MAHAKUASA

“segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.” (Wahyu 4:2)

Gereja Indonesia tersebut terletak cukup jauh dari daerah tempat tinggal kami. Setiap minggu ibadah mereka dimulai jam 1.00 siang, dan biasanya berlangsung kurang-lebih dua jam lamanya. Kami tiba di sana kira-kira jam 1.15, di mana kami disambut dengan ramah oleh para penerima tamu di ambang pintu. Mereka mengantar kami masuk ke dalam ruang gereja untuk mencarikan tempat-tempat duduk yang masih kosong.

Atas kehendak kami berdua, karena merasa sungkan sudah datang terlambat, kami memilih tempat-tempat duduk yang terletak jauh di belakang, di sebelah kanan ruangan.

Ruang gereja yang cukup besar tersebut diisi dengan tiga deretan bangku-bangku panjang, yang dipisahkan oleh dua lorong di mana orang-orang bisa berlalu-lalang dengan bebas. Kalau tidak salah di deretan tengah, dua bangku tersebut disambung menjadi satu, untuk menyediakan jemaat tempat-tempat duduk yang lebih banyak. Setiap bangku bisa memuat paling sedikit tujuh orang. Kami bertiga duduk di deretan bangku-bangku yang sebelah kanan, ketiga dari yang paling belakang. Di deretan di depan bangku kami ada kira-kira tujuh bangku yang semuanya sudah diduduki oleh para pengunjung.

Siang itu ruang gereja tersebut dipenuhi oleh banyak orang. Tampak penuh sesak sekali, membuat suasana ibadah di sana tampak jauh lebih meriah lagi. Mungkin kedatangan para artis VOG dan The True Worshippers sebagai tamu-tamu agung mereka sudah berhasil menarik ke sana banyak sekali pengunjung-pengunjung baru seperti kami, yang sebenarnya bukan jemaat regular mereka.

Ketika kami bertiga baru saja memasuki ruangan itu, saya bisa segera mengenali irama lagu pujian yang sedang mereka nyanyikan di sana. Semalam, di Brisbane City Hall, saya sudah mendengar lagu tersebut dibawakan oleh mereka.

Selain menyadari hal itu, pada waktu saya menginjakkan kaki di dalam ruang gereja Indonesia tersebut untuk pertama kalinya, saya juga bisa merasakan sesuatu yang amat ‘asing’, yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata sedang terjadi, baik di dalam ruangan itu (atmosfirnya), maupun yang sedang bergejolak di dalam tubuh (diri pribadi) saya.

Saya merasa bingung, … kikuk sekali dengan suasana meriah yang sedang berlangsung di sana. Entah mengapa, hati saya merasa amat tidak ‘sejahtera’ ketika memasukinya. Mungkin sepatah kata yang kurang tepat untuk dipergunakan di situ, tetapi … kurang-lebih perasaan itulah yang saya alami. Apakah disebabkan oleh karena sikap saya yang sedari dahulu sudah antipati sekali dengan gereja itu, atau ada sesuatu yang tidak saya kenal di dalam ruangan tersebut yang menyebabkan saya merasa, bahwa tidak seharusnya saya berada di tempat itu.

Terus terang saja, sampai saat ini saya masih tetap tidak bisa melukiskannya dengan tepat, apa yang pada siang hari itu sedang terjadi pada diri saya, baik di dalam tubuh, maupun di dalam hati saya.

Saya mengalami sesuatu yang jelas bukan berasal dari dunia ini, suatu hal adikodrati, yang entah mengapa, … menyebabkan seluruh tubuh saya terasa asing sekali! Seolah-olah secara tiba-tiba saya mempunyai kemampuan untuk ‘melihat’ apa yang sedang terjadi di dalam ruang gereja itu, yang sebenarnya tidak terlihat secara kasat mata, oleh manusia biasa pada umumnya. Suatu kemampuan, yang saya ketahui dengan pasti, belum pernah saya miliki sebelumnya. Saya menyaksikan di sebelah atas altar gereja, di dalam ruangan yang berplafon cukup tinggi tersebut, sesuatu yang sedang melayang-layang. Entah apa, … sesuatu yang ketika itu tidak bisa saya pahami sama sekali!

Selain itu seakan-akan udaranya dipenuhi oleh suatu kabut putih, seperti kepulan-kepulan asap rokok yang tebal, yang tidak terlihat oleh mata jasmani saya, tetapi bisa saya rasakan, … bisa saya raba dengan ‘perasaan’ hati saya.

Sensasi yang saya alami tersebut timbul dan lenyap secara bergantian, membuat hati saya menjadi semakin merasa tidak tenang saja, … berusaha untuk memahami sebab-musababnya.

Ada apa ini?” Pikir saya dengan hati gelisah.

Dan, … seperti kejadian-kejadian lainnya yang berturut-turut saya alami semalam dan sepanjang pagi hari beberapa jam sebelumnya, tentu saja pada waktu itu saya masih belum mampu untuk memahami apa yang sedang (dan akan) terjadi pada diri saya! Terutama … impact luar biasa yang akan mempengaruhi kehidupan kami sekeluarga sesudahnya!

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (Ayub 42:5-6)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (8)
Kesaksian John Adisubrata

KEAJAIBAN KELIMA: THE LORD’S PRAYER

No comments: