'HILLSONG CHURCH'
Oleh: John Adisubrata
GONCANGAN PERTAMA
Menjelang konferensi Hillsong Church di tahun 1996, terjadilah goncangan pertama yang amat mengejutkan para penggemar dan 'penyorot' gereja tersebut. Di dalam khotbahnya melalui acara televisi pada tahun 2003, Ps Brian Houston menceriterakan pengalaman sedih yang harus ia lalui bersama tim gerejanya pada waktu goncangan itu terjadi. Keberhasilan Hillsong Church, yang tidak dapat dibandingkan dengan kesuksesan yang sedang mereka alami sekarang, telah mengakibatkan perselisihan di dalam departemen musik mereka. Perpecahan tidak dapat dielakkan lagi!
Ciri-ciri tersebut sebenarnya sudah mulai kelihatan setahun sebelumnya, pada waktu mereka merekam album keempat: Friends in High Places, sebuah album yang diproduksi sebagai persiapan untuk melaksanakan konferensi Gereja Hillsong tahun 1995.
Kendatipun berita tersebut telah ditutup rapat oleh para pemimpin gereja, untuk mengelakan tersebarnya kabar angin yang tidak terkendalikan, para penggemar musik kristiani karya mereka mulai mempertanyakan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada saat konferensi tahun 1996 diselenggarakan.
Geoff Bullock, salah seorang talenta terbesar dan terpenting di dalam sejarah tim pemusik Gereja Hillsong semenjak mereka dibentuk pertengahan tahun 1983, tidak ikut mengambil bagian di dalamnya. Padahal ia tidak pernah absen sekali pun dari acara-acara konferensi tahunan Hillsong Church, yang saat ini sudah menjadi salah satu acara pertemuan orang-orang kristiani yang terbesar dan termasyhur di dunia, semenjak mulai diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1986.
Tetapi meskipun mereka terpaksa harus melalui masalah persengketaan yang amat besar, terbuktilah seperti yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan, bahwa Ia selalu menyertai dan berada di pihak orang-orang yang memang sudah sedari awalnya dipilih untuk dibebani tugas mulia tersebut. Mereka telah ditentukan oleh Tuhan untuk melayani umat-Nya dan tubuh Kristus di dalam bidang seni musik 'praise and worship' di akhir zaman.
Ternyata album God is in the House, kendatipun diproduksi tanpa keterlibatan Geoff Bullock di dalamnya, adalah album tersukses dari semua album-album karya mereka sampai saat itu. Album tersebut tidak hanya disambut dengan gembira, tetapi juga dipeluk dengan hangat oleh gereja-gereja beraliran serupa di seluruh dunia, sebagai album pujian dan penyembahan yang paling bagus dan mengesankan. Lagu-lagu yang ada di dalamnya juga bisa diterima, dan dipergunakan oleh gereja-gereja tradisi besar lainnya di dunia, yang biasanya selalu menolak aliran-aliran musik kristiani yang bukan Hymne.
Dari dalam album tersebut tampil banyak sekali lagu-lagu 'praise and worship' baru berirama segar yang amat mengesankan, disertai refrein-refrein 'catchy' yang mudah sekali untuk diikuti oleh para jemaat gereja pada saat mereka memuji dan menyembah Tuhan. Album God is in the House menghasilkan jauh lebih banyak 'hits' dari pada album-album sebelumnya, seperti: I Believe the Promise, And That My Soul Knows Very Well, Run to You, Jesus What a Beautiful Name, Thank You Lord dan lain sebagainya.
Ternyata semenjak 'nubuatan' Ps Brian Houston direkam di dalam videoAll Things are Possible, setiap tahun kesuksesan Gereja Hillsong khusus di bidang seni musik kristiani serta perkembangannya di dunia, menjadi semakin bertambah meningkat saja!
Album berikutnya, Touching Heaven Changing Earth, yang diluncurkan pada tahun 1998, juga telah menghasilkan banyak sekali lagu-lagu baru yang tidak kalah hebatnya dari pada lagu-lagu yang terdapat di dalam album-album produksi mereka sebelumnya, seperti: Church on Fire, The Potter's Hand, You are Holy, My Greatest Love is You, Holy Spirit Rain Down dan lain-lainnya.
Kendatipun dari semula, semua album-album mereka sudah berhasil menembus pasaran-pasaran musik rohani di seluruh dunia, pada akhirnya Hillsong Church berhasil mendobrak secara tuntas pintu pasaran musik kristiani internasional pada tahun yang sama.
Melalui produksi rekaman gabungan bersama Integrity Music USA, salah satu perusahaan musik rohani terbesar di Amerika Serikat, bahkan pada waktu itu, ... di dunia, terciptalah album-album Shout to the Lord dan Shout to the Lord 2000, yang direkam 'live' di kota Sydney pada tahun 1998. Ron Kenoly dan Alvin Slaughter, dua orang pemimpin-pemimpin 'praise and worship' kawakan dan termasyhur di dunia, telah datang di Australia untuk ikut memeriahkan perekaman 'live' album Shout to the Lord 2000, mendampingi Ps Darlene Zschech dan timnya.
Ketika kedua album itu baru saja diluncurkan, mereka melejit naik dengan kecepatan luar biasa sekali, menguasai pasaran-pasaran musik kristiani di Australia dan di dunia selama bertahun-tahun. Bahkan melalui peluncuran album-album tersebut, nama Hillsong Church bukan hanya melanda benua Amerika saja, tetapi juga berhasil menembus pasaran musik rohani negara-negara di benua Eropah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan awal tahun 2003, album Shout to the Lord telah terjual (hanya) di luar Australia lebih dari 500 000 keping. Sedangkan album Shout to the Lord 2000 pada saat diluncurkan untuk pertama kalinya di Amerika Serikat, terjual dengan begitu larisnya, sehingga langsung menduduki tangga kedua American Christian Charts di minggu yang pertama. Bahkan album tersebut berhasil menerobos masuk ke dalam Billboard Charts musik sekuler negara yang diakui mempunyai pasaran musik terbesar di dunia.
Semenjak saat itu, nama Hillsong Church yang berasal dari kota Sydney di Australia menjadi semakin dikenal luas di dunia sebagai nama grup pemusik kristiani yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari semua perbincangan tema musik 'praise and worship' yang ada masakini.
Meskipun sampai saat itu masyarakat Kristen dunia adalah bagian terbesar dari orang-orang yang sudah mengenal nama mereka, sebagian kecil dari para penggemar musik sekuler yang masih belum percaya, secara tidak langsung juga mulai mendengar keberadaan mereka sebagai salah satu grup yang ternama di dunia musik internasional.
(Bersambung)
FENOMENA AUSTRALIA (3)
'HILLSONG CHURCH'
PERUBAHAN HALUAN
No comments:
Post a Comment