Friday, April 24, 2009

Semuanya adalah Kasih Karunia (2)


Kesaksian John Adisubrata

DOMBA YANG SESAT

“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.” (Efesus 2:1-2)

Entah mengapa, atau berasal dari mana, saya tidak bisa menudingnya secara tepat, apa atau siapa yang sudah berhasil menyebabkan saya mau mempercayainya, tetapi … semenjak kanak-kanak saya sudah merasa yakin, bahwa di samping alam yang nyata ini ada suatu ‘alam’ lain yang tidak tampak secara kasat mata. Alam di mana PRIBADI-PRIBADI yang jauh lebih tinggi berdiam dan berkuasa atas dunia ini. Sebelum kami sekeluarga akhirnya memeluk agama Kristen, meskipun masih samar sekali, saya sudah percaya, bahwa Tuhan itu benar-benar ada.

Saya adalah anak terbungsu dari lima bersaudara yang dibesarkan di dalam sebuah rumah tangga yang diberkati oleh Tuhan dengan keharmonisan hidup. Jelas kedua orang tua kami bukan ayah dan ibu yang sempurna, tetapi saya harus mengakui dengan jujur, bahwa selama masa pertumbuhan saya mereka selalu memberikan teladan-teladan hidup yang bijak kepada anak-anaknya. Mereka berpaling kepada Kristus ketika saya masih berusia muda sekali.

Sejauh ingatan saya, mereka selalu aktif terlibat di dalam berbagai kegiatan gereja lokal kami. Berpuluh-puluh tahun lamanya, dengan tekun dan setia mereka melayani di sana. Selain anak sulung mereka yang memilih untuk memeluk agama Katholik, kami berempat adik-adiknya mengikuti teladan mereka, beribadah dan dibaptis di sebuah gereja Protestan (GKI) di dekat rumah kami di kota Surabaya.

Setelah dewasa saya menjadi percaya, bahwa hal-hal supranatural seperti: kesembuhan instan, kepenuhan Roh Kudus, karunia berbahasa roh, bernubuat, mengusir Setan dan lain sebagainya, adalah mujizat-mujizat yang terbatas hanya terjadi di masa-masa yang telah silam saja. Saya yakin, peristiwa-peristiwa penuh keajaiban yang terjadi dan dicatat di dalam Alkitab tidak mungkin dialami oleh umat kristiani masakini. Karena itu, meskipun sudah percaya pada Tuhan, saya juga tidak mau menentang kenyataan, bahwa logika-logika yang sehat masih harus terus dipergunakan. Saya percaya, segala sesuatu yang terjadi harus bisa dibuktikan terlebih dahulu untuk bisa diakui kebenarannya.

Melewati masa-masa sekolah berjarak jauh di luar tanah air, sebagai seorang mahasiswa muda yang berasal dari keluarga yang cukup ketat didikannya, saya tahu, bahwa saya sangat membutuhkan bimbingan di bidang kerohanian. Sepanjang awal tahun-tahun perantauan di negeri orang, tanpa menyadarinya sendiri, saya terus berusaha untuk menemukan kebenaran dan makna hidup saya. Saya mencoba mempelajari firman Tuhan, bahkan ikut melibatkan diri di dalam kegiatan-kegiatan sebuah perkumpulan Kristen yang menampung pelajar-pelajar yang datang dari berbagai negara.

Tetapi bimbingan yang bertitik-berat pada ketrampilan berorganisasi, dan bukan kerohanian para anggotanya, menyebabkan saya berusaha mencari kebenaran tersebut dari sumber yang berbeda. Akibatnya, selama dua tahun saya menjadi terlibat dengan ajaran Saksi Yehuwa. Melalui ketekunan para pengikutnya yang mau mengorbankan waktu mengajar saya, untuk pertama kalinya saya mempelajari isi Alkitab secara rutin. Dengan rajin, sabar dan setia mereka membimbing saya secara pribadi, setiap minggu pada hari-hari yang sama, menelaah isi firman Tuhan, tetapi versi mereka. Terus terang saja, saya merasa sangat kagum akan komitmen mereka di dalam melayani kebutuhan saya. Saya juga menghargai pengetahuan mereka, akan kecekatan mereka di dalam menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan mengenai ayat-ayat yang ada di dalam Alkitab.

Sekarang saya baru menyadari, bahwa sebenarnya dari dahulu saya sudah mempunyai kerinduan yang besar untuk mencari dan mengenal Tuhan, Pencipta saya. Sebutir bibit iman yang sudah semenjak kanak-kanak ditanam oleh-Nya di dalam hati saya secara diam-diam, sedang berusaha mencari jalan untuk tumbuh dan bertunas. Namun oleh karena keadaan lingkungan yang tidak mengijinkannya, saya tidak pernah mendapatkan kesempatan itu.

Akhirnya tanpa saya sadari sendiri, saya sudah menerima ajaran-ajaran yang keliru, yang amat berlawanan dengan kabar baik firman Tuhan yang sebenarnya. Salah satu di antaranya adalah penolakan mereka akan keberadaan neraka. Ajaran inilah yang akhirnya mempengaruhi diri saya untuk mengambil keputusan yang tetap, yaitu: Berhenti mencari Tuhan dengan meninggalkan Dia sama sekali!

Kalau neraka sebenarnya tidak ada, dan setiap orang berdosa akhirnya lenyap tak berbekas seperti yang mereka ajarkan kepada saya, berarti hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang jahat di akhir zaman hanyalah alasan untuk menakut-nakuti umat manusia saja. Oleh karena itu, mengapa saya harus merasa gentar lagi untuk berbuat dosa? Sebagai konsekuensinya, saya mulai terjun dan mengikuti arus gelombang kehidupan bebas kaum muda-mudi yang sudah dihalalkan oleh dunia di sekitar saya.

Tak terasa … waktu berlalu dengan pesat sekali!

Sementara saya terus berpetualangan di dunia yang cemar ini, kedua orang tua saya tetap rajin melayani di gereja lokal kami, menabur benih-benih kasih di ladang Tuhan dengan setia. Setiap hari secara rutin mereka menyerahkan anak-anak mereka kepada-Nya di dalam doa-doa syafaat yang mereka panjatkan untuk kami berlima. Di sinilah makna kuasa doa dibuktikan oleh Tuhan sendiri kepada saya! Bahwa Ia mendengar dan selalu mengabulkan doa-doa orang-orang yang sudah dibenarkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib, mereka yang selalu berdoa sesuai dengan rencana-Nya, yaitu melihat umat yang dikasihi bertobat dan berpaling kembali kepada-Nya!

Saya mempunyai keyakinan yang amat besar, bahwa doa-doa mereka disertai benih-benih kasih yang mereka taburkan di ladang Tuhan dengan setia selama itu, tidak berakhir dengan sia-sia. Anak-anak merekalah yang menuai hasilnya!

Karena tanpa sebenarnya merasa layak untuk menerima anugerah yang begitu besar, saya dikaruniai oleh Tuhan seorang istri yang semenjak kecil sudah mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh. Ternyata di luar kesadaran saya sendiri, jumlah pasukan pahlawan-pahlawan pendoa syafaat bagi keselamatan hidup saya menjadi semakin bertambah besar! Tetapi, tentu saja pada waktu itu saya tidak mengetahui, … apalagi menghargai anugerah tersebut!

Entah berapa lama istri saya sudah berdoa bagi pertobatan saya? Yang pasti, oleh karena kasih setia-Nya pada umat yang takut kepada-Nya, … akhirnya Tuhan mengabulkan permohonan mereka dengan mencurahkan kasih karunia-Nya yang luar biasa kepada saya! Tanpa tanggung-tanggung lagi Ia mengirimkan tim-Nya dari Indonesia untuk memanggil diri saya!

Di sinilah kisah keajaiban kasih karunia Tuhan yang hendak saya bagikan kepada Anda sekalian diawali!

Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, …; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.” (Yehezkiel 34:16)

(Bersambung)

SEMUANYA ADALAH KASIH KARUNIA (3)
Kesaksian John Adisubrata

THE TRUE WORSHIPPERS: VOICE OF A GENERATION

No comments: