Oleh: John Adisubrata
TELADAN OPTIMAL
“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” (Ibrani 2:9)
Rasul Paulus menganjurkan jemaat di Korintus untuk selalu meneladani beberapa tindakan penyesuaian yang dilakukan olehnya, pada saat ia mengabarkan Injil kepada orang-orang yang memerlukannya. Salah satu teladan yang ia tulis: “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.” (1 Korintus 9:20)
Dan ia mengakhiri tema yang sama dengan sebuah nasihat sangat penting: “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1Korintus 11:1)
Di situ rasul Paulus ingin mengingatkan, bahwa contoh tindakan paling relevan dan ‘ultimate’ sepanjang masa, yang harus diteladani oleh semua orang, adalah pengorbanan dan penyesuaian status yang sudah dilakukan oleh Kristus 2000 tahun yang lalu, khusus untuk menyelamatkan hidup segenap umat manusia. Teladan penyesuaian yang berakhir dengan kematian-Nya yang tragis di kayu salib.
Pada waktu itu tindakan pengorbanan Tuhan Yesus tidak dapat dimengerti oleh kedua belas murid dan para pengikut-Nya yang lain, bahkan oleh orang-orang yang sudah pernah melihat dan mengalami mujizat-mujizat yang dilakukan oleh-Nya. Ia telah bersedia meninggalkan segala kemuliaan sorgawi, merendahkan diri-Nya sedemikian rupa, bahkan untuk waktu sejenak saja menjadi lebih rendah dari pada para malaikat. Melalui penyesuaian tersebut Ia ikut merasakan dan mengerti segala perjuangan, penderitaan, godaan dan masalah-masalah yang harus kita hadapi sebagai umat yang mempunyai pengertian dan kemampuan sangat terbatas.
Karena sedari awal, ketika Adam dan Hawa baru saja jatuh dalam dosa, Ia sudah mempersiapkan suatu rancangan yang sempurna untuk menolong, membimbing dan menunjukkan kembali arah jalan keselamatan kepada semua orang yang bersedia mengikuti-Nya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus Kristus sudah datang ke dunia! (Kejadian 3:15, Yohanes 1:1-18)
Rasul Paulus melukiskan pengorbanan Tuhan Yesus di dalam suratnya: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2 Korintus 8:9)
Suatu analogi termasyhur mengenai tindakan pengorbanan Tuhan Yesus yang mudah dimengerti oleh setiap orang, pernah diceriterakan oleh Ev Billy Graham kepada para pengunjung KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) besar-besaran, yang diadakan beberapa puluh tahun yang lalu di Amerika Serikat.
Sampai saat ini ia diakui di dunia sebagai seorang hamba Tuhan yang mempunyai karunia karisma luar biasa, yang bisa mempersatukan pelbagai denominasi gereja, dan juga generasi-generasi dari ‘zaman’ yang berbeda-beda. Karena tema-tema kotbahnya selalu bersifat sederhana dan ‘to the point’, tetapi sangat relevan bagi setiap pendengarnya!
Ia menceriterakan sebuah kiasan mengenai seorang laki-laki yang sedang mengamat-amati suatu barisan semut yang panjang. Semut-semut tersebut sedang beriring-iringan hendak melintasi suatu jalan raya yang amat lebar. Setiap semut mempergunakan naruli serangga mereka masing-masing membuntuti semut-semut yang lain di depannya.
Pria itu mengetahui, bahwa mereka mempunyai satu tujuan saja, yaitu menghampiri sebercak makanan yang terserak di tengah jalan raya, yang dipenuhi oleh lalu-lintas amat padat.
Oleh karena merasa kasihan, mengetahui bahwa semut-semut itu pasti akan hancur binasa tergilas oleh roda-roda kendaraan yang sedang berlalu-lalang di sana, timbullah di dalam hatinya hasrat untuk menolong mereka.
Pertama-tama laki-laki itu berusaha menghalang-halangi semut terdepan yang memelopori barisan, menggunakan telapak tangannya yang besar dan kokoh. Upayanya mengakibatkan semut pelopor tersebut tampak menjadi bingung!
Tetapi … dalam waktu sekejab saja, memakai naruli serangga yang amat sensitif, semut itu berhasil menelusuri tujuannya kembali dengan memutari telapak tangan orang tersebut, diikuti oleh semut-semut yang lain.
Beberapa kali pria itu berusaha menggunakan cara-cara yang lain untuk menghalang-halangi tujuan mereka. Tetapi barisan semut yang panjang tersebut tetap bersikeras, merayap maju menuju ke tengah jalan, ke tempat yang pasti … akan mengakibatkan kebinasaan mereka semua!
Termenung ia memikirkan solusi terbaik yang harus dilakukan, agar makhluk-makhluk kecil yang tidak berdaya itu bisa diselamatkan. Sebagai seorang manusia ia menyadari, bahwa segala jerih payahnya tidak akan bisa terlaksana, karena naruli serangga yang amat terbatas tidak mampu memahami segala tindakan penuh hikmat yang sudah ia lakukan mempergunakan kecerdasan otak manusia yang sempurna!
Tetapi seandainya saja, … ia bisa menjelma menjadi seekor semut yang menyadari bahaya yang sedang menunggu di depan mereka, tentu ia akan mengambil alih pimpinan barisan semut-semut itu, memelopori perubahan arah tujuan dengan menggiring mereka pergi sejauh-jauhnya dari daerah yang sangat berbahaya tersebut.
Kiasan yang dipergunakan oleh Ev Billy Graham ini menjelaskan secara gamblang maksud dan tujuan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia 2000 tahun yang lalu dengan jitu sekali kepada orang-orang yang masih belum memahami arti pengorbanan yang sudah dikerjakan oleh Kristus untuk mereka!
Bagaikan semut-semut yang tidak mengerti makna pertolongan yang ditawarkan oleh laki-laki tersebut, karena mereka hanya memiliki naruli serangga, umat manusia di dunia yang hati nuraninya telah dibutakan oleh tipu-daya Iblis, tidak mampu memahami tindakan-tindakan dan rancangan-rancangan Tuhan bagi keselamatan hidup mereka. Bahkan umat manusia sudah tidak bisa menyadari lagi dosa-dosa yang sedang mereka lakukan, yang pasti akan menggiring mereka semua menuju kebinasaan.
Nabi Yesaya menggambarkan keadaan umat Tuhan pada zamannya seperti ini: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, ....” (Yesaya 53:6a)
Penuh dengan Roh Kudus, Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, menubuatkan kedatangan Tuhan Yesus: “untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.” (Lukas 1:79)
Itulah sebabnya Tuhan Yesus sudah datang ke dunia, merendahkan dan menyesuaikan diri-Nya sedemikian rupa, sehingga Ia menjadi relevan dan sederajat dengan umat ciptaan-Nya sendiri. Bagaikan angan-angan laki-laki di dalam analogi semut di atas, melalui penjelmaan Tuhan Yesus sebagai manusia sepenuhnya, Ia bisa menunjukkan secara pribadi kepada mereka, arah jalan keselamatan bagi semua orang yang bersedia mengikuti-Nya!
Rasul Paulus menggambarkan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus kepada jemaat di Filipi: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:8)
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:5-7)
(Bersambung)
RELEVAN:
KEMARIN, HARI INI DAN BESOK (4)
GENERATION Y
No comments:
Post a Comment