Wednesday, January 21, 2009

Sekilas dari Keabadian (14)


Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata

BERDOA KEPADA TUHAN YANG MANA?

‘Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10)

“Berdoa kepada Tuhan dari lubuk hati yang terdalam?” Saya berpikir: “Hatiku …? Oh, ... hatiku sudah lama membeku, … keras bagaikan batu! Begitu kerasnya, sebatang korek api bisa tersulut jika tergores padanya!”

“Berseru dan berdoa kepada Tuhan?” Saya terus berargumentasi: “Tuhan yang mana? Di negara-negara yang pernah kukunjungi selama ini, aku sudah melihat sendiri berbagai-macam agama yang menyembah illah-illah, bahkan dewa-dewa yang berbeda-beda. Jadi, … aku harus berdoa kepada allah yang mana?”

Masih dalam keadaan bingung, akhirnya saya mengambil keputusan untuk mengikuti wejangan ibu saya.

Dari lubuk hati yang terdalam saya berkata: “Tuhan, jika Engkau betul-betul ada, tampilkanlah diri-Mu di dalam penglihatan ini!”

Saya berharap agar permintaan saya tersebut segera dipenuhi secara supranatural, di mana salah satu dari allah-allah yang pernah saya dengar itu bersedia menampakkan dirinya di sana untuk menolong saya!

Tetapi sungguh mengecewakan, karena setelah menunggu beberapa saat lamanya, ternyata tidak ada satu ‘allah’-pun yang menampilkan dirinya di depan saya. Tidak ada yang peduli dengan permohonan saya!

Yang masih tetap tampak di dalam penglihatan tersebut adalah ibu saya! Ia terus memberikan semangat, agar saya berdoa dari dalam lubuk hati saya: “Ian, berdoalah kepada Tuhan! Berserulah kepada-Nya dari dalam hatimu, anakku, … dari lubuk hatimu yang terdalam.”

Mendadak saya menjadi teringat akan Tuhan yang disembah oleh ibu saya, ... Tuhan Yesus Kristus, yang sudah dikenal olehnya secara pribadi berpuluh-puluh tahun lamanya!

“Bukankah Mama menyembah Tuhan orang-orang kristiani yang pernah kuketahui pada masa kecilku?” Saya berpikir: Jika Ia benar-benar ada seperti yang dikatakan olehnya, biarlah saat ini juga aku berdoa kepada-Nya.”

Saya mulai memikirkan tema-tema yang bisa saya ungkapkan untuk mengutarakan isi hati saya kepada Tuhan. Tetapi oleh karena bisa ubur-ubur laut tersebut sudah mulai meracuni pembuluh-pembuluh darah di dalam otak saya, saya tidak mampu lagi untuk melakukannya. Bahkan untuk menemukan kata-kata yang tepat saja, merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi saya, karena benak pikiran saya terasa hampa sekali.

Ternyata … pada saat yang amat kritis tersebut, saya sudah tidak mampu lagi untuk berdoa!

Dengan hati hancur saya berseru kepada-Nya: “Tuhan, aku merasa tidak yakin, apakah Engkau masih sudi mendengarkan doaku ini. Aku merasa seperti seorang yang munafik sekali, karena aku hanya mencari Engkau pada saat aku membutuhkan bantuan-Mu saja. Ampunilah aku, Tuhan. Jika Engkau berkenan, tolonglah aku saat ini juga, agar aku bisa memanjatkan doa, karena aku sudah tidak tahu lagi pokok-pokok tema yang harus kuutarakan kepada-Mu. Tuhan, … ajarilah aku untuk berdoa.” 

Saya memohonnya dengan hati tulus, ... dengan kata-kata yang terungkapkan dari lubuk hati saya yang paling dalam. 

Dan … seketika itu juga, suatu hal yang tidak terduga, ajaib dan amat menakjubkan, tiba-tiba terjadi di sana, … di depan mata saya!

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini

SEKILAS DARI KEABADIAN (15)
Kesaksian Ian McCormack 

DOA ‘BAPA KAMI’

No comments: