THE DARLENE ZSCHECH STORY
Oleh: John Adisubrata
THANK YOU FOR THE CROSS
“Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.” (Mazmur 25:9)
Menjelang akhir tahun 2004 Ps Darlene Zschech bersama timnya menghadiri upacara pemberian penghargaan kepada para artis musik nasional yang diadakan oleh Australian Recording Industry Association (ARIA).
Di antara mereka yang mempunyai albums atau singles yang berhasil mencapai puncak tangga lagu-lagu di Australia (No 1) sepanjang tahun itu, Darlene mewakili gereja Tuhan dan Hillsong Church untuk menerima penghargaan bagi album CD praise and worship mereka, For All You’ve Done, yang sudah terjual paling laris di awal bulan Juli 2004.
Album tersebut juga berhasil mengubah sejarah tangga lagu-lagu musik sekuler di negara Kangguru ini. Karena untuk pertama kalinya sebuah album kristiani, album lagu-lagu puji dan sembah, berhasil mengalahkan penjualan album-album nasional dan internasional yang pada saat itu sedang menguasai pasaran-pasaran musik sekuler di Australia. (Baca: Fenomena Australia: ‘Hillsong Church’).
Selain menjadi seorang penggubah lagu-lagu Kristen yang termasyhur di dunia, Darlene juga sudah menulis tiga buah buku. Yang pertama: Extravagant Worship, dan yang terakhir: Kiss of Heaven.
Bersamaan dengan penerbitan buku tersebut, pada tahun 2003 ia meluncurkan sebuah album solo CD rekaman studio yang pertama: Kiss of Heaven, yang diproduksi secara ‘independent’, di luar Gereja Hillsong. Dua tahun kemudian, Darlene merekam album solonya yang kedua: Change Your World.
Ia menggambarkan lagu-lagu di dalam album-album tersebut sebagai suatu gabungan pelbagai macam musik-musik kristiani yang ada semenjak dahulu, seperti hymne, kontemporer dan lagu-lagu abadi lainnya. Lagu-lagu di dalamnya merefleksikan kasihnya yang berapi-api kepada Kristus. Menurut Darlene isinya sederhana sekali: “Mereka menggambarkan kasih keluargaku, kekagumanku pada Tuhan yang kusembah, dan seni musik yang kugemari. Lagu-lagu tersebut melukiskan isi hatiku sendiri, tentang segala sesuatu yang terpenting dan berharga bagiku.”
Mark dan Darlene Zschech dikaruniai tiga anak perempuan: Amy Jaye, Cloe Jaz dan Zoe Jewel. Darlene mengakui, prioritas utama di atas segala pelayanan-pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya ialah melayani keluarganya sendiri terlebih dahulu.
Di tengah-tengah segala jadwal-jadwal kesibukan pekerjaan mereka sehari-hari yang sudah amat berat, Darlene dan suaminya juga merangkap sebagai Executive Directors dari Mercy Ministries Australia. Badan pelayanan Kristen sukarela ini adalah cabang dari Mercy Ministries of America, yang mempunyai sarana untuk menyediakan tempat perlindungan, memberikan pertolongan dan harapan kepada wanita-wanita muda yang sedang dilanda oleh masalah-masalah hidup, seperti ‘eating disorder’, hamil di luar pernikahan dan lain sebagainya.
Selain itu mereka berdua juga terlibat di dalam usaha sukarela global Hope: Rwanda, untuk membantu kehidupan rakyat jelata bangsa di benua Afrika tersebut, yang telah mengalami ‘genocide’ amat mengerikan pada tahun 1994.
Darlene mengakui, di tengah-tengah kesibukan komitmen-komitmen pelayanannya sehari-hari, ia harus lebih waspada, agar ‘focus’ tujuannya yang paling utama tidak berubah! Karena seperti kebiasaan-kebiasaan yang sering kali terjadi, tanpa menyadarinya sendiri, umat Tuhan condong untuk menyembah ‘Penyembahan’ atau ‘Sang Penyembah’, dari pada ‘ALLAH BAPA yang SEHARUSNYA disembah’. Godaan-godaan untuk bersandar pada ‘bakat-bakat kita’ sendiri, sering kali menyebabkan kita menjadi lupa akan ‘PEMBERI bakat-bakat’ tersebut.
Oleh karena itu ia harus selalu mengingatkan dirinya sendiri, dan juga umat Tuhan di sekitarnya, agar ia dan mereka tidak pernah lupa akan pusat dan tujuan utama segala tugas-tugas yang kita kerjakan di ladang Tuhan, yaitu … untuk mengabarkan Injil Tuhan Yesus Kristus!
Di dalam wawancara dengan seorang pendeta gereja Baptist di Liverpool, England, mengenai lagu-lagu hasil karyanya, Darlene berkata: “Semua itu bukan hasil usahaku sendiri, melainkan sesuatu yang aku yakin adalah penggenapan rancangan-rancangan Tuhan bagi hidupku. Apabila aku tidak mempunyai hubungan yang erat dengan Dia, maka aku tidak mempunyai sesuatu apa pun yang bisa kuberikan kepada tubuh Kristus. Karena yang akan kuciptakan hanya lagu-lagu biasa yang tidak berarti.”
Pada malam perayaan hari jadi ke-50 tahun Garden City Christian Church di kota Brisbane yang diselenggarakan tepat pada hari Paskah tahun 2005, gereja kami dibanjiri oleh kedatangan pengunjung-pengunjung dari gereja-gereja lain yang ingin menyaksikan kehadirannya di sana secara pribadi. Auditorium gereja yang biasanya setiap liburan Natal atau Paskah selalu tampak kosong melompong, malam itu menjadi penuh sesak. Kunjungan Ps Darlene Zschech ke kota Brisbane yang bersifat ‘low key’ tersebut, ternyata tidak bisa mengelakkan tersebarnya berita-berita di gereja-gereja lain mengenai kehadirannya di gereja kami.
Selain penampilannya yang sederhana, sepanjang malam itu setiap kata-kata yang keluar dari dalam mulutnya selalu menggambarkan kerendahan hatinya. Tidak pernah ia ‘memancing’ emosi para jemaat yang hadir di sana dengan melemparkan umpan-umpan ‘tersembunyi’ untuk memamerkan secara tidak langsung, bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan yang amat penting, yang sudah berhasil melakukan pelayanan-pelayanan luar biasa di seluruh dunia, ‘hanya’ bagi ‘kemuliaan’ nama Tuhan.
Sekali pun Darlene tidak pernah menyinggung tentang keberhasilan Gereja Hillsong di Australia atau di dunia, bahkan tentang berkat-berkat finansial yang sudah Tuhan berikan kepada mereka. Ia juga tidak pernah menceriterakan tentang pengorbanan-pengorbanan yang harus ia berikan pada awal pelayanannya di gereja tersebut, baik waktu maupun uang, demi tercapainya kesuksesan yang sekarang sudah dikaruniakan oleh Tuhan kepada Hillsong Church. Ia tidak pernah menonjol-nonjolkan keterlibatannya di sana!
Syair lagu ciptaannya yang berbunyi: “Segala mahkota, kemuliaan dan penghargaan yang telah kuterima, aku kembalikan kepada-Mu, Tuhan. Karena hanya Engkau saja yang patut menerima semuanya”, dari lagu You are Worthy, benar-benar tampak transparan sekali di sana. Ia tidak hanya menulis di dalam syair lagu penyembahan tersebut kalimat-kalimat yang berasal dari Kitab Wahyu 4 ayat 10-11, tetapi jelas sekali … ia juga mempraktekkannya tanpa dibuat-buat.
Saya percaya, tidak ada seorang pun yang berhak menerima julukan ‘superstar’ di dalam tubuh Kristus, karena hanya Tuhan saja yang patut dikagumi, dipuja dan disembah oleh pengikut-pengikut-Nya, bukan umat yang lain atau hamba-hamba Tuhan tertentu.
Tetapi … meminjam istilah tersebut dari dunia musik sekuler masakini, jika ada bintang-bintang muda cemerlang yang berbakat seperti Kelly Clarkson, Hilary Duff, BoA atau Utada Hikaru, ada juga artis-artis berkaliber superstar seperti Celine Dion, Whitney Houston, Barbara Streisand atau Aretha Franklin. Tidak perlu diperdebatkan, Darlene Zschech jelas termasuk di dalam golongan yang kedua tersebut!
Malam itu ia memilih untuk menyanyikan sebuah lagu gubahannya sendiri: Worthy is the Lamb (Thank You for the Cross), diiringi hanya oleh dua orang pemain gitar akustik dari gereja kami.
Tanpa ingin melebih-lebihkannya, saya harus mengakui dengan jujur, bahwa pada saat Ps Darlene Zschech mulai mendendangkan lagu tersebut, atmosfir di dalam auditorium gereja terasa berbeda sekali. Seakan-akan dengan setiap nada dan kata-kata yang ia alunkan ada ‘kuasa’ yang mendukung suaranya. Saya yakin, oleh karena kesederhanaan dan kerendahan hatinya, Tuhan amat berkenan untuk mengangkat dirinya ke tingkat yang sama sekali tidak diharapkan olehnya sendiri.
Amsal raja Salomo mengatakan: “Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.” (Amsal 29:23)
Darlene adalah salah seorang dari beberapa hamba-hamba Tuhan yang saya kenal dan ketahui, yang selalu tampak jauh lebih cantik/tampan, menarik dan ‘bersinar terang’ pada saat melayani di atas altar gereja. Bukan oleh karena dandanan yang sempurna, sorotan cahaya lampu-lampu dari sudut-sudut yang sudah diperhitungkan, atau kecanggihan lensa-lensa kamera yang bisa ‘memperindah’ wajah seseorang, tetapi … oleh karena kehadiran Roh Kudus melalui setiap pelayanan yang mereka lakukan bagi Tuhan!
Sering kali saya bertanya-tanya, mengapa Darlene bisa memimpin tim musik gereja sebesar itu, ... mungkin terbesar di dunia, tetapi setiap tahun masih tetap berhasil meluncurkan album-album praise and worship yang mengesankan? Mengepalai dan mengatur 800 volunteers, tidaklah mudah.
Bagi mereka yang pernah terlibat di bidang pelayanan yang sama, tentu bisa menghayati hal ini. Ketrampilan untuk memimpin, dan terutama … hikmat sorgawi, sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan di dalam sebuah tim musik yang hanya terdiri dari beberapa puluh orang, bahkan ... beberapa orang saja. Apalagi untuk mengurus tim musik sebesar itu!
Percaya atau tidak, ... sasaran Iblis untuk menghancurkan persatuan di dalam gereja-gereja Tuhan paling sering dimulai di tim musik mereka. Di sana gosip, iri hati, kesombongan, ‘backstabbing’, sikut-menyikut, sikap tidak mau kalah, sok pintar dan lain sebagainya, dipergunakan olehnya untuk mengadu-dombakan anak-anak Tuhan. Apalagi ... jika ‘lalu-lintas’ uang (mamon) sudah menjadi landasan sebab-sebab mengapa mereka ‘melayani’ di bidang tersebut.
Tanpa ingin mengabaikan pengaruh ketrampilan Ps Brian Houston, Gembala Sidang Gereja Hillsong, di dalam memimpin dan mengendalikan keseluruhan pelayanan gereja mereka yang sedang berkembang dengan pesat sekali, saya yakin pengaruh Ps Darlene Zschech sebagai Worship Pastor mereka memegang peranan paling penting di dalam menjaga kesatuan hati pelayanan musik gereja tersebut.
Dan tanpa ingin menimbulkan kesan seakan-akan ia di-idola-kan secara berlebih-lebihan, harus diakui, bahwa keberhasilan tersebut adalah keberhasilan yang dicapai oleh sebuah tim yang semua anggota-anggotanya bersedia bekerja sama untuk mendedikasikan bakat-bakat mereka dengan penuh ketaatan bagi kebesaran kerajaan Tuhan. Karena pada akhirnya, mau-tidak-mau, … di dalam tubuh Kristus hanya ada PELAYANAN BERSAMA, bukan pelayanan pribadi atau pelayanan perseorangan bagi … ‘wannabe-wannabe primadonnas’!
Hanya hikmat Roh Kudus saja yang akan memampukan seseorang seperti Ps Darlene Zschech bertahan selama hampir dua dasawarsa berturut-turut, untuk bisa membawa tim Hillsong Church dari sebuah grup musik gereja lokal kecil di Australia yang tidak dikenal, menjadi sebuah ‘supergroup’ yang digemari oleh tubuh Kristus antar-denominasi di mana-mana.
Darlene benar-benar ‘darling’ para penggemar musik praise and worship di seluruh dunia!
Terpujilah nama Tuhan, karena ternyata masih ada hamba-hamba-Nya yang tidak menyalah-gunakan pelayanan-pelayanan yang sudah dipercayakan oleh Tuhan kepada mereka.
Sering kali saya berdoa untuk Ps Darlene Zschech, agar Ia saja yang selalu menjaga kemurnian hatinya, agar nama Tuhan Yesus Kristus tetap dimuliakan melalui pelayanannya, dan juga pelayanan Hillsong Church! Haleluya!
Amin!
John Adisubrata
Juni 2007
No comments:
Post a Comment