Saturday, December 6, 2008

Fenomena Australia (1)


'HILLSONG CHURCH'

Oleh: John Adisubrata

LAGU PENYEMBAHAN TERUNIK MASAKINI

Pada waktu Hillsong Church di kota Sydney, Australia, memproduksi album puji dan sembah berkesinambungan dengan konferensi mereka di tahun 1997, yang sangat dikenal oleh dunia musik gereja di seluruh dunia: All Things are Possible, Ps Brian Houston, gembala sidang Gereja Hillsong mengungkapkan kerinduan hatinya melalui suatu pernyataan di awal rekaman video mereka.

Ia berkata, bahwa Hillsong Church mempunyai suatu ambisi yang amat muluk untuk ... 'pada suatu saat menjadi sebuah gereja yang besar, terlalu besar untuk diabaikan begitu saja oleh masyarakat (sekuler) dunia'. Ternyata ungkapan isi hatinya tersebut laksana nubuatan seorang nabi Allah, yang pada waktu diucapkan, membekas di dalam hati para penggemar musik 'praise and worship' di seluruh dunia.

Album lagu-lagu kristiani tersebut dapat memadai ketenaran albumGod is in the House, yang direkam tahun sebelumnya dan berhasil membuahkan banyak sekali lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sangat mengesankan hati para penggemarnya.

Album All Things are Possible dipenuhi oleh lagu-lagu 'praise and worship' dengan irama-irama menarik, seperti: Love You So Much, In Your Hands, Glory to the King, I Know It, dan terutama, yang dipergunakan sebagai judul album mereka: All Things are Possible. Lagu-lagu rohani tersebut sudah berhasil melanda dunia musik gereja di mana-mana, tanpa dapat dihalangi lagi.

Dua tahun sebelumnya ia berkata di akhir rekaman video Friends in High Places, bahwa semua pemusik berbakat yang mengambil bagian di dalam album-album produksi mereka bukanlah pemusik-pemusik terhebat, yang menjadi anggota di dalam jemaat gereja mereka.

Tetapi orang-orang itu adalah individu-individu Hillsong Church yang mau bersatu hati, mengorbankan segala-galanya bagi Kristus, bersama-sama menjadi saksi dengan tujuan untuk meninggikan nama-Nya melalui lagu-lagu gubahan mereka - "..., supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, ..." (1 Samuel 17:46c)! Sebuah ayat yang menjadi motto dasar tujuan utama produksi-produksi musik rohani mereka, yang sudah disesuaikan dengan keadaan umat percaya di dunia masakini.

Jadi fokus utama Gereja Hillsong adalah ... memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus, dan bukan ... mempromosikan primadonna-primadonna 'praise and worship' baru yang ingin dikagumi di dalam tubuh Kristus.

Semenjak album pertama mereka: The Power of Your Love, diluncurkan pada tahun 1992, gereja-gereja lokal di Australia, dan juga di negara-negara tetangga sekitar benua tersebut, sudah tidak bisa mengabaikan lagi musik kristiani yang diproduksi oleh Gereja Hillsong. Karena lagu-lagu yang terdapat di dalamnya sudah menjadi langganan gereja-gereja yang lain, dipergunakan di dalam acara-acara ibadah mereka, diselipkan di antara lagu-lagu Hymne yang biasanya dinyanyikan oleh mereka.

Setiap tahun album-album produksi Hillsong Church selalu mengemukakan lagu-lagu pujian dan penyembahan unik yang berbeda-beda, yang mampu meraih 'audiences' yang baru, serta menjamah hati orang-orang percaya dari pelbagai denominasi-denominasi Kristen. Produksi-produksi musik 'praise and worship' mereka berhasil menjangkau ke luar benua Australia, masuk ke daerah Asia Pasifik, bahkan melanda pasaran musik kristiani beberapa negara di sekitarnya yang biasanya merupakan pangkalan produksi musik-musik seperti itu.

Dari lagu Jesus Lover of My Soul di album mereka yang kedua, sampai lagu klasik I Give You My Heart yang merupakan 'trademark' album mereka yang kelima: God is in the House, muncul lagu-lagu baru lainnya yang jelas tidak dapat diabaikan begitu saja oleh masyarakat Kristen pada umumnya, baik di Australia maupun negara-negara yang lain di sekitarnya.

Untuk pertama kalinya, di dalam album God is in the House diperkenalkan nama seorang anggota tim pemusik baru Gereja Hillsong yang masih berusia muda sekali. Sedikit yang mereka ketahui pada saat itu, bahwa Reuben Morgan, penggubah lagu: I Give You My Heart, adalah utusan Tuhan untuk mempersiapkan tim pemusik mereka memasuki era yang baru menjelang abad yang ke-21. Tetapi yang pasti, semenjak saat itu ia telah mempengaruhi arah haluan semua produksi-produksi rekaman musik gereja yang amat termasyhur ini.

Tidak dapat dielakkan lagi, lagu-lagu karya mereka diterjemahkan di negara-negara lainnya, baik secara resmi ataupun tidak. Tim-tim pemusik gereja-gereja lain di mana-mana mencoba untuk meniru dan memproduksi gaya irama dan penyajian musik mereka yang amat unik tersebut. Kendatipun demikian, tidak ada satupun di antara mereka yang berhasil untuk 'bisa' menerima urapan sebesar yang diberikan oleh Tuhan kepada Hillsong Church. Ada yang meminta ijin terlebih dahulu, karena mereka menghargai peraturan-peraturan hak cipta yang ada, tetapi lebih banyak lagi yang berani menterjemahkan lagu-lagu karya mereka secara diam-diam, bahkan ... 'membajak'-nya tanpa merasa malu atau sungkan.

Di Indonesia lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sering dinyanyikan di dalam ibadah-ibadah gereja, seperti: Kub'rikan Hatiku, Kucinta Kau, Penebusku Hidup, Engkau Kudus, Hadirat-Nya di Sini, Betapa Kumengasihi-Mu atau Ku b'ri Syukur adalah sebagian saja dari banyak sekali lagu-lagu terjemahan bebas yang berasal dari album-album mereka.

Lagu Shout to the Lord dari album mereka yang ketiga: People Just Like Us, hasil karya pena pemimpin (pendeta) 'praise and worship'Hillsong Church, Ps Darlene Zschech, sangat diakui oleh dunia musik kristiani masakini sebagai salah satu lagu penyembahan kontemporer terunik, yang sudah dapat dikategorikan termasuk di dalam seluruh daftar lagu-lagu Hymne yang paling populer sepanjang masa.

Tahukah Anda, bahwa ... Shout to the Lord adalah sebuah lagu penyembahan yang paling sering dinyanyikan oleh orang-orang percaya di dalam ibadah-ibadah gereja atau pertemuan-pertemuan kristiani di seluruh dunia saat ini? Setiap detik di salah satu bagian pelosok bumi, selalu ada orang-orang Kristen yang sedang bersama-sama menyembah Tuhan, menyanyikan lagu penuh 'kuasa' tersebut.

Melalui hasil penelitian data statistik yang dikumpulkan tahun 2002, ketenaran lagu Shout to the Lord hanya berada sedikit di bawah ketenaran lagu Hymne abadi: Amazing Grace, karya John Newton, semenjak lagu tersebut diciptakan dua abad yang lalu.

Ps Phil Pringle, gembala sidang Christian City Church, gereja terbesar lainnya di kota Sydney, mengatakan di dalam khotbahnya melalui acara televisi awal tahun 2003, bahwa tidak akan memakan waktu terlampau lama lagi, ketenaran lagu Shout to the Lord pasti akan melampaui ketenaran lagu Amazing Grace.

Ungkapannya itu mudah sekali untuk dipahami berdasarkan kecepatan naiknya ketenaran mereka, mengingat akan besarnya perbedaan jangka waktu yang telah di lalui oleh kedua lagu penyembahan tersebut, semenjak mereka digubah dan dinyanyikan oleh jemaat-jemaat gereja di seluruh dunia untuk pertama kalinya.

Selama ini lagu Amazing Grace selalu menduduki tingkat yang tertinggi, sebagai sebuah lagu kristiani yang paling banyak (sering) dipergunakan oleh orang-orang percaya di dalam acara-acara ibadah gereja.

(Bersambung)

FENOMENA AUSTRALIA (2)
'HILLSONG CHURCH'

GONCANGAN PERTAMA

No comments: