Friday, January 9, 2009

Sekilas dari Keabadian (6)


Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata

PEMBAYARAN KEMBALI

Aku akan melakukan pembalasan kepadamu sesuai dengan hasil perbuatanmu, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 21:14a)

Penuh kepedihan saya bertanya-tanya di dalam hati: “Apakah kesalahan yang pernah kulakukan, yang menyebabkan diriku harus menanggung penderitaan sebesar ini?” 

Tiba-tiba … di dalam sebuah penglihatan yang amat menakjubkan, gambar-gambar seperti slides bermunculan di depan mata saya. Di sana diparadakan perbuatan-perbuatan dosa yang pernah saya lakukan di masa-masa yang lalu, baik yang saya sadari maupun tidak, baik yang masih segar di dalam ingatan saya maupun yang sudah lama sekali saya lupakan.

Teringatlah saya akan istilah: Pay back! (Pembalasan!), yang diajarkan oleh dunia sekuler di sekitar saya: “Apabila engkau melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat, janganlah heran, jika pada suatu hari engkau menerima pembalasan yang setimpal atas tindakan-tindakanmu tersebut!”  

Saya merasa yakin sekali, semua itu terjadi hanya dalam waktu beberapa detik saja. Tetapi anehnya, bagi saya saat-saat itu seakan-akan berlangsung amat lama, seperti menonton potongan-potongan adegan film ‘action’ Hollywood, yang sengaja diperlihatkan secara ‘slow motion’ oleh para produsernya.

Teguran lantang suara Simon menggugah perhatian saya kembali akan kenyataan yang sebenarnya. Ketika saya sadar, tubuh saya sudah tergeletak di dalam perahu di samping kaki Paul, di antara beberapa udang-udang karang yang berhasil ditangkap oleh Simon dan temannya.

Simon menganjurkan, agar secepatnya saya mengencingi lengan tangan kanan saya yang terluka. Saya tahu, mereka adalah orang-orang lokal pulau Mauritius yang biasa menggunakan cara-cara pengobatan tradisi yang amat sederhana.

Sering kali saya melihat mereka memakai cuka yang biasanya dipergunakan untuk memasak di dapur sebagai salah satu cara-cara pengobatan untuk mencegah kulit-kulit yang terluka menjadi infeksi oleh karenanya.

Sayang sekali, malam itu kami tidak memiliki cuka di sana, tetapi jikalau air seni saya sendiri bisa dipakai sebagai penggantinya, apalagi Simon yang sudah menganjurkannya kepada saya, … pasti akan saya lakukan! 

Menggunakan tangan kiri, saya membuka ritsleting baju selam saya dari leher sampai ke bawah. Himpitan ketat baju yang mencetak segenap tubuh saya, mengakibatkan pernapasan di dalam dada saya menjadi terganggu sekali.

Selain itu kegiatan-kegiatan fisik yang terus-menerus saya lakukan semenjak sengatan yang pertama, telah mempercepat mengalirnya peredaran darah di dalam tubuh saya. Bisa berbahaya itu ternyata sudah ikut menjalar di dalamnya dengan pesat sekali, menerobos dan meracuni paru-paru saya yang sebelah kanan, begitu juga organ-organ penting tubuh saya yang lain, yang ada di dekatnya.

Sebelum saya mengenakan pakaian yang kering, saya berusaha untuk mengencingi luka-luka di kulit lengan tangan kanan saya yang sudah membengkak besar tersebut.

Tapi ternyata oleh karena tubuh saya tak henti-hentinya mengeluarkan keringat dingin akibat serangan racun yang menjalar dengan cepat di dalam pembuluh-pembuluh darah saya, kelembabannya menjadi menurun sekali, sehingga tubuh saya tidak memiliki air seni yang cukup untuk bisa mengencinginya.

Menyadari hal itu, saya segera mengolesi seluruh tubuh saya dengan minyak ‘vaseline’, agar kelembabannya tidak menjadi lebih berkurang lagi.

Sambil memperhatikan wajah mereka berdua yang berenang di dalam air mendorong perahu kami dari belakang, saya bertanya kepada Simon: “Apakah kalian tidak ikut mengantarkan aku pergi ke rumah sakit?”

Dengan tegas ia menjawab pertanyaan saya: “Tidak, engkau harus pergi secepatnya ke sana saat ini juga! Biarlah Paul saja yang mengantarkan engkau ke daratan. Berat tubuh kami berdua hanya akan menghambat perjalanan kalian!

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini

SEKILAS DARI KEABADIAN (7)
Kesaksian Ian McCormack

MELEWATI JALAN PINTAS

No comments: