Wednesday, December 17, 2008

Kasih: I Want to Know What Love is (1)


Oleh: John Adisubrata

ADA APA DENGAN CINTA?

"Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai KASIH, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing." (1 Korintus 13:1)

Dari masa ke masa di setiap bagian penjuru bumi selalu tercipta lagu-lagu baru dengan tema klasik mengenai cinta, lagu-lagu yang sering kali menggambarkan kerinduan seseorang untuk mengutarakan isi hatinya kepada seorang kekasih idamannya. Tidak jarang lagu-lagu tersebut juga dibubuhi syair-syair berbau cengeng, yang melukiskan penderitaan-penderitaan yang harus dilalui seseorang oleh karena: tertolaknya cinta, rasa duka gara-gara cinta yang bertepuk sebelah tangan, retaknya hubungan kasih yang mengakibatkan perpisahan, bahkan perceraian di dalam keluarga.

Di Amerika Serikat syair lagu-lagu semacam itu mudah sekali ditemukan melalui musik-musik berirama ‘Country Western', yang sering kali menjadi bahan tertawaan para penolaknya. Di Jerman lagu-lagu tersebut dijuluki dengan suatu nama ejekan: ‘Die Schnulze'.

Yang paling menakjubkan, hingga sekarang lagu-lagu cengeng seperti itu masih mempunyai banyak penggemar di Indonesia. Pada zaman penjajahan pra-1945 lagu-lagu tersebut biasanya hanya diwakili oleh musik yang berirama ‘Keroncong'. Tetapi semenjak dasawarsa ke-70 mereka juga melanda dunia musik Indonesia melalui lagu-lagu yang berirama populer lainnya.

Apakah lagu-lagu bernada dan bersyair cengeng mengenai cinta, bahkan mengenai segala masalah yang dimulai oleh cinta, sebenarnya menjadi sukses oleh karena para penggemarnya bisa menghayati kesejajaran syair-syairnya dengan pengalaman-pengalaman atau masalah-masalah hidup mereka sendiri?

Pernahkah Anda mendengar dan memperhatikan syair sebuah lagu ‘rock' berjudul ‘I Want to Know What Love is' (Aku Ingin Mengetahui Arti Kasih) yang sangat ‘ngetop kurang-lebih pertengahan dasawarsa ke-80 yang lalu? Lagu tersebut memperdengarkan irama sangat manis dengan nada-nada minor, diiringi kata-kata lirih yang dengan jitu sekali dapat menyentuh dan menyayat-nyayat hati para pendengarnya.

Apakah lagu ‘I Want to Know What Love is' sebenarnya melukiskan kehidupan seseorang yang sedang dilanda kesepian, lalu berupaya untuk menemukan MAKNA KASIH yang sejati dari seorang kekasih idamannya? Atau, ... apakah syair lagu sangat ‘catchy' tersebut mempunyai suatu arti yang jauh lebih dalam lagi, sehingga dapat membongkar rahasia kerinduan hati manusia akan MAKNA HIDUP yang lebih berarti, di tengah-tengah arus gelombang kehidupan yang bergejolak tak menentu ini?

Yang pasti irama refrein lagu ‘ballad' ciptaan Mick Jones, pemain gitar utama rock group ‘Foreigner', telah mengungkapkan suatu syair yang berulang kali memaparkan kerinduan hatinya untuk mengetahui kebenaran makna kasih yang sejati. Perhatikanlah dengan seksama arti sebenarnya yang tersembunyi di balik setiap kata kasih di dalam refrein lagu yang ditulis oleh pena pemusik berbakat ini:

I want to know what love is (Aku ingin mengetahui arti kasih)
I want you to show me (Aku ingin agar engkau menunjukkannyakepadaku)
I want to feel what love is (Aku ingin merasakan kebenaran kasih)
I know you can show me (Aku tahu engkau sanggup menunjukkannya kepadaku)

Perhatikanlah juga syair yang dipergunakan di dalam ‘bridge' lagu tersebut, yang meneriakkan rasa putus asa yang diderita olehnya:

In my life there's been heartache and pain (Di dalam hidupku ada kepiluan dan derita)
I don't know if I can face it again (‘Ku tak tahu apakah aku mampu menghadapinya lagi)
Can't stop now, I've travelled too far (Tak bisa berhenti sekarang, ‘ku t'lah berkelana terlampau jauh)
To change this lonely life (‘Tuk mengubah hidup yang kosong/sepi ini)

Tak dapat dibantah, lagu tersebut telah mengemukakan suatu kenyataan hidup masyarakat dunia pada masa itu. Bahkan yang pasti, inti syairnya masih tetap relevan sampai sekarang untuk menyingkapkan rahasia kehampaan hidup yang diam-diam selalu tersembunyi di dalam hati para penggemarnya!

Amsal raja Salomo yang menyinggung masalah ini, mengatakan: "Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka." (Amsal 25:20)

Setiap generasi, baik yang sudah berlalu maupun masakini, pasti akan melewati masa-masa genting, di mana mereka terus berusaha untuk menelusuri di dalam kehidupan mereka arti kasih yang sesungguhnya. Kendatipun di luar kesadaran mereka sendiri, yang sebenarnya amat mereka dambakan adalah makna dan tujuan hidup itu sendiri!

Melalui media dunia, masyarakat mengajarkan kepada umat manusia untuk mencari makna hidup sesuai dengan standar-standar yang sudah ditentukan olehnya, yaitu: mendahulukan kepentingan diri sendiri, mengabaikan moral hidup, penampilan yang ‘sempurna', harta kekayaan yang berlebih-lebihan, kedudukan karir yang dapat meningkatkan status di mata masyarakat, kekuasaan yang semena-mena, penghargaan dan sanjungan manusia, serta segala sesuatu yang dapat menaikkan harga diri sendiri. Semua itu merupakan syarat-syarat utama di dalam kesemuan arti makna hidup yang diajarkan oleh masyarakat dunia kepada ‘para' penduduknya. Jadi makna hidup yang bersifat egosentris sekali!

Lagu ballada yang dialunkan oleh suara khas penyanyi tenar Lou Gramm, pelopor rock group Foreigner, telah jitu mengemukakan secara terbuka sekali kondisi hati manusia yang sebenarnya, yang terus-menerus berusaha menemukan sesuatu untuk memenuhi kekosongan hidup mereka yang tak pernah terpuaskan. Kehidupan hampa yang mengakibatkan rasa pilu dan sedih, yang tidak jarang memaksa mereka untuk bertindak nekat, mengambil jalan pintas sebagai satu-satunya cara untuk mengatasi, atau mengakhiri kepedihan hati mereka.

Berbeda sekali dengan lagu-lagu cengeng mengenai cinta yang sering kali menimbulkan rasa jemu di dalam hati kala mendengarkannya berulang-ulang kali, lagu ‘I Want to Know What Love is' mampu memberikan suatu ‘message' yang amat relevan, dengan menuding secara jitu sekali masalah kehidupan umat manusia sepanjang masa. Terutama bagi kaum muda-mudi yang sedang memburu makna kasih yang murni, yang menurut dugaan mereka, adalah jawaban mutlak bagi kebahagiaan hidup yang sejati.

Oleh karena itu, pada saat diluncurkan untuk pertama kali di bulan Januari 1985, lagu ‘I Want to Know What Love is' dapat segera menjamah hati setiap pendengarnya secara masal, yang mengakibatkan lagu tersebut dengan mudah serentak menduduki tingkat penjualan ‘single' per keping tertinggi ‘music charts' (No 1) di seluruh dunia. Selain meraih kedudukan itu di Australia, lagu tersebut juga berhasil melanda tangga lagu-lagu ARIA (Australian Record Industry Association) - Top 50' selama berpuluh-puluh minggu!

Sebuah lagu yang jelas dapat mengemukakan rahasia isi hati para pendengarnya, yang selalu merindukan KASIH yang dapat memuaskan serta membebaskan diri mereka dari rasa takut atau kuatir akan masa depan yang tidak terduga. Tetapi kenyataan yang harus diakui, usaha untuk menemukannya menggunakan standar-standar yang sudah ditentukan oleh masyarakat dunia sambil mengandalkan kekuatan diri sendiri, akan selalu berakhir dengan kekecewaan, karena semua itu sia-sia belaka.

Jadi, ... ada apa sebenarnya dengan CINTA?

Salah satu dari tulisan-tulisan rasul Petrus yang dicatat di dalam firman Tuhan mengenai kesia-siaan dan kekosongan hidup manusia, mengatakan: ‘Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.' (1 Petrus 1:24-25)

"sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14)

(Bersambung)

KASIH:
‘I WANT TO KNOW
WHAT LOVE IS' (2)

MEMBURU KASIH

No comments: