Oleh: John Adisubrata
GENERATION Y
“Pada hari itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, setiap orang dari padamu akan mengundang temannya duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara.” (Zakharia 3:10)
Ketiga kisah sejati sebagai ilustrasi-ilustrasi, dan juga kisah penyesuaian optimal yang telah dilalui oleh Tuhan Yesus melalui analogi yang diceriterakan oleh Ev Billy Graham, melukiskan pentingnya tindakan-tindakan relevan disertai pengorbanan yang harus dilakukan setiap pengikut Kristus untuk bisa mendekati dan meraih mereka yang perlu diselamatkan hidupnya. Syarat yang terutama untuk bisa mengerjakannya, adalah sikap hati yang taat kepada Allah Bapa di sorga.
St Francis dari Assisi, seorang hamba Tuhan yang termasyhur di dunia, tokoh gereja Roma Katholik abad yang ke-12, pernah memberikan suatu teladan penyesuaian hidup yang sangat mengagumkan. Ia meninggalkan status kedudukannya yang tinggi di dalam masyarakat, bahkan rela mengorbankan seluruh warisan harta kekayaan orang tuanya, agar bisa mendekati dan meraih orang-orang miskin yang hidup terlantar di sekitarnya … bagi Tuhan, sesuai panggilan hidupnya.
Begitu pula teladan penyesuaian dan pengorbanan hidup yang luar biasa, yang sudah dilakukan oleh Ibu Teresa berpuluh-puluh tahun lamanya bagi orang-orang yang menderita penyakit kusta di kota Kalkuta, India. Penuh ketaatan sampai ia meninggal dunia pertengahan tahun 1997, Ibu Teresa hidup sederhana sekali dengan suatu tujuan amat mulia, yaitu menolong, merawat dan melayani mereka. Di sana ia mempraktekkan kasih Kristus dengan mengerjakan anjuran yang dikatakan oleh St Francis dari Assisi, 800 tahun sebelumnya: “Injil Tuhan Yesus Kristus harus selalu diberitakan, jika perlu … pergunakanlah kata-kata!”
Umat Tuhan wajib mengetahui, bahwa mereka diutus oleh Kristus untuk memberitakan Injil, yang ditujukan kepada semua orang dari pelbagai bangsa, latar belakang, dan juga generasi. Ketiga kelompok tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan tersendiri yang harus selalu diperhatikan oleh para gembala atau pemimpin-pemimpin gereja. Amsal raja Salomo menganjurkan: “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.” (Amsal 4:7)
Oleh karena itu, PERSATUAN di dalam gereja Tuhan yang dipimpin langsung oleh hikmat dari ‘sorga’ melalui penyesuaian-penyesuaian yang luwes dan penuh pengertian, harus dilaksanakan. Agar para pengunjung yang masih simpatisan, yang biasanya mempunyai sikap kritis terhadap acara-acara ibadah gereja, bisa merasa relevan dan ‘at home’.
Injil Tuhan Yesus Kristus bukan tersedia untuk diberitakan hanya kepada generasi-generasi yang sudah ada di ‘dalam’ gereja-Nya saja, tetapi harus diberitakan ke ‘luar’, agar bisa meraih generasi-generasi baru yang justru paling membutuhkannya. Tuhan Yesus mengatakan, bahwa Air Hidup yang ada di dalam umat-Nya tidak berdiam di sana saja, tetapi akan terus-menerus memancar ke luar. (Yohanes 4:14b)
Pada tahun 1992 sebuah film berjudul: ‘Sister Act’, telah menjadi salah satu dari beberapa movies yang berhasil memecahkan box-office record dasawarsa tersebut. Film yang diilhami oleh peristiwa-peristiwa kebangunan rohani yang sedang terjadi di Amerika Serikat pada saat itu, mengisahkan pengalaman seorang penyanyi ‘nightclub’: Deloris Van Cartier (Whoopi Goldberg), yang di luar dugaannya sendiri menyaksikan pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal olehnya. Pihak polisi harus mengamankannya di dalam biara sebuah gereja Katholik yang terletak di tengah-tengah daerah yang amat rawan.
Gereja tanpa jemaat yang tidak lama lagi akan ditutup itu, mengalami perubahan moral dengan drastis sekali ketika Deloris mengambil alih pimpinan paduan suara mereka. Ia memasukkan ide-ide baru dan modern di dalam penyajian lagu-lagu pujian mereka sesuai dengan generasinya pada saat itu, sehingga sebagai akibatnya, … para pelacur, pecandu-pecandu dan orang-orang pengangguran yang berkeliaran terus di sekitarnya menjadi tertarik pada acara-acara ibadah di dalam gereja tersebut.
Deloris juga berhasil mempengaruhi pemimpin biara yang masih kolot (Maggie Smith) untuk memperkenankan para biarawati gereja tersebut menjalin persahabatan dengan para penduduk di ‘luar’ gereja, sambil melayani kebutuhan-kebutuhan mereka.
Alhasil, … ibadah-ibadah gereja Katholik itu setiap hari Minggu mengalami ‘revival’ yang amat menakjubkan. Kisah itu diakhiri dengan kunjungan Paus sendiri untuk menyaksikan fenomena yang sedang terjadi di sana.
Kendatipun hanya suatu ceritera fiksi belaka, awal tema di dalam film itu, yang disajikan dengan jenaka dan ‘satirical’ sekali, melukiskan status ‘kesehatan’ gereja-gereja di negara-negara blok yang pertama pada saat itu, bahkan sekarang, … dengan cukup akurat!
Jenis-jenis irama musik yang RELEVAN dengan zamannya juga merupakan media yang paling ampuh, yang bisa dipergunakan oleh tubuh Kristus untuk memperkenalkan Injil kepada generasi muda mereka. Dipadukan dengan syair-syair yang bersandar dan berakar sepenuhnya pada kebenaran firman Tuhan, media ini bisa membantu terbentuknya jembatan-jembatan penghubung, yang mempunyai kuasa untuk menjangkau generasi-generasi mereka masing-masing, yang masih berada di ‘luar’ gereja Tuhan.
Dari zaman ‘dahulu kala’ di mana-mana, terutama di negara-negara barat, generasi-generasi yang masih muda belia selalu merasa tertarik akan hal-hal yang bercorak gembira, ramai, meriah dan ‘energetic’. Oleh karena itu, atmosfir ‘pesta’ akan selalu menarik perhatian mereka! Suasana-suasana pesta biasanya mempunyai hubungan sangat erat dengan selera jenis-jenis irama musik yang sedang ‘nge-trend pada zaman tersebut.
Kesimpulannya, … keceriaan atmosfir ibadah-ibadah gereja akan selalu mempesona generasi yang masih muda ini.
Seorang gadis remaja memberi kesaksian di dalam acara penyajian gereja Anglican di Inggris, ‘The Alpha Course’, sebuah program penginjilan populer yang paling modern masakini di negara-negara barat yang sudah mempraktekkan metode ini. Melalui seorang sahabatnya ia menerima undangan untuk menghadiri acara makan malam yang diadakan berkesinambungan dengan pembukaan program berseri tersebut, yang berlangsung sekali seminggu, selama 10 minggu berturut-turut. Berasal dari keluarga Kristen KTP yang hampir tidak pernah pergi beribadah di hari Minggu, ia juga mempunyai kesan-kesan buruk mengenai acara-acara kebaktian gereja yang pernah dikunjungi olehnya.
Tetapi pandangan kritis gadis tersebut terhadap tubuh Kristus menjadi berubah, ketika ia masih berdiri di ambang pintu masuk gereja, disambut oleh para penerima tamu pada malam itu. Dengan tulus ia mengakui: “Pada waktu aku baru saja tiba di situ, aku merasa tercengang sekali melihat suasananya. Lagu-lagu kristiani dikumandangkan oleh para pemain band gereja dengan irama-irama musik modern, yang sesuai sekali dengan selera generasiku. Suasana di sana terasa begitu menyenangkan, seakan-akan aku sedang mengunjungi suatu pesta perayaan yang amat meriah. Ternyata dugaanku, bahwa ibadah-ibadah gereja selalu membosankan dan ketinggalan zaman, … keliru sekali!”
Tidak memakan waktu terlampau lama, dengan mudah sekali Injil Tuhan Yesus Kristus menerobos masuk ke dalam hatinya. Gadis remaja tersebut bersedia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, … disusul oleh kedua orang tuanya beberapa minggu sesudahnya! Semenjak saat itu, setiap tahun mereka bertiga rajin melayani pelaksanaan program penginjilan tersebut di kota mereka. Sekarang program The Alpha Course sudah tersebar luas, dipergunakan oleh berbagai denominasi-denominasi Kristen di dunia untuk menginjili masyarakat sekuler yang ada di sekeliling mereka. Program termasyhur ini berhasil mengubah persepsi negatif orang-orang, terutama pandangan kritis para generasi muda negara-negara blok yang pertama, … terhadap tubuh Kristus!
Bob Gass, penggarap bacaan (renungan) harian yang terkenal di dunia: ‘The Word for Today’, menulis (quote): “Penyembahan adalah suatu KESAKSIAN yang BERKUASA bagi orang-orang lain. Lebih sering orang dimenangkan untuk Kristus melalui kesadaran indera mereka akan hadirat Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, dari pada melalui gabungan-gabungan seluruh uraian teologi yang kita bagikan kepada mereka. Jarang sekali, seandainya ada, yang diubahkan hidupnya semata-mata oleh karena pengertian intelek mereka. Tidak, ... menyadari hadirat Tuhan-lah yang meluluhkan hati manusia, menunjuk dan menghancurkan benteng-benteng kokoh yang merintangi! Di dalam penyembahan yang sejati, hadirat Tuhan dirasakan, pengampunan Tuhan ditawarkan, makna dan tujuan hidup manusia disingkapkan, dan kuasa-Nya yang maha dahsyat dinyatakan. Apabila orang-orang yang lapar rohani melihat kita bersekutu intim dengan Tuhan melalui pujian yang dapat menjamah hati setiap orang, hal itu akan merangsang keinginan mereka untuk mengenal Dia juga!” (un-quote)
Mazmur Daud mengatakan: “Ia memberikan NYANYIAN BARU dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.” (Mazmur 40:4)
Apabila gereja Tuhan tidak bersedia menyesuaikan diri dengan keadaan zaman dan citarasa kaum muda-mudi tersebut, agar bisa menarik perhatian mereka guna memperkenalkan Injil dan kasih karunia Kristus, tentu Iblis tidak akan berdiam diri saja melihat kesempatan itu! Seperti yang sudah diulas sebelumnya, melalui antek-antek ‘dunia kriminil’-nya, ia akan memprakarsai alternatif-alternatif menarik lainnya bagi mereka untuk memikat, menjebak, membelenggu dan akhirnya membinasakan hidup mereka.
“Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.” (Kolose 4:5)
(Disambung oleh artikel ‘RELEVAN: MAZMUR, KIDUNG, PUJI DAN SEMBAH')
John Adisubrata
Oktober 2006
No comments:
Post a Comment